NovelToon NovelToon
Ternyata Aku Istri Keduanya

Ternyata Aku Istri Keduanya

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Lari Saat Hamil / Hamil di luar nikah / Pembantu
Popularitas:288.8k
Nilai: 5
Nama Author: TK

Rania terjebak dalam buayan Candra, sempat mengira tulus akan bertanggung jawab dengan menikahinya, tapi ternyata Rania bukan satu-satunya milik pria itu. Hal yang membuatnya kecewa adalah karena ternyata Candra sebelumnya sudah menikah, dan statusnya kini adalah istri kedua. Terjebak dalam hubungan yang rumit itu membuat Rania harus tetap kuat demi bayi di kandungannya. Tetapi jika Rania tahu alasan sebenarnya Candra menikahinya, apakah perempuan itu masih tetap akan bertahan? Lalu rahasia apakah itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16 Meminta Hak

"Sekarang kan Rania sudah menjadi milik kamu, dan seorang istri itu harus ikut kemana pun suaminya pergi. Nenek izinkan, titip Rania ya nak Candra."

Candra tersenyum lebar mendapat izin itu, "Terima kasih banyak Nek."

"Memangnya kapan akan kembali ke Jakarta?"

"Lusa, lagi pula pekerjaan di sini juga sudah selesai. Di Jakarta sebenarnya tugas saya lebih banyak, jadi tidak bisa meninggalkan terlalu lama."

"Nak Candra ini memang pengusaha yang pekerja keras ya, semoga semua urusannya lancar."

"Aamiin, makasih Nek. Oh iya malam ini, menginap lah. Nanti besok di antar supir lagi pulang ya?"

"Ya sudah, sudah malam juga."

Setelah makan malam itu, Candra ke kamar untuk mandi. Sedangkan Rania dan Neneknya duduk di bangku yang ada di halaman belakang. Ditemani teh hangat dan kue kering, ya walau mereka tidak memakannya.

"Aku sedikit khawatir ninggalin Nenek di sini sendiri," ucap Rania.

"Nenek akan baik-baik saja di sini, malahan Nenek yang khawatir karena kamu baru pertama kali ke kota besar itu. Nanti kamu harus biasakan diri dengan lingkungan baru ya?"

"Iya, semoga aja aku gak terlalu kampungan karena gak mau malu-malu in Mas Candra."

Apalagi Candra seorang pengusaha, pasti lingkungan pertemanannya pun orang-orang hebat dan kaya semua. Sepertinya Rania harus banyak belajar tentang tata krama orang kelas atas, maklum saja dirinya kan hanya orang biasa sebelumnya.

"Nenek beneran gak mau ikut kami?" tanya Rania memastikan lagi.

"Enggak, Nenek lebih suka tinggal di sini. Sudah kamu ikut saja dengan Candra, dia kan suami kamu."

"Iya. Tapi Nenek harus jaga diri baik-baik ya, kalau ada apa-apa kabari aku."

"Kamu tenang saja Rania."

Waktu semakin larut malam, angin pun bertiup dengan kencang. Keduanya memutuskan masuk ke kamar masing-masing, tapi malam ini Rania akan se kamar dengan Candra karena kamarnya di tempati Neneknya. Semoga saja wanita paruh baya itu tidak curiga dan menduga jika mereka tidur pisah ranjang.

"Mas," panggil Rania dari luar.

"Masuklah Rania."

Dengan perasaan gugup Rania pun masuk ke kamar itu, melihat Candra yang duduk di sofa dengan tablet di tangannya. Pria itu lalu melambaikan tangan ke arahnya, seolah memberikan isyarat untuk mendekat. Rania pun menurut saja dan duduk di sebelahnya.

"Nenek sudah tidur?" tanya Candra.

"Sudah, Nenek biasanya tidak pernah tidur semalam ini."

"Semoga dia nyaman tidur di sini, biasanya kalau tidur di tempat lain itu selalu sulit tidur."

"Iya benar, aku juga dulu begitu pas pindah kesini."

"Nah makanya."

Rania memperhatikan layar di tablet itu, "Mas lagi apa?"

"Lagi lihat data penjualan produk bulan kemarin yang sempat turun, dan bulan sekarang naik lagi."

"Syukurlah."

"Kalau aku gak cek langsung kesini, kayanya bisa-bisa produk gagal di pasaran dan kita rugi besar."

"Aku gak terlalu mengerti menjadi seorang pebisnis begitu, tapi kayanya cukup sulit juga ya?"

"Ya lumayan lah, tapi karena dulu aku kuliah di jurusan yang berkaitan dengan bisnis makanya jadi gak terlalu pusing."

Rania mengangguk, "Kalau aku cuma sekolah sampai SMA, aku gak kuliah."

"Gak papa, di sini kan gak ada Universitas. Tapi kamu dulu pengen kuliah?"

"Pengen, ada satu Universitas yang aku pengen masuk di Yogyakarta. Tapi aku mikir-mikir lagi, kayanya biaya kuliah sangat mahal dan aku gak akan bisa bayar."

"Kan bisa pakai jalur beasiswa, kamu sudah coba?"

"Agak sulit Mas kalau di desa itu ngurus ini itunya, para guru juga kelihatan gak mau repot, jadi setiap siswa harus usaha sendiri."

"Ya ampun," desah Candra merasa miris sendiri. Tetapi memaklumi juga karena ini di desa terpencil.

Beberapa saat mereka terdiam dengan pikirannya masing-masing. Candra pun kembali fokus pada layar tablet nya, jika sedang serius begitu malah membuat ketampanannya semakin bertambah. Rania yang memperhatikan dari samping sampai tidak bisa mengalihkan pandangan.

"Kalau anak kita laki-laki, pasti dia akan seganteng kamu," ucap Rania memberanikan diri.

Candra menoleh, "Pastinya, bahkan mungkin dia lebih ganteng karena Mamanya juga cantik."

"Tapi dari pada itu, semoga dia sehat saja."

"Iya."

Candra membungkukan sedikit tubuhnya mendekati perut Rania, sebelah tangannya tanpa ragu pun mengelus perut istrinya itu yang masih rata. Rasanya tidak sabar sekali saat perut ini semakin membesar, karena berarti anaknya pun akan cepat lahir.

"Baik-baik di sana ya nak, kami sangat menantikan kehadiran kamu," bisik Candra.

Sebenarnta ini bukan pertama kalinya Candra mengelus perutnya, tapi Rania masih berdebar dan geli sendiri. Tetapi pemandangan itu terlihat hangat dan Ia sangat-sangat menyukainya. Candra pun terlihat benar-benar menyayangi anak di perutnya.

"Sudah malam, yuk kita tidur," ajak Candra.

"Kita tidur bersama?"

"Iya, kenapa? Kamu masih takut sama saya?"

"Enggak kok," geleng Rania, "Cuma aku sedikit gugup."

Candra terkekeh kecil, "Bukan cuma kamu Rania yang gugup, saya juga kok. Ini kan pertama kalinya kita tidur seranjang."

"Masa Mas juga gugup?"

"Iya, tapi emang saya gak terlalu nunjukin, malu hehe."

"Dasar."

Keduanya lalu berbaring bersebelahan di ranjang besar itu, dengan mata yang menatap langit kamar. Hening, hanya suara detak jam di dinding. Tetapi saat saling menoleh menatap satu-sama lain, keduanya langsung tersenyum kecil merasa geli sendiri dengan suasana canggung ini.

"Rania, kamu beneran sudah gak takut lagi sama aku?" tanya Candra.

"Enggak kok, cuma di awal-awal aja."

"Syukurlah kalau gitu, jadi sekarang boleh gak?"

"Boleh apa?" tanya Rania bingung.

Candra lalu menghadapkan tubuhnya, "Selama ini saya selalu menahan diri dan bersabar karena tahu kamu masih takut, saya juga gak mau memaksa karena psikis kamu bisa terganggu. Tapi kamu tahu sendiri, hormon laki-laki itu sangat besar dan sulit ditahan. "

Rania menelan ludahnya susah payah bisa langsung paham ke arah mana perbincangan itu.

"Ini sudah dua minggu saya puasa, jadi apa sekarang saya boleh sentuh kamu?"

"Em itu--"

"Tapi terserah kamu sih, kalau misal masih takut juga gak papa, saya akan tahan lagi." Candra tersenyum dipaksakan, lalu berbaring membelakangi dengan raut kecewanya.

Tetapi kedua mata Candra kembali terbuka saat merasakan pelukan dari belakang, sudah pasti itu adalah Rania. Kepalanya lalu menoleh, melihat wajah cantik Rania yang dekat. Candra pun langsung berbalik, membuat mereka kini berbaring sambil berpelukan.

"Makasih ya sudah berikan aku waktu, maaf juga karena kamu harus menahannya sendiri selama ini. Tapi sekarang aku sudah siap kok."

"Kamu serius?" tanya Candra memastikan.

"Iya Mas, sudah jadi kewajiban aku untuk melayani kamu dalam hal apapun."

"Terima kasih Rania."

Dan malam itu pun, pasangan suami istri itu melewatinya dengan hubungan intim yang mesra dan penuh cinta. Candra melakukannya dengan lembut dan pelan, membuat Rania pun rileks dan tidak terlalu takut.

1
Nor Asikin
Luar biasa
Astrid Kusuma Wardhani
refleks bukan repleks.
Nora♡~
Waaaaww... hebat.... Tahniah yaa thor dan terus lah berkarya...
Benita Lestiyorini
Sudah cepetan nikah, bikin adek. Daffin biar diasuh Papanya sama Mama Livia.
Benita Lestiyorini
Ya iyalah Yoga... Chandra itu ayah kandungnya. Kamu blm apa2 sdh mengenalkan dirimu panghil Papa untuk si Daffin.
Benita Lestiyorini
Makanya Rania kamu sbg ibunya hrsnya dari bayi mengenalkan papa aslinya, bukan Papa Yoga.
Benita Lestiyorini
Apalagi Chandr dg Livia tdk akan bisa punya anak. Daffinlah satu2 nya tumpuan harapan Chandra. Kasihan bila dipisahkan dr Papanya.
Benita Lestiyorini
Kalau sy malah berharap Daffin tetap berada dalam asuhan ke dua org tunya.
Benita Lestiyorini
Meski tk ngapa2in itu tdk boleh.
Benita Lestiyorini
Heiy...Yoga tunggu sampai Rania resmi berpisah dg suaminya dulu. Heran ya kelg Rania ini memang ky ngebebasin Rania yg msh status suami org bisa bebas di kamar dg pria lain.
Benita Lestiyorini
Ingat Rania, kamu dinikahi sah oleh Chandra, bayi itu darah daging Chandra, sampai detik melahirkan pun kalian belum reami beecerai, kok kamu sdh berani menjalin hub dg pria.
Benita Lestiyorini
Bagaimanapun tidak etis seorang wanita melahirkan ditungguin bukan mahromnya.
Benita Lestiyorini
Kalau aq tetap berharap anak Chandra akan diasuh ayah kandungnya kalau Chandra sehat lg.. Bukn ayah tiri.
Benita Lestiyorini
Ih Rania, begitu mudahnya nempel laki ya. Ingat kamu hamil tua, anak Chandra, orngnya msh koma. Kamu sdh mesra2an sm laki laki lain. Bener memalukan.
Benita Lestiyorini
Aslinya hati Rania msh tertambat pd Chandra, begitupun sebaliknya Chandra jg ada rasa sm Rania, apalagi ada anak sbg ikatan mereka.
Benita Lestiyorini
Katanya seminggu lagi Rania mau lahiran ?
Benita Lestiyorini
Sudah tepat Rania. Demi kebahagiaan rumah tangga Chandra.
Benita Lestiyorini
Akhirnya damai
Benita Lestiyorini
Jangan2 itu jebakan saja Rania.
Benita Lestiyorini
Bukannya Rania belum ceri dari Chandra ?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!