Mentari dijodohkan oleh ayahnya dengan pria lumpuh. ia terpaksa menerimanya karena ekonomi keluarga dan bakti dia kepada orangtuanya.
apa yang terjadi setelah mentari menikah?
apa akan tumbuh benih-benih cinta di antara keduanya?
apakah mentari bahagia? atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ristha Aristha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman Untuk Narti
Dita sedang berada di rumah Beni, saat tiba-tiba Mega datang dan nyelonong masuk untuk duduk di ruang tamu, Mega menatap Dita dengan tata yang sulit Dita artikan.
"Bu Mega kalau masuk rumah orang itu, ya mbok salam dulu, permisi dulu, ini gak .... Malah langsung masuk-masuk aja, gak sopan banget, sih!" kata Ranti dengan wajah kesal.
Ranti terang-terangan menunjukkan wajah itu agar Mega paham kalau dirinya tidak menyambut kedatangan Mega disini, terakhir kali dia datang bersama suaminya. Mereka hanya menjelek-jelekan Mentari dan juga keluarganya disini, dan Ranti tidak mau mendengar hal itu lagi.
"Maafkan saya Bu Ranti, tapi saya ada perlu sama Bu Dita " ujar Mega menyahuti.
"Ya terus? kalau ada perlu nggak bisa gitu sopan santun? Ya, tetap harus pakai salam, lah. Kita ini orang Islam, terus itu punya adab, kalau nyelonong seperti tadi malah kelihatan bar-bar. Seperti tidak terdidik, bukannya selama ini Bu Mega bilang kalau ibu adalah orang berpendidikan, dan selalu meremehkan warga di desa ini karena menganggap mereka tidak bersekolah, ya?" sindir Ranti terang-terangan.
Mega terlihat jelas jika tidak menyukai perkataan Ranti baru saja, namun ia tidak bisa menunjukkan begitu saja. jadi dengan terpaksa mengulas senyum kecil dan menunjukkan kalau dia menyesal.
"Maaf Bu Ranti, selanjutnya saya tidak akan melakukan hal seperti tadi, lagi", balas Mega dengan enggan.
"Sebenarnya Bu Mega kesini mau ngapain? Suami saya lagi gak ada di rumah, dan kenapa ibu mau bertemu dengan kakak saya? Sebenarnya ada apa?" tanya Ranti basa basi.
Sebenarnya dia sudah menebak apa yang akan di katakan oleh Mega nanti, pasti ini perihal tentang kerjasama dengan catering nya yang di putus oleh perusahaan.
Mega meneguk ludah susah payah, dia yakin tanpa di beritahu pun Dita dan Ranti pasti mengetahui tujuannya disini. Tapi sepertinya mereka berdua malah berlagak masa bodoh.
Pagi ini Mega diberi tahu oleh Gendis kalau Mentari, suaminya, dan juga Dita sudah sampai rumah yang ada di desa. Gendis juga mengatakan kalau pagi ini Dita pergi kerumah Beni, makanya Mega segera bergegas kesana.
Tentu saja untuk menemui Dita adalah agar kerjasama mereka tidak di putus, bagaimanapun juga kerja sama dengan perusahaan milik Dita adalah pendapatan paling besar dari catering miliknya.
Apalagi perusahaan itu tidak pernah mempermasalahkan harga yang Mega buat.
",Saya mau ketemu sama Bu Dita. karena saya mau bicara mengenai kerjasama kita, saya memohon pada Bu Dita agar tidak memutus kerjasama kita. Karena kita telah lama menjalin hubungan kerja sama. Masa sih, Bu Dita memutus kerjasama itu begitu, saja?" tanya Mega dengan wajah melas.
"Iya, gimana y Bu? Saya juga gak memutus kerja sama itu secara sepihak, kok. Kan, memang kontraknya sudah habis dan saya memutuskan untuk tidak melanjutkan kerjasama dengan catering nya milik Bu Mega, saya rasa tidak ada yang salah dengan perbuatan saya. Iya, kan?" tanya Dita dengan nada polos.
"Ya, tapikan kita sudah menjalin hubungan kerjasama selama 3 tahun, Bu. Dan setiap tahun ibu selalu memperbarui kontrak dengan kontrak kami. Masa sih ibu tiba-tiba memutus kerjasama begitu, saja?" tanya Mega balik.
"Jujur saja, sebelumnya saya sudah ingin memutus kerja sama kita, karena saya tahu Bu Mega terkadang memberi harga terlampau tinggi untuk makanan yang kami pesan. Sangat berbeda dengan catering milik orang lain, tapi yang menjadi penyebab kerjasama kita di putus adalah... Perbuatan Bu Mega yang menghina menantu saya dan keluarganya. Ibu menjelek-jelekan mereka dengan kata-kata yang sangat kasar, dan saya tidak dapat mentolerir hal tersebut. Jadi saya harap setelah ini Bu Mega tidak lagi bertanya-tanya lagi, dan tidak lagi penasaran dengan penyebabnya. Sebab saya tidak akan merubah keputusan saya sedikit pun, lagi pula saya sudah menjalin kerjasama dengan catering nya Bu Surti yang merupakan saudara dari besan saya sendiri ", kata Dita panjang lebar.
Mega benar-benar lemas, dia merasa tulangnya di lolosi dari tubuhnya.
****************
Rumah Mentari
"Mas, kamu mau teh atau kopi?" tanya Mentari kepada Dirga yang saat ini sedang duduk santai di depan rumahnya.
Pagi ini matahari sudah beranjak tinggi, tapi kediaman mereka nampak hening. Bara dan juga Mira melakukan kegiatan mereka diluar rumah, Laras dan Bagas saat ini sedang berkunjung ke kebun sawit mereka.
Jadilah hanya ada Dirga dan Mentari disini bersama beberapa orang ART, dan juga satpam yang berjaga didepan.
"Aku mau teh, kalau bisa pakai lemon, ya. Soalnya tenggorokan aku sedikit tidak enak", kata Dirga sedikit tersenyum.
"Oke Mas, kalau gitu aku ke dapur dulu, mas tunggu dulu disini. Mas mau gorengan juga gak? Biar aku buatin", kata mentari dengan semangat.
Hubungannya dengan Dirga entah kenapa tiba-tiba semakin membaik sejak kedatangan Ines, suaminya itu mau membuka diri dan menanggapi apa yang Mentari katakan. Tidak lagi dingin seperti sebelumnya.
Sepertinya mentari harus berterimakasih kepada Ines, karena dengan kedatangan wanita itu Dirga bisa berubah dari sesosok yang dingin berubah menjadi sosok yang sedikit hangat seperti saat ini.
"Nggak usah deh, nggak usah pakai gorengan. Soalnya takut kelamaan ", kata Dirga lagi.
"Ya udah, Mas. Tunggu disini, ya", kata Mentari sambil beranjak masuk kedalam rumah.
Meskipun Dita memberikan beberapa ART untuk melayani Mentari dan keluarganya di rumah besarnya tersebut, tetapi tetap saja Laras, Mentari, dan Mira, tidak nyaman untuk menyuruh mereka. Dan ketiga wanita itu lebih senang mengerjakan segala sesuatunya sendiri.
"Heh, Dirga! Mana istrimu itu, hah? Suruh keluar, biar bulek kasih pelajaran dia!
Dirga mendongak meninggalkan ponselnya yang ia tatap sejenak, di depannya sudah berdiri Narti sambil berkacak pinggang . Bulek istrinya itu terlihat marah dan Dirga merasa kalau itu adalah hal yang konyol.
"Ada apa ya, bulek? Tari baru saja masuk, dia mau buatin saya teh. Kalau bulek mau ngomong, ya sudah ngomong saja sama saya... Nanti saya sampaikan ke Tari".
"Kamu kalau punya istri itu di jaga, jangan sampai istri kamu itu menggoda menantuku. Kebiasaan banget sih, tabiat buruknya dari dulu gak pernah hilang-hilang, kenapa? Karena Reza menikah dengan Gendis, terus dia sakit hati dan sekarang mau menggoda suami anakku! Iya? Tidak tahu malu banget!" ucap Nanti menggebu-gebu.
kening Dirga langsung berkerut, dia bingung dengan apa yang Narti katakan, tapi kebenarannya tidak seperti itu. Tapi Dirga sudah melihat sendiri isi chat yang di kirimkan oleh Reza, dan disitu terlihat jelas kalau suami dari Gendis yang menggoda istrinya, bukan malah sebaliknya
"Maaf ya Bulek, ini konteksnya apa, ya? Kenapa tiba-tiba Bulek bilang kalau istri saya menggoda menantu, Bulek?" tanya Dirga serius.
"Lah, memang kenyataannya begitu, kok. Tari itu kirim pesan ke Reza, dia menggodanya supaya Reza mau balikan lagi sama Tari, dan kamu tahu? Ancamannya adalah catering nya Mega, yang merupakan ibunya Reza akan distop bekerjasama dengan perusahaan kalian, kalau Reza gak mau balikan lagi dengan Tari. Keterlaluan kan istrimu, yang sudah mempunyai suami yang mempunyai perusahaan seperti kamu... Tapi dia itu masih kurang dan tetap saja masih mengejar-ngejar menantuku. Nggak tahu diri! Nggak tahu malu!" nada suara Narti naik beberapa oktaf.
"Ya, masalahnya kenyataannya nggak seperti itu Bulek, kenyataannya adalah menantu Bulek sendiri yang duluan kirim pesan pada istri saya. Sudah di blok akunya beberapa kali, tapi dia tetap kirim pesan pada Tari dengan akun yang baru. Saya punya buktinya kok!" kata Dirga tegas.
Laki-laki tampan itu mengambil ponselnya Mentari yang ada di atas meja, dan membuka aplikasinya. Dia menunjukkan pesan Reza pada Narti, juga beberapa akun yang sudah di blokir Mentari..
"Nah, bulek bisa lihat sendiri, kan? Menantu Bulek dulu loh yang kirim pesan ke istri saya, jangan suka memfitnah dong! Kata-kata bulek bisa aku laporkan ke polisi, dengan pasal pencemaran nama baik. Saya punya buktinya!" kata Dirga dengan nada mengancam..
Wajah Narti langsung memucat, dia sendiri yang membaca kalau Reza sendiri yang menggoda Mentari. Disana terlihat jelas kalau keponakannya itu berkali-kali memblokir akun Reza tetapi akun baru terlihat mengirim pesan lagi.
"dan perkara ancaman Tari yang Bulek bilang tadi, di tuturkan pada Reza perihal catering ibunya akan di berhentikan jika Reza tidak mau kembali pada istri saya. itu salah besar! karena dari awal memang keluarga kami ingin memutus kerjasama catering Bu Mega karena suatu alasan. Jadi bulek, jangan macam-macam , kalimat Bulek bisa dipertanggungjawabkan karena kalau tidak... Saya akan membawa masalah ini ke kantor polisi. Karena kalian sudah menjelek-jelekan nama baik istri saya, Bulek mau hal itu terjadi,? Hah?, tanya Dirga dengan nada mengancam..
Wajah Narti langsung pucat seketika, dan langsung pulang tanpa berpamitan meninggalkan Dirga sendirian.
...****************...
lanjut thor
ines bukan rasa cinta itu..