Tomo adalah seorang anak yang penuh dengan imajinasi liar dan semangat tinggi. Setiap hari baginya adalah petualangan yang seru, dari sekadar menjalankan tugas sederhana seperti membeli susu hingga bersaing dalam lomba makan yang konyol bersama teman-temannya di sekolah. Tomo sering kali terjebak dalam situasi yang penuh komedi, namun dari setiap kekacauan yang ia alami, selalu ada pelajaran kehidupan yang berharga. Di sekolah, Tomo bersama teman-temannya seperti Sari, Arif, dan Lina, terlibat dalam berbagai aktivitas yang mengundang tawa. Mulai dari pelajaran matematika yang membosankan hingga pelajaran seni yang penuh warna, mereka selalu berhasil membuat suasana kelas menjadi hidup dengan kekonyolan dan kreativitas yang absurd. Meski sering kali terlihat ceroboh dan kekanak-kanakan, Tomo dan teman-temannya selalu menunjukkan bagaimana persahabatan dan kebahagiaan kecil bisa membuat hidup lebih berwarna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Uji Nyali di Perpustakaan
Desas-Desus Hantu di Perpustakaan
Siang itu, suasana sekolah SD Harapan Jaya terasa lebih lengang dari biasanya. Di luar, suara anak-anak yang bermain sepak bola dan berlarian terdengar riuh, tapi di sudut perpustakaan sekolah yang berada di bangunan tua, suasana sebaliknya. Sepi, sunyi, dan sedikit menakutkan. Kabarnya, perpustakaan ini berhantu.
Tomo dan Arif sedang duduk di kantin sambil menyantap es krim. Namun, bukan rasa manis es krim yang membuat mereka bersemangat kali ini, melainkan sebuah rumor yang sudah menyebar di kalangan siswa.
"Hei, kamu pernah dengar cerita tentang perpustakaan sekolah?" tanya Arif tiba-tiba, matanya sedikit membelalak seolah sedang memikirkan sesuatu yang penting.
Tomo, yang sedang sibuk menjilat es krimnya, menoleh dengan rasa ingin tahu. "Hah? Cerita apa? Perpustakaan? Kamu bercanda? Tempat buku-buku itu?"
Arif mengangguk pelan, wajahnya serius. "Iya, katanya perpustakaan itu berhantu. Ada yang pernah lihat bayangan misterius berkeliaran di antara rak-rak buku."
Tomo langsung menghentikan aktivitasnya dan menatap Arif dengan penuh perhatian. "Serius, Rif? Hantu? Di perpustakaan?"
Arif mengangguk lagi, kali ini lebih serius. "Katanya, kalau kamu sendirian di perpustakaan setelah jam sekolah selesai, kamu bisa dengar suara-suara aneh. Ada yang pernah bilang, mereka mendengar buku-buku jatuh sendiri atau pintu lemari tertutup tanpa sebab."
Tomo terdiam sejenak, merenungkan informasi itu. Matanya berkilat dengan rasa penasaran yang tak bisa ia tahan. "Berarti... ini kesempatan kita buat uji nyali, Rif! Bayangkan kalau kita berhasil membuktikan ada hantu di perpustakaan! Kita bisa jadi pahlawan di sekolah ini!"
Arif menatap Tomo dengan ragu. "Uji nyali? Di perpustakaan? Kamu serius?"
Tomo mengangguk penuh keyakinan. "Tentu saja! Kita kan nggak takut hantu, kan?"
Arif hanya bisa mendesah, meskipun dalam hatinya ada sedikit keraguan. "Ya, nggak takut... tapi aku lebih takut kalau kena marah Bu Rina, penjaga perpustakaan."
Rencana Uji Nyali
Dengan semangat yang berkobar, Tomo mulai merencanakan uji nyali mereka. Setelah makan siang, mereka berdua langsung menuju perpustakaan yang terletak di ujung koridor sekolah, agak terpisah dari gedung utama. Bangunan perpustakaan itu terlihat sedikit usang, dengan tembok yang mulai memudar dan daun pintu kayu yang terkadang berderit saat dibuka. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela-jendela besar di sisi ruangan memberikan kesan hangat, namun bayangan rak-rak tinggi membuat suasana menjadi agak menyeramkan.
"Kita harus masuk saat jam istirahat hampir selesai, jadi kita bisa sendirian di sini," kata Tomo sambil berbisik, meskipun tidak ada siapa-siapa di sekitar mereka. "Kalau kita tunggu sampai sore, pasti lebih seram."
Arif mengangguk pelan, tapi ia tetap waspada. "Kamu yakin ini ide bagus, Tomo? Kalau Bu Rina lihat kita mondar-mandir di sini, kita bisa dimarahi."
Tomo menepuk bahu Arif dengan gaya sok berani. "Tenang, Rif. Kita di sini bukan buat main-main. Kita detektif yang sedang menyelidiki misteri! Hantu perpustakaan ini harus terungkap."
Mereka pun memasuki perpustakaan dengan langkah hati-hati, menjaga suara agar tak menarik perhatian. Rak-rak buku tinggi menjulang di sekeliling mereka, penuh dengan buku-buku tua dan baru. Suara langkah mereka yang bergema di lantai kayu membuat suasana semakin mencekam.
"Kamu dengar itu?" bisik Tomo tiba-tiba.
Arif berhenti dan menoleh cepat. "Dengar apa?"
Tomo memandang ke sekeliling dengan waspada. "Suara berderit... kayak ada pintu yang bergerak."
Arif mencoba mendengar dengan seksama, tapi tidak ada yang terdengar selain suara pelan dari kipas angin di langit-langit. "Kamu yakin itu bukan imajinasi kamu aja, Tomo?"
Tomo mengangkat bahu. "Mungkin... tapi siapa tahu, bisa aja itu tanda dari hantu."
Penjaga Perpustakaan yang Misterius
Tepat saat mereka berdua mulai menyusuri lorong rak buku yang paling gelap, sebuah suara mengejutkan mereka.
"Tomo! Arif!"
Keduanya langsung melonjak ketakutan dan hampir berlari sebelum menyadari bahwa itu hanyalah suara Bu Rina, penjaga perpustakaan. Bu Rina, dengan kacamata tebal dan selalu memegang setumpuk buku di tangannya, berdiri di belakang mereka dengan wajah penuh tanda tanya.
"Kalian ngapain di sini? Bel istirahat hampir selesai, kalian harus segera kembali ke kelas," kata Bu Rina dengan nada tegas, meski tidak marah.
Tomo yang berusaha terlihat tenang, tersenyum canggung. "Eh, Bu, kami cuma... mau pinjam buku buat tugas."
Arif mengangguk cepat, menambahkan. "Iya, Bu, benar! Kami nggak berani macam-macam kok."
Bu Rina menatap mereka dengan curiga, tapi akhirnya mengangguk. "Baiklah, cepat pinjam bukunya dan kembali ke kelas."
Setelah Bu Rina kembali ke mejanya, Tomo dan Arif berjalan ke rak buku paling ujung, di mana mereka bisa berbicara tanpa takut didengar.
"Kita hampir ketahuan, Tomo!" bisik Arif dengan nada gugup. "Mungkin kita harus hentikan uji nyali ini."
Tomo menggeleng tegas. "Nggak, Rif. Ini baru permulaan. Kita harus datang lagi nanti sore, setelah Bu Rina pulang. Itu pasti waktu yang tepat."
Arif ingin membantah, tapi melihat semangat Tomo yang tak terbendung, ia akhirnya menyerah. "Baiklah, tapi kalau terjadi sesuatu yang aneh, aku lari duluan."
Tomo tertawa kecil. "Deal."
Kembali Saat Senja
Sore itu, setelah jam pelajaran usai, Tomo dan Arif kembali lagi ke perpustakaan. Kali ini, suasananya jauh lebih mencekam. Cahaya matahari yang mulai memudar membuat bayangan rak-rak buku semakin panjang dan gelap. Mereka masuk melalui pintu belakang yang sudah tidak terkunci, memastikan bahwa mereka benar-benar sendirian.
Perpustakaan kosong itu terasa begitu sepi. Hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar, dan sesekali angin dari luar yang membuat jendela berderit pelan.
"Kamu yakin ini ide bagus?" bisik Arif sambil melihat ke sekeliling dengan waspada. "Tempat ini makin seram saat sore."
Tomo, yang meski tampak sedikit gugup, tetap berusaha terlihat berani. "Tentu aja, Rif. Ini kesempatan kita buat membuktikan bahwa hantu perpustakaan itu benar-benar ada."
Mereka mulai berjalan lebih dalam ke area rak-rak yang jarang dijamah orang. Rak-rak ini dipenuhi dengan buku-buku tua yang mungkin sudah puluhan tahun tak tersentuh. Debu tebal menutupi setiap permukaan, dan bau kertas tua terasa sangat menyengat di udara.
Saat mereka berjalan lebih jauh, tiba-tiba terdengar suara buku jatuh dari salah satu rak di dekat mereka. Tomo dan Arif langsung terlonjak kaget.
"Apa itu?!" seru Arif panik, matanya melebar ketakutan.
Tomo mencoba menenangkan diri, meski jantungnya berdetak kencang. "Mungkin... mungkin itu cuma angin."
Arif menatap Tomo dengan wajah tidak percaya. "Angin? Di dalam ruangan tertutup kayak gini? Kamu bercanda?!"
Tomo menelan ludah, tapi tetap berjalan mendekati rak buku yang baru saja menjatuhkan isinya. Di sana, sebuah buku besar tergeletak di lantai, halamannya terbuka. Tomo mengambil buku itu perlahan dan membaca judulnya.
"Buku... sejarah sekolah," bisiknya. "Mungkin ini petunjuk."
Arif, yang masih ketakutan, hanya bisa bergumam. "Petunjuk buat apa? Aku rasa kita harus keluar dari sini, Tomo. Ini udah nggak lucu lagi."
Tapi Tomo tetap nekat. Dia membuka halaman buku itu dan menemukan sesuatu yang menarik—gambar gedung perpustakaan mereka, tapi di halaman itu, tampak ada ruangan lain yang tersembunyi di balik rak-rak buku.
"Rif, lihat ini!" seru Tomo dengan penuh semangat. "Ada ruangan rahasia di balik perpustakaan ini!"
Arif, yang masih merasa takut, mendekat dengan ragu-ragu. "Ruangan rahasia? Ini semakin aneh, Tomo."
Tomo mengangguk. "Dan kita akan menemukannya! Ayo cari rak yang ditunjukkan di buku ini."
Menemukan Ruangan Rahasia
Dengan penuh antusias, Tomo mulai memeriksa rak-rak buku di sekitar mereka, mencari tanda-tanda yang sesuai dengan gambar di buku itu. Arif mengikuti dari belakang, meski dia merasa semakin tidak nyaman dengan setiap langkah yang mereka ambil.
Setelah beberapa saat, mereka menemukan rak yang sesuai dengan gambar di buku. Rak itu tampak sedikit berbeda dari yang lain—lebih tua dan penuh dengan buku-buku yang usianya tampak sangat tua. Di salah satu sisi rak, ada celah kecil yang nyaris tak terlihat.
"Tomo, lihat!" bisik Arif sambil menunjuk celah itu.
Tomo meneliti celah itu dengan cermat, lalu tanpa ragu, dia menarik salah satu buku di rak. Rak itu berderit pelan, lalu bergerak sedikit ke samping, memperlihatkan pintu kecil yang tersembunyi di baliknya.
Arif langsung mundur ketakutan. "T-Tomo, apa-apaan ini? Kita beneran nemuin ruangan rahasia?"
Tomo tersenyum penuh kemenangan. "Ini dia, Rif! Petualangan kita dimulai sekarang."
Mereka berdua membuka pintu itu dan menemukan tangga kecil yang turun ke bawah tanah. Ruangan di bawah terasa lebih dingin dan gelap, meskipun ada cahaya redup yang menerobos dari celah-celah di dinding.
"Tomo, aku nggak yakin kita harus masuk ke sini," bisik Arif, suaranya bergetar.
Tapi Tomo, seperti biasa, terlalu penasaran untuk mundur. "Tenang aja, Rif. Kita cuma lihat sebentar, terus keluar."
Mereka menuruni tangga dengan hati-hati, dan saat sampai di dasar, mereka menemukan ruangan kecil yang dipenuhi dengan buku-buku tua dan barang-barang lama yang disimpan dengan rapi. Tidak ada hantu, tidak ada makhluk aneh—hanya sejarah yang terkubur di bawah perpustakaan.
"Ini... bukan hantu," kata Arif, setengah lega setengah bingung.
Tomo menghela napas lega sambil tertawa kecil. "Ternyata cuma gudang buku lama. Yah, setidaknya kita nggak ketemu hantu."
Arif tertawa kecil, akhirnya merasa lega. "Aku rasa, kita bisa bilang kalau kita berhasil uji nyali, meskipun tanpa hantu."
Mereka pun meninggalkan ruangan itu dan kembali ke permukaan. Meskipun tidak menemukan hantu, mereka merasa puas dengan petualangan mereka. Dan tentu saja, Tomo berjanji akan kembali lagi untuk menjelajahi lebih jauh, karena siapa tahu, mungkin hantu perpustakaan itu hanya sedang bersembunyi sementara waktu.
Namun untuk hari ini, petualangan mereka sudah cukup menegangkan dan menyenangkan.