Aku Yang Tak Di Anggap (Kisah Empat Bersaudara Yatim Piatu)

Aku Yang Tak Di Anggap (Kisah Empat Bersaudara Yatim Piatu)

Menjadi Yatim Piatu

Perkenalkan Nama Ku Anisa, Seorang Gadis remaja yang sudah putus sekolah, Aku hanya sampai lulus Sekolah Dasar saja. Sekarang Usia ku sudah Empat belas tahun, keseharian ku hanyalah membantu Ibu ku menyiapkan kue untuk di jual Ibu Ku berkeliling dari Kampung ke kampung. Aku sendiri tak Sekolah lagi sejak Ayah ku Meninggal, karna memang kemampuan Ibu ku yang tak sanggup membiayai Aku dan Adik Adik ku secara bersamaan. Oh iya, Aku sendiri Seorang yang mempunyai Cacat di kaki kanan Ku, cacat bawaan Lahir, di mana Kaki ku yang sebelah kanan mengecil sejak Aku lahir kata Ibu ku.

Tapi hari ini, Aku tak akan pernah lagi bisa membantu Ibu ku membuat adonan Kue, membantunya menyiapkan kue untuk di jual berkeliling kampung, Karna Hari ini di Hari Jumat kelabu ini, Duka menghampiri Kami. Aku dan Adik adik ku harus merelakan kepergian Ibu yang melahirkan Ku dan Adik adik ku untuk selamanya, Ibu meninggal karna Sakit yang di deritanya, Sakit yang tak pernah dia Obati karna kami tak mempunyai biaya, Sebab dulu Ibu Ku pernah melakukan pemeriksaan dan ternyata Ibu ku terkena penyakit Kanker.Tepat di ruang depan rumah ku yang sangat sederhana ini, Ibu ku pun terbaring kaku dan sudah di Kafani.

Hanya tangisan yang terdengar dari Kanan dan Kiri ku, tangisan orang orang yang datang melayat dan mencoba menguatkan batin ku. Aku dan Adik Adik ku yang masih kecil hanya bisa pasrah akan keadaan ini, sebab sekarang Kami sudah kehilangan Ke dua Orang tua kami, Sebab Ayah ku sendiri juga sudah tiada sejak dua setengah tahun yang lalu.

Ku tatap wajah Adik Adik ku yang duduk tepat di dekat Jenazah Ibu ku yang sudah terbaring Kaku di atas tikar, Seakan kosong sorot mata dari mereka bertiga, wajahnya yang penuh senyuman dan kegembiraan setiap harinya seakan sirna saat ini. Ya Adik Adik ku masih butuh kasih sayang dari Seorang Ibu, masih butuh perhatian dari Seorang Ibu. Terutama Bagas Adik ku yang paling bungsu yang masih duduk di kelas Satu SD, Adik ku yang selalu bermanja manja terhadap Ibu ku dan juga terhadap kami Kakak-nya.

Aku tak mampu kembali untuk mengeluarkan air mata ku, karna kesedihan yang mendalam yang ku rasakan saat ini, begitu juga dengan ke tiga Adik ku, seolah air matanya sudah habis tak tersisa sekarang ini setelah Jenazah Ibu di mandikan dan di kafani.

Para tetangga kemudian mengangkat Jenazah Ibu yang sudah terbaring di dalam keranda, lalu membawanya ke Pemakaman Umum yang letaknya hanya beberapa ratus meter dari Rumah ku. Tiba tiba hujan pun turun di tengah teriknya Matahari, Seolah Langit juga ikut menangis mengiringi Pemakaman Ibu ku.

Akhirnya Ibu ku di Makam kan tepat di samping Makam dari alm Ayah ku, tertulis di Nisan Kayu-nya Nama Ibu Ku (Rahma Binti Imran) dan juga tulisan tulisan yang lainnya.

Kami pun kembali ke rumah Sederhana peninggalan dari Orang tua ku, Rumah yang hanya terbuat dari Papan dan juga Lantai Semen yang sudah banyak rusak. Di Rumah, Aku dan Adik Adik ku di temani oleh Kerabat dari alm Ibu ku dan juga tetangga tetangga, Sementara kerabat dari alm Ayah ku tak ada satu pun yang datang, memang setelah kepergian Ayah untuk selamanya, kami bagaikan orang Asing di mata keluarga dari alm Ayah ku.

Kembali Para Kerabat dari alm Ibu mencoba menguatkan kami, begitu juga dengan Ibu Ibu tetangga yang masih berada di rumah setelah selesai Pemakaman Ibu ku. Sebagai Anak yang paling besar, Aku pun di beri Nasehat oleh mereka, di beri kekuatan dengan kata kata agar mampu menghadapi cobaan hidup yang sangat berat ini.

"Dek Nisa, harus tabah ya Dek, jangan larut dalam kesedihan, kasihan Adik Adik mu itu"

"Iya Bu, Insyaallah Bu, Nisa akan mencoba untuk tabah dan Kuat"

"Iya Dek, Sekarang kan yang menjadi Ibu dan Bapak buat Adik Adik mu itu adalah Dek Nisa, jadi Dek Nisa harus Kuat dan tak boleh di lihat oleh Adik Adik mu ber Sedih terus"

"Iya Bu, Nisa ngerti Bu"

Nasehat demi Nasehat pun silih bergati ku dengarkan dari mereka, baik dari Kerabat dari Ibu ku maupun dari para tetangga.

Tak terasa hari pun sudah mulai malam, sebagian orang juga sudah pulang ke rumahnya masing masing, termasuk dengan Kerabat dari Ibu ku, yaitu Paman ku dan juga keluarga yang lainnya, Mereka juga langsung pulang di malam hari pertama Aku dan Adik Adik ku kehilangan Ibu tercinta kami, tak satu pun kerabat dari Ibu ku yang tinggal untuk bermalam menemani kami.

Saat seseorang tetangga menanyakan ke mereka kenapa langsung pulang dan tak ada yang mau bermalam menemani kami di rumah ini, hanya jawaban kalau besok akan bekerja yang keluar dari mulut mereka. Memang sih keluarga ku tak dekat dengan Saudara saudara dari Ibu, sebab kami sangat Miskin, beda dengan mereka yang tinggal di Kota dan ada yang jadi guru serta ada juga yang punya usaha jualan sembako, dan selama ini juga kami bagaikan orang Asing saja bahkan sewaktu alm Nenek ku masih ada.

Malam hari yang penuh kesedihan ini, Aku dan Adik Adik ku pun hanya di temani oleh para tetangga tidur si rumah ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!