" Ku mohon menikahlah dengan Tuan Sadam, rahimmu bisa menyelamatkan hidupku!" pinta Danu memohon kepada Istrinya, yakni Mahira.
Karena hutang Suaminya, Mahira rela membayarnya dengan rahim miliknya, ia pasrah Saat Suaminya menjatuhkan talak padanya dan memintanya untuk segera menikah dengan bosnya sendiri.
Apalagi Danu telah mendapatkan ancaman akan masuk bui jika syarat yang ia ajukan tidak di penuhi.
Tuan Sadam Narendra Hito adalah sosok seorang pengusaha kaya raya yang telah memberikan pinjaman tersebut. Dan ia juga yang mengajukan syarat seperti itu.
Akan kah Mahira bisa mengandung benih dari pria yang tidak di cintainya?
Di lain sisi, rupanya Danu telah bermain api selama dirinya menikah dengan Mahira. akankah kebusukannya terbongkar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbayang wajahmu
Pertemuan Mahira dan keponakannya yakni Hanum membuat keduanya merasa senang, karena mereka sudah lama tidak bertemu, setiap bertemu pun saat menjelang hari raya Idul Fitri.
"Assalamualaikum Syifa!" sapa Hanum sambil berjongkok agar bisa sejajar dengannya.
Syifa hanya tersenyum manis sembari mencium punggung tangan Hanum secara takzim. Dan kini mereka bertiga duduk di kursi Taman Suropati sambil menikmati suasana menjelang sore hari apalagi melihat air mancur yang di kelilingi bunga-bunga cantik nan indah di pinggirnya. Sehingga memanjakan mata dan enggan untuk beranjak dari tempat tersebut.
"Emh, kak Hira! Emang beneran kalau kakak sudah cerai sama kak Danu? Terus kakak sekarang sudah nikah lagi?"
Mahira hanya mengangguk dan enggan berkomentar apapun, Hanum pun mengerti jika kakak sepupu nya itu sepertinya enggan untuk membicarakan hal ini, hingga akhirnya Hanum mengganti topik pembicaraan.
"Kak, tahu tidak kalau tadi aku ketemu manusia paling menyebalkan sedunia!"sambung kembali Hanum.
Mendengar hal itu, Mahira langsung menanggapinya dengan mata melotot.
"Maksudmu?"
"Jadi begini kak, aku kan hari ini mulai pertama magang di salah satu perusahaan besar di Jakarta, terus pas ketemu pemilik perusahaan tersebut, ikh nyebelin pokoknya, dasar pria congak!" gerutu Hanum sambil bersidekap dan bibir berubah menjadi kerucut.
Mendengar hal itu, Mahira malah tertawa geli.
"ish, kak Hira malah ketawain aku sih? nyebelin!" ucapnya masih dengan menunjukan bibir kerucut nya.
"Pasti kau lebih dulu yang membuat ulah ya?" tanya Mahira yang sudah tahu watak dan tabiat sepupunya tersebut.
"Apaan sih kak, cuma lirik dikit doang kok, tahu sendiri lah kalau aku itu paling lemah jika berurusan dengan pria tampan!"
Mahira hanya bisa menepuk jidatnya." sudah ku duga! Kebiasaan buruk mu dari dulu tidak pernah hilang Hanum!"
Hanum hanya bisa tertunduk malu.
"itu sebabnya Paman Husein dan juga umi Aisyah sangat menghawatirkan kamu!"
Seketika Hanum langsung beranjak dari tempat duduknya
"Yang penting aku tidak seperti kak Azzam kak, bikin malu keluarga! Oopss."
Hanum langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Oh iya ngomong-ngomong gimana kabar tentang kak Azzam Num?"
Hanum malah menghela nafasnya sejenak.
"Sekarang kak Azzam masih kuliah di Singapura, karena dua tahun sebelumnya kak Azzam dapat beasiswa dari kampusnya, dan putrinya kak Azzam juga di bawa kesana karena gak mau merepotkan umi sama Abi!"
"Jadi kak Azzam itu beneran sudah nikah diam-diam Num?" tanya Mahira semakin penasaran dengan sepupunya yang satunya lagi.
"Iya kak, dan parahnya istrinya kak Azzam pergi di saat usia pernikahannya baru menginjak satu tahun, wanita itu tega meninggalkan kak Azzam dan juga putri mereka, miris kan? Kena karma tuh kak Azzam gara-gara diam-diam nikah tanpa sepengetahuan Abi dan Umi, sampai sekarang pun baik aku, Abi dan juga Umi tidak pernah tahu sosok wanita itu, kak Azzam seolah menyembunyikan identitas wanita tidak punya hati itu, mungkin kak Azzam masih mencintai wanita tidak tahu diri itu kak, kalaupun benar, bodoh sekali kakakku ini, apa tidak ada wanita lain apa selain wanita itu!" geram Hanum.
"Sudahlah Num, tidak usah di bahas lagi! Mungkin itu sudah menjadi suratan takdir dari Allah!" tegas Mahira
Hanum hanya bisa menghela nafasnya kembali dan kemudian duduk di sebelah Mahira.
Karena waktu sudah semakin sore, mau tidak mau Mahira harus berpisah kembali dengan Syifa, terbesit rasa sedih dan tidak rela di hati Mahira begitu pun dengan Syifa.
Kali ini Danu yang menemui Mahira dan Syifa di Taman Suropati, tidak lupa Hanum ikut menyaksikan sebuah keluarga yang dulunya sangat berbahagia tiba-tiba terpecah belah seperti ini.
"Mas, aku titip Syifa! Tolong jaga anak kita."
"Yaelah Hira, kamu itu jangan lebay, aku pasti akan menjaga anak kita dengan baik, dan kau harus tetap menjalankan semua rencana ini, ngerti kamu!" sungut Danu mencoba memperingatkan.
Mahira tidak bisa berkata apa-apa, apalagi kedua bola matanya sudah berkaca-kaca sedari tadi.
Dengan berat hati akhirnya Syifa di bawa secara paksa oleh Danu, meskipun kondisi Syifa menangis dan mencoba meraih tangan Mahira. Mahira terpaksa merelakan Syifa di bawa oleh Danu
Hanum yang melihat peristiwa ini semakin miris dengan keadaan kakak sepupunya tersebut.
Setelah kepergian Danu dan juga Syifa, Mahira kembali duduk di kursi taman dengan mata yang sudah di penuhi oleh linangan air mata, Mahira kini bersandar di bahunya Hanum.
"Kak Hira, sebenarnya apa yang telah terjadi dengan rumah tangga kalian?" tanya Hanum semakin penasaran.
"Maaf Num, aku belum bisa cerita sama kamu!" sahut Mahira sembari mengusap air matanya dengan punggung tangannya.
"Kemudian Hanum memberikan Mahira tissu, agar bisa membersihkan sisa air matanya.
"Kamu di sini kos?" tanya Mahira.
"tadinya mau kos kak, tapi banyak yang penuh, sedangkan temanku yang dari fakultas yang sama kebanyakan laki-laki, gak mungkin kan aku gabung satu kos dengan mereka, aku bingung kak!" jawab Hanum terduduk lesu
Karena Mahira merasa kasihan, akhirnya ia mengajak Hanum ke apartemen, dan rencananya besok akan membantunya mencarikan kos-kosan dekat tempat sepupunya itu magang.
"Serius kak Hira? Terima kasih ya kak, untung saja ada kak Hira, coba kalau tidak? Aku bisa luntang Lantung di jalan!" ucap Hanum sembari menggenggam kedua tangan Mahira.
"Iya Num sama-sama, apalagi kota Jakarta itu rawan tindak kriminal, kau di sini tidak kenal siapa-siapa kan?"
Hanum hanya mengangguk.
Hampir satu jam akhirnya mereka tiba di salah satu apartemen mewah kawasan Elit, mereka sempat terjebak macet karena berbarengan dengan jam pulang karyawan kantor.
Hanum sempat terkejut saat melihat tempat tinggal Mahira, ia pun menatap takjub.
"Kak Hira, ini beneran apartemen milikmu? Waw bagus dan juga mewah." puji Hanum.
"bukan punyaku Num, tapi punya suamiku!"
"Yaelah, sama saja kali kak! Punya suaminya kak Hira itu artinya punya kakak juga, pasti suaminya kak Hira begitu mencintai dan menyayangi kakak ya, beruntung sekali dirimu itu kak!"
'Aku tidak seberuntung itu Hanum, di sini aku sangat tersiksa, aku di perlakukan hanya sebagai wanita pencetak anak, sungguh miris nasibku.' jerit Mahira dalam hati.
......................
Rumah Sadam
Menjelang malam hari, ketika Sadam tidur di sebelah Alisa, entah kenapa ia selalu teringat Mahira, bayang-bayang wajahnya seolah telah menghantui dirinya, ia pun menjadi gelisah dan tidak bisa memejamkan kedua matanya. Hingga akhirnya Alisa merasa terusik karena sedari tadi suaminya tidak bisa diam.
"Ada apa denganmu Mas?" tanya Alisa dengan dahi berkerut.
"Tidak apa-apa, kau tidur saja Sayang!"
"Mana mungkin aku bisa tidur, kau sedari tadi terlihat sangat gelisah! coba ceritakan ada apa?"
Deg.
seketika Sadam langsung terkejut, ia malah menelan ludahnya sendiri.
"Tidak ada apa-apa sayang!" sahut Sadam sembari mengusap lembut kepala Alisa.
'ini tidak bisa di biarkan, aku harus segera menemui Mahira dan menuntaskan semuanya, aku bisa gila kalau terus-terusan seperti ini!' gumam Sadam di dalam hatinya.
"Sayang, sepertinya aku harus pergi sebentar, ada Maslah kantor yang belum aku selesaikan, ku harap kau mengerti dengan posisiku saat ini!" ucap Sadam terpaksa berbohong.
"Tapi ini sudah malam Mas, hampir jam sepuluh! Apa tidak bisa di tunda sampai besok?" cetus Alisa sedikit kesal.
"Maaf sayang, sepertinya tidak bisa, aku harus menyelesaikannya sekarang, kalau kau tidak percaya, kau boleh menghubungi Hans, dia tahu semuanya!" jawab Sadam yang kemudian beranjak dari tempat tidurnya. Dan yang membuat Alisa curiga adalah, saat Suaminya pergi, Ia tidak mengganti pakaiannya dan hanya mengenakan jaket dan masih memakai piyama.
'Mas Sadam, kenapa perasaanku menjadi tidak enak seperti ini? Apa sebenarnya yang telah kau sembunyikan di belakangku?' batin Alisa merasa gundah.
Dengan kecepatan penuh, Sadam bergegas melakukan mobil miliknya menuju apartemen untuk segera menemui istri mudanya, hasrat yang tiba-tiba saja menggebu-gebu, sudah tidak bisa ia tahan lagi, Sadam pun merasa sangat aneh dengan apa yang telah ia alami saat ini, baginya ini sangatlah gila.
Ketika Mahira berada di pantry karena haus dan akhirnya meneguk satu gelas air putih, dirinya sangat terkejut saat mendengar bel pintu apartemen berbunyi, sedangkan Hanum sudah tertidur pulas di kamar tamu karena kelelahan. Mahira pun bergegas membuka pintu, dan ia sangat terkejut ketika mendapati Suaminya yang datang, Mahira merasa takut serta cemas, karena telah membawa Hanum ke apartemen tanpa seizin dari suaminya.
"T tuan Sadam, anda malam-malam kesini?" tanya Mahira tidak percaya.
Sadam pun buru-buru menutup pintu lalu menguncinya.
"Ikut denganku, cepat!"
"Kita mau kemana Tuan?" tanya Mahira bingung.
"Ke kamar kita lah, aku menginginkanmu malam ini!"
Deg
"Apa? Tuan tidak sedang mengigau kan?" tanya Mahira
Karena hasratnya yang sudah berada di atas ubun-ubun, Sadam akhirnya menggendong tubuh Mahira ala bridal style, menuju kamar mereka.
Bersambung...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁