Setelah ibunya meninggal sejak usianya tujuh tahun, kini Naira terpaksa tinggal dengan ibu serta kakak tirinya, pilihan ayahnya kali ini cukup membuat kehidupan Naira serasa di neraka.
Penyiksaan yang selalu Naira dapatkan selama ini, pada akhirnya telah membuat nya mulai berani melakukan perlawanan, dirinya sudah sangat lelah karena selalu mengalah dan terus-terusan ditindas oleh ibu serta kakak tirinya.
Suatu ketika, telah terjadi peristiwa memalukan dalam hidupnya, hingga membuat dirinya terpaksa di nikahkan dengan seorang pria misterius oleh warga satu kampung,nah loh! Kira-kira apa yang membuat mereka sampai di paksa harus menikah? Serta telah membuat warga satu kampung menjadi murka ? Mengapa pria misterius tersebut bisa datang secara tiba-tiba dalam kehidupan Naira dan malah menjadi suami dadakannya.
Lantas siapakah pria misterius tersebut?
Jangan lupa ikuti kisahnya hanya di Noveltoon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tabahkan hatimu Naira
Kini Naira telah memutuskan untuk kembali ke rumahnya dan segera menemui Ayahnya, dari lubuk hatinya yang paling dalam iya sangat berat meninggalkan suaminya di rumah sakit seorang diri. Selama perjalanan menuju rumahnya, iya terus saja menangis, sampai-sampai penglihatannya terhalang oleh air matanya, untungnya Naira adalah seorang pengendara motor yang sudah handal.
Setibanya di rumah, iya sangat terkejut ketika mendengar Isak tangis dari ibu serta kakak tirinya.
"Bang Rojak, hiks...hiks! Bangun bang..jangan tinggalin Salma!" kata Bu Salma sambil mengoyakkan tubuh suaminya yang sudah terbujur kaku di atas tempat tidur.
Naira pun langsung berlari menuju kamar Ayahnya, iya sangat terkejut saat melihat Ayahnya sudah tidak bernyawa.
"Ayaaaahhhhh..bangun Ayah, ini Nai sudah datang! Ayah jangan pergi tinggalin Nai, Nai mohon Ayah!" pekik Naira, kemudian iya memeluk tubuh Ayahnya.
"Nai, ikhlaskan kepergian Ayahmu ya, kasihan ayahmu kalau melihat mu seperti ini!" ucap Bu Salma sembari meremas pundak Naira agar lebih kuat dan tegar menghadapi kenyataan pahit.
Naira sendiri tidak bergeming, iya terus memeluk erat tubuh Ayahnya.
Rumah Sakit Teratai
Kali ini akhirnya Tony dan Detektif Jo berhasil menemukan Nathan yang saat ini kondisinya belum sadarkan diri di ruang IGD Rumah Sakit Teratai, kemudian Tony segera menghubungi Tuan Iskandar dan memberitahukan kabar mengenai putranya, Tuan Iskandar sempat syok atas pemberitaan dari Tony, dan dengan segera Tuan Iskandar mengerahkan anak buahnya untuk secepatnya memindahkan putranya ke rumah sakit Di Jakarta, karena mengingat rumah sakit yang telah merawat putranya saat ini memiliki fasilitas yang tidak memadai, Tuan Iskandar pun tidak ingin sampai terjadi sesuatu lagi terhadap putranya, cukup kali ini saja iya merasakan kehilangan putranya lebih dari satu bulan.
Atas ijin dari Dokter yang menangani Nathan, akhirnya Nathan segera di bawa dengan menggunakan pesawat helikopter menuju Jakarta.
Rumah Naira
Kini rumah Naira telah ramai di kunjungi oleh para warga yang melayat, Naira benar-benar sangat terpukul atas musibah yang telah menimpanya kali ini, beruntungnya ada Laras, sahabat dekat Naira yang mencoba menenangkan nya. Berbeda sekali dengan Bu Salma dan juga Lilis, keduanya terlihat biasa saja. Naira pun sempat kesal di buatnya, banyak sekali pertanyaan yang tadinya ingin iya tanyakan langsung kepada Ayahnya, mengenai kepergiannya ke kota secara mendadak tanpa memberitahu dirinya terlebih dahulu.
Kemudian Jasad Pak Rojak akhirnya di kebumikan di TPU karet, yang letaknya tidak jauh dari rumahnya. Isak tangis kembali pecah saat jasad Ayahnya masuk ke dalam liang lahat, kedua kaki Naira seolah lemas tak bertulang, saat ini iya sangat membutuhkan kehadiran suaminya, namun apa daya, mengingat kondisi Suaminya masih berada di rumah sakit dan Naira pun belum sempat kembali lagi ke sana, kali ini Naira berusaha untuk bisa tegar menghadapi cobaan yang begitu berat baginya.
Setelah acara pemakaman selesai, dengan di antar oleh Laras, kini Naira bergegas menuju Rumah Sakit Teratai.
"maaf ya Laras, aku sudah merepotkan mu!" ucap Naira yang merasa sungkan terhadap sahabatnya itu
"Ya ampun Nai, kau itu adalah sahabatku, sudah menjadi kewajiban aku untuk menolong mu, yasudah ayo cepat kita masuk ke dalam, siapa tahu suamimu sudah sadar!" kata Laras, lalu mereka bergegas masuk menuju Rumah Sakit.
Naira kini pergi ke Ruang IGD untuk menanyakan kondisi suaminya.
"Permisi suster, apakah suami saya masih berada di ruang IGD atau sudah di pindahkan ke ruang rawat inap pasien?" tanya Naira begitu cemas, Lara sendiri mencoba menangkan Naira dengan cara merangkul pundaknya.
"Maaf, kalau boleh saya tahu siapa nama suami Mba?" tanya Suster penjaga
"Namanya Sehun, Sus!" jawab Naira
Kemudian Suster tersebut mencari nama tersebut di dalam komputer, namun ia tidak menemukan nama tersebut.
"Maaf Mba, tapi nama yang anda sebutkan barusan tidak ada dalam daftar!"
Naira pun langsung tercengang di buatnya, karena setahunya saat dirinya mendaftarkan nama suaminya menggunakan nama Sehun.
"Coba anda periksa lagi Sus, suamiku yang tadi pagi mengalami kecelakaan!" tegas Naira mulai tersulut emosi
"Oh pasien itu, maaf Mba! Pasien tersebut sudah di jemput oleh keluarganya dan di bawa ke rumah sakit Di Jakarta!"
Mendengar hal itu, Naira kaget bukan kepayang, iya tidak menyangka akan mengalami kejadian seperti ini
"Mas Sehun! Kau di bawa kemana? Aku sangat membutuhkanmu di sisiku saat ini!" ucap Naira, tubuhnya kini kembali lemas, kedua kakinya sudah tidak sanggup untuk menopang tubuhnya, hingga akhirnya iya terjatuh ke lantai kemudian kembali menangis.
Laras sendiri buru-buru mengangkat tubuh sahabatnya itu dan segera memindahkannya ke kursi.
Suster penjaga pun ikut membantu nya.
"Sus, apakah anda tahu di bawa ke Rumah Sakit mana suami saya?" tanya Naira dengan kedua matanya yang sudah sembab karena terlalu sering menangis
"Maafkan saya Mba, pihak Rumah sakit di larang keras untuk memberikan informasi tentang ini, karena atas permintaan dari keluarga pasien, dan jika kami sampai melanggarnya, maka rumah sakit ini akan terkena tuntutan dari pihak keluarga pasien." tegas Suster penjaga merasa tidak enak.
Naira hanya bisa menangis sambil menahan sesak di dadanya, dalam satu hari iya harus kehilangan dua orang pria yang sangat iya sayangi. Kini iya merasa sudah menjadi sebatang kara.
"Laras, apa yang harus aku lakukan? Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini! Dan Kemana aku harus mencari Suamiku? Jakarta adalah kota yang sangat luas!" ucap Naira yang terlihat putus asa.
"Sebaiknya kita pulang dulu saja Nai, kau harus beristirahat sejenak, aku tidak ingin melihat dirimu sampai sakit!" usul Laras merasa iba dengan kondisi sahabat nya yang sudah terlihat kacau balau, baru kali ini iya melihat Naira seperti itu.
Akhirnya Naira pun mengikuti saran dari Laras, dan kini mereka berdua kembali ke rumah Naira.
Setibanya di rumah, Naira sangat terkejut ketika melihat barang-barang miliknya sudah berada di teras rumahnya, semua pakaiannya dimasukan ke dalam koper, Laras sendiri yang melihatnya ikut terkejut juga.
Kemarahan kini memancar dari kedua bola mata Naira, seperti api yang membakar. Wajahnya meregang, otot-otot wajah nya bergetar.
"apa yang Ibu lakukan?" teriak Naira sambil mengepalkan kedua tangannya
Bu Salma dan Lilis malah menyunggingkan bibirnya, apalagi Lilis, iya kemudian tertawa terbahak-bahak.
Sambil berkacak pinggang, Bu Salma mendekati Naira. Kedua bola matanya mulai nyalang, lalu iya berputar mengelilingi Naira, sedangkan Laras hanya menonton aksi ibu tirinya Naira yang terlihat sangat menyebalkan.
"Kau harus angkat kaki dari rumah ini Naira, karena mulai hari ini, rumah ini telah menjadi milikku!" tegas Ibu Salma dengan nada membentak.
Seketika Naira malah melototi ibu tirinya tersebut
"Cih, kau itu jangan ngimpi! Berapa kali aku tegaskan jika rumah ini adalah milikku, dan ini adalah rumah peninggalan mendiang ibuku! Kalian yang seharusnya angkat kaki dari rumah ini, karena ini adalah rumahku, apalagi sekarang ayahku sudah tidak ada, dan kalian tidak ada hak untuk tinggal di rumah ini!" jawab Naira sambil menahan rasa kesalnya, bahkan dadanya sampai naik turun.
Bu Salma dan Lilis kembali tertawa terbahak-bahak dengan wajah congkaknya
"Iya kah seperti itu, Nai? Apakah kau tidak tahu jika Ayahmu sendirilah yang telah menyerahkan rumah ini kepadaku, kalau kau tidak percaya kau bisa segera menghubungi pak Frans bagian notaris dan apakah kau tahu kenapa waktu itu Ayahmu mengajakku dan Lilis pergi ke kota? Itu semua untuk menemui seorang notaris dan mengganti nama ahli waris menjadi namaku, dan bukan namamu lagi Naira sayang, ternyata Ayahmu adalah pria yang bodoh dan juga dungu!"
mendengar mendiang Ayahnya di hina seperti itu, Naira pun akhirnya naik pitan, kemarahannya kali ini sudah tidak bisa iya tahan lagi, hingga akhirnya dengan beraninya dan untuk pertama kalinya iya menjambak rambut Ibu tirinya lalu kemudian mencekik lehernya.
Lilis dan Laras pun menjadi panik di buatnya.
"Dasar wanita iblis, lebih baik kau mati di tanganku!" umpat Naira dengan sorot matanya yang nyalang.
"Uhuuuk...uhuuuk! Lepaskan aku anak sialan!" bentak Bu Salma berusaha melepaskan cengkraman kedua tangannya Naira di lehernya.
Lilis yang mencoba membantu ibunya kini di halangi oleh Laras.
"Mau kemana kau hah? Kalian memang sudah seharusnya di perlakukan seperti ini!" sungut Laras mulai emosi
Karena sangat kesal Laras telah ikut campur, Lilis pun mulai menjambak rambut Laras , Laras sendiri tidak mau kalah dan iya membalasnya, kini keduanya saling menjambak.
"Hey, hentikan semua ini!" ucap seorang pria yang datang secara tiba-tiba.
Mereka pun menoleh ke arah sumber suara tersebut.
Bersambung....
🌻🌻🌻🌻🌻
gk tega aku thor, klo Naira diduakan😭