Alea baru mengetahui dirinya hamil saat suaminya telah pergi meninggalkannya. Hal itu di sebabkan karena sang suami yang kecewa terhadap sikapnya yang tak pernah bisa menghargai sang suami.
Beberapa bulan kemudian, mereka kembali bertemu. Suami Alea kini menjadi seorang CEO tampan dan sukses, suaminya secara tiba-tiba menemuinya dan akan mengambil anak yang baru saja dia lahirkan semalam.
"Kau telah menyembunyikan kehamilanmu, dan sekarang aku datang kembali untuk mengambil hak asuh anakku darimu,"
"Jangan hiks ... aku ... aku akan melakukan apapun, tapi jangan ambil putriku!"
Bagaimana selanjutnya? apakah Ady yang merupakan suami dari Alea akan mengembalikan putrinya pada ibu kandungnya? ataukah Ady akan mengambil putri Alea yang baru saja dia lahirkan semalam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16: Kedatangan Alea di kediaman Dominic
Hari ini Alea di perbolehkan untuk pulang, walau jahitan itu belum sepenuhnya kering tetapi keadaannya sudah jauh lebih baik.
Ady pun meliburkan diri demi menjemput istri dan anaknya, dia yang kini menggendong putrinya dan berjalan mendahului Alea.
"Kak, apa kakak yakin kita akan tinggal di kediaman Dominic?" tanya Edgar yang berjalan di samping sang kakak.
"Kita turuti dulu mas Ady, kita tak punya kekuatan untuk melawan. Kau tau siapa Dominic bukan? bahkan sekolahmu adalah milik keluarganya, lebih baik seperti ini dari pada kakak harus jauh dari Ara," terang Alea.
Alea memegangi lengan Edgar, dia belum bisa berjalan cepat sehingga Edgar terus membantunya hingga sampai ke mobil.
"Kau duduk didepan, biar abang dan kakakmu duduk di belakang," titah Ady.
Edgar memutar bola matanya malas, ia sudah tau modus sang abang terhadap kakaknya. Edgar pun memasuki mobil dan duduk di sebelah kemudi.
Ady membuka pintu, dia membantu Alea untuk masuk dan setelahnya dia menutup pintu. Ady memutari mobil, dan dia pun duduk di samping istrinya.
Ady membenarkan letak Ara di gendongannya, dia mengeratkan selimut Ara yang berwarna merah muda itu. Ara yang sangat pulas tertidur dan tak merasa terganggu sedikitpun.
"Mas," panggil Alea.
Ady menoleh seakan bertanya.
"Barang-barang ku dan Edgar masih ada di kontrakan," ujar Alea.
"Apa kau mau mengambilnya?" tanya Ady.
Alea mengangguk ragu, melihat hal itu Ady langsung memberitahu supirnya untuh singgah di kontrakan Alea dulu.
"Dimana alamatnya?" tanya Ady.
"Di jalan XX," jawab Alea.
Mobil mereka pun melaju dengan kecepatan sedang, Alea menikmati perjalanannya begitu pula dengan yang lain.
Tak lama mobil pun terhenti, Alea dan Edgar langsung keluar. Sedangkan Ady, dia bingung dengan tempat itu tapi tak urung Ady juga ikut keluar.
"Ini rumahnya? kecil sekali," ujar Ady.
Edgar mendelik kesal, kakak iparnya ini lama-lama membuatnya naik darah.
"Jangan menyombongkan diri disini," kesal Edgar dan berjalan masuk.
Sedangkan Alea tengah membuka pintu rumahnya, tetapi ada seorang tetangga yang datang menyapanya.
"Eh bu Alea, kok perutnya udah kempes aja bu?" sapa tetangga Alea.
"Oh, minggu lalu saya lahiran bu," ujar Alea.
"Suaminya gak pulang juga?" tanya ibu tersebut.
Alea akan menjawab, tetapi Ady sudah terlebih dulu membungkam kedua tetangga Alea itu dengan kedatangannya.
"Saya suaminya," ujar Ady.
Kedua ibu-ibu itu sontak saja terkejut, ketampanan Ady apalagi barang mewah yang di pakai Ady membuat mereka terpesona.
"Mas titip Ara dulu, aku mau ambil barang sama pamit dengan ibu pemilik kontrakan," pinta Alea.
Setelah mendapat anggukan dari Ady, Ale pun masuk ke dalam rumahnya. Dia segera mengemasi barang-barangnya, seperti pakaian dan accesoris miliknya.
Edgar juga masuk kedalam kontrakan, dia membantu kakaknya membereskan barang. Sedangkan Ady, dia tampak kesal dengan kedua ibu-ibu di depannya.
"Dari pada kalian berisik disini, mending kalian pulang mengurus anak kalian. Putriku baru saja tertidur, jika dia bangun kalian yang salah," ujar Ady dengan datar.
"Ck sombong amat sih!" ujar salah satu dati mereka.
Mereka berdua pun pergi, Ady hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar gosipan mereka.
"Sombong dimananya sih?" bingung Ady.
Ara bergerak pelan, mungkin karena gerah sehingga Ady oun melonggarkan selimut sang anak.
"Ehm maaf, anda siapa yah?" tanya seorang wanita paruh baya di belakang Ady.
Ady terkejut, dia segera membalikkan tubuhnya dan menatap wanita itu.
"Saya suami dari pemilik kontrakan ini," ujar Ady.
"Kau suami dari Alea?" tanya ibu tersebut yang tak lain adalah Maya.
Ady pun mengangguk, tatapan Maya jatuh pada Ara yang sedang berada di gendongan Ady. Wajahnya tampak terkejut, dia yang berhari-hari khawatir pada Alea karena wanita itu tidak pulang-pulang.
"Apa Alea tak pulang berhari-hari karena melahirkan?" tanya Maya.
"Iya," jawab Ady dengan singkat.
"Bukankah kandungannya baru menginjak 8 bulan?" kaget Maya.
"Kenapa wanita ini banyak sekali bertanya?" batin Ady.
Saat Ady akan menjawab, Alea sudah keluar bersama Edgar yang membawa dua koper.
"Alea," panggil Maya.
"Teteh," seru Alea.
Mereka pun berpelukan singkat, Alea tersenyum menatap Maya.
"Kau melahirkan tapi tak bilang padaku," ujar Maya.
"Maaf teh, kejadian itu tak terduga. Aku di serempet motor, dan terjatuh hingga perutku membentur trotoar jalan. Edgar langsung membawaku ke rumah sakit, karena pendarahan dokter memutuskan untuk operasi sesar,"
Maya terkejut, begitu pula dengan Ady yang memang tidak tahu akan hal ini. Dia sama sekali tidak mengetahuinya, yang ia tahu Alea harus segera melahirkan itu saja.
"Tapi tidak ada masalah apapun selain itu kan?" khawatir Maya.
"Tidak, bayiku sehat," ujar Alea.
"Syukurlah,"
Netra Maya melihat koper yang ada di depan Edgar, dia menatap Alea seolah bertanya.
"Maaf teh, Alea dan Edgar gak bisa lagi ngontrak disini. Suami Alea minta Alea ikut dengannya," terang Alea.
Maya mengangguk dan tersenyum, dia memeluk Alea sebagai perpisahan mereka.
"Terima kasih untuk semuanya, teteh baik banget sama Alea. Sejak Alea disini teteh sellau bantu Alea apapun itu," ujar Alea.
"Kan teteh udah bilang, kamu itu udah teteh anggap sebagai anak teteh," ujar Maya sambil mengelus punggung Alea.
"Bisakah kalian berhenti berpelukan? putriku terlalu lama di luar, bisa-bisa dia banyak menghirup debu," ujar Ady membuat mereka melepaskan pelukannya.
Alea merasa tak enak pada Maya karena ucapan Ady, tetapi Maya mengangguk dan menyuruhnya untuk segera mengikuti Ady yang sudah lebih dulu masuk mobil.
"Hati-hati, jaga dirimu baik-baik. Sering-sering kesini dan bawa juga putrimu," ujar Maya.
Alea mengangguk, dia pun berjalan menuju mobil. Edgar sudah terlebih dahulu menaruh koper dan masuk ke dalam mobil sebelum Alea.
Maya tersenyum melihat kepergian mobil itu, dia senang karena kini Alea sudah tidak hidup susah lagi. Tapi dia tidak tahu jika ini bukanlah akhir dari segalanya, hidup pasti akan terus berjalan.
Mobil Ady pun memasuki gerbang, Alea dan Edgar menatap takjub kediaman Dominic yang sangat besar.
"Ayo kita sudah sampai," ajak Ady ketika mobil terhenti di depan rumah.
Alea mengangguk, mereka kun keluar dan amsuk kedalam rumah. Ternyata Amanda dan lainnya menyambut kedatangan Alea di depan pintu.
"Selamat datang memantu mamah," seru Amanda dan memeluk Alea.
Alea pun membalas pelukan itu, setelah terlepas dia beralih memeluk kakak iparnya.
"Cucu cantik oma, sini cucu oma," ujar Amanda meminta Ara pada Ady.
"Pelan-pelan mah, awas lehernya," khawatir Ady.
Setelah Ara di dekapannya, Amanda menatap sang putra dengan tajam.
"Gak usah ajarin mamah, waktu kamu bayi emang kamu kira siapa yang gendong huh?" ujar Amanda.
Amanda masuk dengan Ara di gendongannya, sedangkan Ady hanya menatap kesal ke arah kepergian sang mamah.
"Edgar ayo ikut aku, akan ku tunjukkan kamarmu. Aku sudah memilik kamar yang dekat denganku sehingga kita bisa bermain bersama." ajak Razka sambil menarik Edgar masuk ke dalam rumah.
Alea juga sudah masuk dengan Siska, kini tinggallah Ady seorang diri karena Nando dan sang papah sedang berada di kantor saat ini.
"Berasa anak tiri," gumam Ady.