Dinikahi Tuan Muda

"Laa.. Laa.. Laaa.. Laaaa", irama dari musik yang di putar untuk mengiringi langkahku dalam menari.

"Bagus.. pertahankan irama langkahmu nyonya!", ucap Audrey Frans.

Aku terus melangkah dengan irama yang mengiringi.

Aku sedang belajar berdansa dengan di bimbing oleh Audrey Frans, Dan yang menjadi pasangan dansaku adalah Lily .

"Sekarang, berputar sekali!", ucap Audrey Frans kepadaku.

"Iya bagus sekali nyonya!", ucapnya lagi sambil bertepuk tangan.

"kita sudahi dulu hari ini sampai sini! Asyik kan nyonya?", Audrey mungkin memang tipe gadis yang ceria.

Dia masih muda dan memiliki kemampuan.

Serta latar belakang keluarga yang cukup bagus.

"Ya!", jawabku.

"Syukurlah... Sekarang masih ada sedikit waktu, bagaimana jika kita mengobrol antar wanita sebentar??", pinta Audrey padaku .

Yahh .. tidak masalah juga jika hanya mengobrol. Aku juga merasa sedikit bosan hanya di kamar saja.

"Baiklah.. mari berbincang sambil minum teh!",

Jawabku menanggapi ajakannya.

"Lily, tolong ambilkan teh dan desert ya!", pinta ku kepada Lily.

"Baik nyonya!", Lily pergi mengambilkan apa yang aku pinta.

Namun, setelah lily beranjak pergi, Audrey bertanya dengan mata yang berbinar menatapku.

"Nyonya Freya, Bagaimana anda bisa memikat tuan Marques??", tanya Audrey padaku.

Aku berfikir bahwa pertanyaan Audrey tidaklah sopan. Namun yang menjadi pertanyaan lebih adalah, mengapa Audrey menanyakan hal itu padaku?

Apa dia menyukai Albert?

Atau benar itu hanya pertanyaan biasa?

"Banyak lady yang menginginkan tuan Albert di pergaulan sosialita kelas atas! Namun, beliau terkenal sangat lah dingin kepada para lady. Saya benar-benar ingin sekali belajar teknik rahasia itu!!", lanjutnya sambil sedikit berteriak, seperti pengagum rahasia.

"saya tidak melakukan apapun yang istimewa," jawabku.

Lily datang dengan nampan berisi desert dan teh di atasnya.

"Terimakasih Lily ", ucapku kepada Lily.

"Sama-sama nyonya!", balas Lily sambil tersenyum senang.

"ohoo.. anda terlalu rendah diri nyonya. Andakan sangat cantik. Sepertinya tuan Marques terpikat dengan kecantikan anda ya", ucap Audrey.

Sebenarnya, kenapa dia penasaran dengan itu?

Dan pertanyaannya membuat aku tak nyaman.

"Jadi, kapan anda berdua akan menggelar pesta pernikahan??", lanjut Audrey masih membuatku tak nyaman.

'pesta pernikahan?'

'haruskah kami mengadakannya?'

"Tuan Marques sedang mempersiapkan nya dengan teliti! Tanggalnya belum ditentukan, jadi nyonya kesulitan menjawab", ucap Lily ngenggantikanku.

Sepertinya Lily terlihat kesal dengan cara bicara Audrey padaku.

"Ahh, begitu ya.." tanggap Audrey sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Tampaknya nyonya Freya sangat pendiam ya?", kata Adelia padaku.

"Nyonya selalu memikirkan segalanya dengan baik!", lagi-lagi Lily menjawabnya.

"ahh.. saya tadi melihat ada seorang gadis kecil yang menjual bunga saat perjalanan kesini",

Ucap Audrey sambil mengeluarkan buket bunga yang di bungkus dengan sederhana.

'Bunga liar', aku berpikir mungkin Audrey sedang ingin membahas tentang area permukiman masyarakat biasa.

"Dia terlihat sangat malang dengan menjual bunga menggunakan pakaian yang lusuh dan tanpa menggunakan alas kaki. Nyonya Freya pasti lebih bisa memahami perasaan gadis cilik itu, jadi saya membeli bunganya!", lanjut Audrey.

Ohh.. sepertinya dia tidak sedang ingin membicarakan tentang kehidupan masyarakat biasa. Ini lebih terlihat jika dia ingin mengingatkan posisiku.

"Di rumah saya sudah banyak bunga karena saya sangat menyukai bunga. Apakah anda dengan kemurahan hati anda mau menerima buket sederhana ini?", tanya Audrey kepadaku sambil menyodorkan buket bunga itu.

Ahh.. ternyata benar!

Yang lebih kamu inginkan adalah mengingatkanku akan posisiku. Dengan menceritakan sedikit tentang gadis penjual bunga liar ini, kamu ingin menyindirku secara halus.

'bunga ya?', aku jadi teringat kejadian itu.

Dihari saat Andreas memukuliku saat dia tidak bisa mengontrol diri karena mabuk. Dia memberiku satu buket bunga liar yang tidak di kemas dengan rapi dan meminta maaf.

Dia bilang bahwa hidup itu terlalu sulit. Maka dari itu dia memukuliku.

Dia lantas bilang "kesalahan fatalnya ada padamu, maka dari itu aku minum alkohol!".

Tapi..

Biarpun Begitu, bunga ini tidak ada hubungannya dengan saat itu kan?

Biar aku terima saja bunga ini, agar tidak menjadi urusan yang lebih panjang.

"Terima kasih", ucapku pada Audrey sambil menerima buket bunga liar itu.

.

POV Audrey Frans

Kenapa ekspresinya datar sekali selama kelas berlangsung?

Aku terus memikirkan ekspresi Freya saat kelas dansa tadi. Sebenarnya kenapa dia seperti itu ya?

Yahh...

Dia memang secantik kabar yang beredar sih..

Tapi cuma itu kelebihannya!!

Aku memang sengaja memohon kepada ayah agar bisa menjadi guru dari istri Marques Davinci

Itu bukanlah hal yang sulit karena Memang tidak ada yang bisa menandingi bakatku dalam hal berdansa dan bermain piano.

Huhh..

Tapi aku tetap saja tidak menduga akan hal ini.

Rasanya aku seperti berhadapan dengan boneka cantik yang tidak memiliki ekspresi Dan tanpa perasaan.

Apalagi dia hanyalah wanita yang berhasil menduduki posisi marchionnes Davinci karena kecantikannya.

Hah.. tidak habis pikir!!

Bahkan sepertinya dia tidak tahu Sehebat apa Marques Davinci itu! Ini sangat mengganggu!

Wanita kotor yang tidak tahu tempatnya, berani merangkak masuk ke dalam kehidupan sosial masyarakat kelas atas! Benar benar tidak tahu malu!!

Ada lima keluarga bangsawan kelas atas di negara ini. Dan salah satu yang paling berpengaruh adalah keluarga Davinci. Status dan jabatannya begitu tinggi hingga keluarga tersebut menutup indentitas keturunan langsung sampai mereka berumur 15 tahun dan cukup bisa melindungi diri sendiri.

Anak-anak keluarga itu baru akan di perkenalkan dengan dunia sosial yang kejam ini saat mereka sudah memasuki usia yang di tentukan dan sudah menerima pendidikan utama sebagai penerus keluarga.

Albert sendiri baru saja di perkenalkan ke dunia sosial kelas atas Setelah 12 tahun orang tuanya meninggal.

Karena katanya dia harus menerima pendidikan secara sempurna untuk menduduki posisi yang kapan saja bisa menjadi bumerang untuknya.

Begitu banyaknya lady yang sudah siap menikah dan mengharapkan nya sebagai pasangan. Dan itu tidak terkecuali denganku.

Bahkan, tidak sedikit pula kepala keluarga dari pejabat pemerintah maupun pebisnis hebat yang mendekatinya. Untuk menawarkan pertunangan dengan putri mereka yang bahkan belum dewasa.

'Tapi bisa-bisanya Malah wanita seperti itu yang menempati posisi yang begitu luar biasa itu!!'

Tidak habis pikir!!!

"Dansa pertamanya hari ini memang bagus untuk pemula, tapi itu tidak lah istimewa! Meski sudah ada guru pengetahuan dan tata Krama pun, aku tetap tidak percaya dia bisa baca tulis!",

Aaarrggghh...

Sungguh sangat menjengkelkan!

"apalagi kalau dia seorang anak dari keluarga terpandang, tidak mungkin dia tidak emosi menerima buket bunga murahan seperti itu!", ucapku sambil terus melampiaskan emosi.

Jujur saja, bunga itu memang sengaja aku beli. Aku membeli bunganya dari anak - anak di jalan menuju kediaman besar Davinci. Dan membungkus bunga itu secara asal-asalan .

Aku memberinya bunga itu sebagai ungkapan bahwa dia tidak ada bedanya dengan anak - anak penjual bunga itu, meski dia cantik dan menduduki posisi nyonya marchionnes Davinci.