Rhys Alban, terpaksa menikah dengan wanita bernama Celine Danayla Matteo, demi mempertahankan harta milik Keluarga Alban. Ia tak mau harta milik keluarganya jatuh ke tangan asisten pribadi Daddynya ataupun pada dinas sosial.
Celine yang sangat senang, menerima pernikahan tersebut, bahkan ia memaksa Rhys untuk menyatakan cinta padanya agar ia tak membatalkan pernikahan itu.
Namun, pernikahan yang didasari dari perjodohan tersebut membuat cinta Celine bertepuk sebelah tangan, juga membuat dirinya bagai hidup di dalam sangkar emas dengan jerat yang semakin lama semakin melukainya.
Hingga semuanya itu meninggalkan trauma besar dalam dirinya, pada cinta masa kecilnya. Apakah ia mampu memutus benang merah yang telah mengikatnya lama atau justru semakin membelit ketika ingatan Rhys kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#16
Rhys tidur dengan begitu lelapnya. Setelah ia melakukan pergulatan dengan Celine di dalam kamar kecil yang ditempati wanita itu, Rhys meninggalkannya dan kembali ke kamarnya sendiri. Ia langsung merebahkan tubuhnya dan terlelap dengan mudahnya.
Sementara Celine, ia sama sekali tak bisa memejamkan matanya. Hatinya merasa sangat gelisah. Ia berputar dari kiri ke kanan dan kembali lagi ke kiri, namun tetap matanya sulit untuk terpejam.
Hingga akhirnya ia tertidur ketika waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Jam 5 pagi, ia harus kembali bangun dan bekerja lagi.
**
Celine yang kini berdiri di balik sebuah pilar, merasakan kesakitan dan kepahitan secara bersamaan. Beberapa orang polisi mendatangi kediaman Keluarga Alban dan mengatakan bahwa Dad Harry mengalami kecelakaan.
Para polisi datang ke sana karena di rumah Keluarga Matteo tidak ada siapapun. Yang mereka bisa ketahui hanyalah bahwa Dad Harry bekerja di Perusahaan Alban. Berhubung Perusahaan sedang tutup karena libur akhir tahun, maka para polisi mendatangi Kediaman Keluarga Alban.
“Dad!!” teriak Celine.
Ia memegang tangan salah satu polisi itu dan menggoyangkannya.
“Katakan padaku itu semua tidak benar. Di mana Dad? Aku ingin bertemu dengannya! Cepat katakan padaku di mana Daddy?!” Celine seakan kehilangan akal. Di pipinya sudah berderai air mata dan ia tak bisa menyembunyikan kesedihannya.
“Ahhhh!!! Cepat katakan padaku!!” Celine kembali berteriak dan menghampiri polisi yang lain.
Rhys yang terbangun karena suara Celine pun turun ke bawah untuk menanyakan apa yang terjadi.
“Ada apa ini?” tanya Rhys.
“Kami datang ke mari untuk memberitahukan bahwa telah terjadi kecelakaan yang melibatkan salah satu pegawai di Perusahaan Alban yang bernama Harry Matteo. Ia kami temukan di pinggir kota dengan keadaan sudah tidak bernyawa,” jelas sang polisi.
“Tidakkk!!! Dad tidak meninggal! Katakan padaku itu bohong!!!” teriak Celine dan ia menggoyangkan tubuh polisi yang baru saja memberi penjelasan pada Rhys.
“Celine!” teriak Rhys. Suara Rhys membuat Celine terdiam, kini hanya terdengar suara isakan dan tubuh Celine pun luruh ke lantai.
“Dad …”
**
Akhirnya Celine pergi bersama dengan Rhys ke kantor polisi untuk memastikan bahwa korban kecelakaan itu adalah benar Harry Matteo.
Udara yang begitu dingin membuat Celine menggunakan jaket yang sangat tebal. Tubuhnya yang lebih kurus dari sebelumnya, membuat jaket terlihat begitu besar di tubuhnya.
Mereka melewati beberapa meja pihak kepolisian dan menyusuri koridor hingga akhirnya mereka sampai di depan sebuah ruangan.
Polisi tersebut membuka pintu dan menemani keduanya masuk ke dalam. Sebuah brankar dengan kantong jenazah di atasnya, membuat tubuh Celine bergetar. Ia ingin bertemu dengan Dad Harry, tapi tidak dalam keadaan seperti ini.
Celine berjalan maju, memberanikan diri untuk berdiri persis di sebelah brankar. Dengan perlahan tangan Celine memegang resleting. Getaran tubuhnya bahkan hingga ke tangan, membuatnya sedikit kesulitan membuka resleting kantong jenazah tersebut.
Hati Rhys tiba-tiba menjadi tak tega. Ia pun berjalan mendekati Celine dan membantu wanita itu membukanya.
Sretttt
Melihat wajah Dad Harry di dalam kantong jenazah tersebut, Celine tak lagi kuasa menahan tangisnya. Ia langsung memeluk Dad Harry dan merebahkan kepalanya di dada pria paruh baya.
“Dad … hiks … mengapa Dad pergi meninggalkan Celine? Kembalilah Dad. Celine janji tidak akan meminta apapun lagi. Celine akan menuruti apapun permintaan Dad. Bangun Dad!”
Rhys yang melihat Celine menangis, langsung membawa wanita itu ke dalam pelukannya, “jangan menangis lagi, ada aku.”
Rhys mengelus punggung Celine, menenangkan wanita itu.
“Mengapa Dad pergi? Mengapa ia tak mengajakku? Aku tak mau sendirian di sini. Aku ingin ikut dengan Dad,” air mata Celine seakan tak bisa berhenti. Ia bahkan tak ingin keluar dari ruangan itu meski pihak kepolisian memintanya.
Rhys memegang bahu Celine dan mengajaknya keluar. Mereka menandatangani laporan dan akan segera membawa pulang Dad Harry untuk dimakamkan.
**
Dinginnya Kota Helsinki menambah dinginnya perasaan Celine saat ini. Dengan memakai baju serba hitam dan sebuah mantel putih, ia berdiri di depan makam Dad Harry.
Wajahnya yang kini menatap lurus ke arah makam, terlihat begitu dingin dan datar. Tak ada lagi air mata yang membasahi pipinya. Ia sudah lelah, ia kehilangan cinta pertamanya.
Ketika yang lain sudah kembali, tapi tidak dengan dirinya. Ia masih berdiri diam di sana, tanpa melakukan apa-apa. Dari kejauhan, Rhys memandanginya dari dalam mobil.
Kepalanya kembali terasa sakit karena ia teringat kembali akan kematian Mom Diana dan juga Dad Dave. Sekilas di dalam kepalanya muncul bayangan Celine yang sedang berlarian dengan senyum yang begitu cantik.
Ia menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan semua yang ada di pikirannya. Ia pun memanggil asisten pribadinya.
“Finn, panggilkan dia. Ajak dia pulang.”
“Baiklah,” kata Finn.
Finn berjalan mendekati Celine, “Celine, Rhys memanggilmu. Ia mengajakmu pulang.”
Celine diam, kemudian menoleh perlahan pada Finn, “pulanglah dulu. Aku masih ingin di sini bersama Dad dan Mom.”
“Tidak bisa. Rhys memintamu naik ke mobil dan pulang. Kamu bisa datang lagi ke sini nanti. Langit mulai gelap dan sepertinya salju akan kembali turun.”
Celine berjongkok dan memegang tanah di mana Dad Harry berada, “Dad, aku pulang. Aku berjanji akan sering datang ke sini.”
Celine akhirnya mengikuti Finn menuju mobil di mana Rhys berada. Finn membukakan pintu belakang dan Celine pun masuk.
Di dalam perjalanan pulang, tak ada suara sama sekali yang keluar dari bibir Celine. Wanita itu terus saja memandang keluar jendela dan sibuk dengan dunianya sendiri. Rhys yang berada di sebelahnya, sesekali menoleh, ia sangat tahu bagaimana perasaan Celine saat ini, karena ia pernah merasakannya.
**
“Sudah selesai.”
Celine menerima sebuah map dari Alice, malam hari setelah ia pulang dari acara pemakaman Dad Harry. Celine menerimanya san berterima kasih atas bantuan yang Alice berikan.
“Terima kasih banyak atas bantuanmu.”
“Sama-sama. Tapi … kamu tetap membutuhkan tanda tangan Rhys untuk mengesahkannya,” kata Alice.
“Ya, aku tahu. Nanti aku akan memintanya. Sekali lagi terima kasih.”
“Aku kembali ke kamar dulu. Kalau ada sesuatu lagi yang kamu perlukan, datanglah ke kamarku.”
“Ya,” kata Celine sambil tersenyum tipis.
Setelah Alice pergi, Celine membuka map tersebut dan tersenyum, “aku akan membebaskanmu. Dan aku juga akan memberikan semua yang menjadi keinginanmu. Aku tak menginginkan apapun lagi saat ini.”
Celine mengambil bolpoin dan membubuhkan tanda tangannya di surat tersebut. Lalu ia menyimpan surat itu di dalam lemari yang ada di kamarnya. Ia akan memberikannya di saat yang tepat.
🌹🌹🌹