TAHAP REVISI PERBAIKAN MUNGKIN AKAN ADA BANYAK KATA YANG DI UBAH BIJAK LAH DALAM MEMBACA 🙏
Menceritakan kisah seorang gadis bernama Adinda Amaliya yang rela menggantikan kakaknya menikah karena kabur di hari pernikahan nya, karena belum mengenal calon suaminya bahkan bertemu saja tidak .
Farel Maherza Argadinata, itulah nama nya, pria yang terkenal Dingin dan Arogan, pria yang bahkan sangat membenci pernikahan, karena luka di masa lalu nya, dan karena desakan Papanya pun pria itu mau menikah, dengan gadis yang sangat mirip dengan masa lalu nya.
Apa kah Dinda sanggup menghadapi kemarahan pria itu, jika pria itu tahu kalau wanita yang akan menikah dengan nya kabur atau justru Dinda bisa merubah pria itu?
Dan bagaimana setelah kakaknya tahu jika pria yang di tinggalkannya adalah pria kaya dan sangat tampan? .
Di bumbui dengan kisah persahabatan dan konflik .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anisa Kalista putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertengkaran Keluarga Argadinata
JAM MENUNJUKKAN PUKUL 05 .00 PAGI
Dinda menggeliat saat merasa ada yang memeluk nya dari belakang . Dinda menoleh membulat kan matanya sempurna saat melihat wajah Farel begitu dekat dengan nya, apa lagi tangan Farel yang memeluknya dengan erat .
"Apa ini? kenapa Aku bisa tidur dengan nya? apa yang terjadi pada ku, ini bukan mimpi kan?" gumam Dinda di dalam hati nya merasa tidak percaya dengan apa yang terjadi. Dinda berusaha bergerak memposisikan dirinya dengan menghadap ke arah Farel .
"Tuan, Tuan, bangun, Saya tidak bisa bergerak," panggil nya berusaha melepaskan tangan Farel dari tubuhnya, Farel membuka matanya perlahan dan terkejut saat wajah Dinda begitu dekat dan sedikit lagi hampir menempel .
"Apa yang kau lakukan?" hardik nya dengan menatap tajam gadis di hadapannya .
"Tuan yang apa-apa'an? lihat tangan Tuan memeluk Saya dengan erat," tunjuk nya sambil menatap ke arah tangan Farel. Farel yang baru sadar langsung melepaskan tangan nya dari Dinda, lalu langsung duduk . dan melihat sekeliling, benar saja bahkan guling pembatas nya saja sudah berada di lantai .
Bahkan posisi Dinda saja, masih sama seperti semula, Farel mematung tak percaya dengan dirinya sendiri . sementara Dinda masih heran, kenapa bisa dirinya tidur di ranjang Farel .
"Bisakah Anda menjelaskan nya Tuan? apa yang terjadi semalam?" tanya Dinda setelah duduk, sambil melihat tubuhnya yang masih mengenakan gaun semalam .
Dinda mencoba mengingat-ingat, perasaan di rinya berada di gendongan Tuan tersebut, namun kenapa bisa berada di sini?
Sementara Farel mencoba berfikir untuk mencari alasan yang masuk akal.
"Kau semalam tidur sembarangan dan terus merancau tidak jelas, maka dari itu Aku membiarkan mu tidur di sini, kau itu sudah membuat ku kerepotan," terang panjang lebar berusaha berekspresi biasa saja .
"Benarkah Tuan? maaf, sudah membuat Anda repot, Saya akan mengganti sprei nya saat siang nanti, kalo begitu Saya mandi dulu," ucap Dinda berusaha berjalan dengan pelan menuju ke kamar mandi,sambil merutuki diri nya sendiri yang merasa bodoh.
Sementara Farel yang melihat Dinda masuk menghela nafas lega .
"Apa yang sudah Aku lakukan? kenapa Aku bisa memeluk nya?" gumam nya, sambil mengacak rambut nya frustasi, lalu segera bergegas melihat rekaman CCTV, matanya membulat sempurna, benar saja dia yang lebih dulu memeluknya Jika Dinda melihat nya pasti Farel akan sangat malu .
Sementara Dinda yang berada di kamar mandi merasa sangat tidak habis pikir dengan apa yang di lakukan nya .
"Kenapa Aku bisa tidur di gendongan nya?" ujarnya terus merutuki dirinya sendiri .
Setelah beberapa saat kemudian, Dinda sudah rapi menggunakan pakaian sekolah nya, Dinda berjalan keluar masih memakai sandal jepit nya karena kakinya yang masih sakit, gadis itu berjalan mendekati Farel .
"Tuan air nya sudah siap," ucap Dinda dengan berpura-pura biasa saja, hal itu membuat Farel melihat ke arah kaki Dinda .
"Apa kaki mu sudah lebih baik?" tanya Farel sambil masih menatap kaki Dinda, Dinda yang mendengar pertanyaan Farel mengembangkan senyumnya .
"Apa Tuan peduli pada Saya?" tanya Dinda memastikan .
"Aku hanya tidak ingin direpotkan saja, jangan salah paham!" ketus Farel mencoba mengingat kan posisi Dinda .
"Oh sudah lebih baik, maaf kalo saya tidak tahu diri," jawab Dinda sambil menunduk, merasa bodoh dengan dirinya sendiri yang terlalu berharap tinggi.
Farel pun segera bergegas menuju kamar mandi, setelah beberapa saat kemudian, seperti biasanya Dinda melakukan tugas nya dengan baik, meski masih ada rasa canggung di antara keduanya .
Setelah selesai, melakukan tugas nya, Dinda segera mengikuti Farel di belakang nya, sampailah di meja makan seperti biasa anggota keluarga sudah pada menunggu.
"Pagi Farel, Dinda," sapa Tuan Besar pada kedua nya dengan tersenyum tipis.
"Pagi Pah," sahut keduanya barengan .
Hal itu membuat ketiga wanita yang ada di meja makan heran, sementara Tuan Besar mengembangkan senyumnya, sambil melihat kaki Dinda yang terlihat berjalan dengan pelan, setelah itu keduanya duduk, setelah Pa Beni menarik kursi untuk mereka .
"Kaki kamu kenapa Dinda?" tanya Tuan Besar kepada Dinda . Dinda pun melihat ke arah Tuan Besar sambil tersenyum tipis.
"Semalam kesandung, karena Saya ngga hati-hati saat memakai high heels," jawab Dinda dengan jujur tanpa sedikitpun ada yang di tutupi.
"Oh," Tuan Besar mengangguk-angguk mengerti.
"Farel, Papa dengar kau mengajak Dinda ke acara kolega bisnis semalam?" tanya nya menatap putranya itu.
"Bukan urusan Papa," jawab Farel datar, masih melanjutkan makanannya, sementara ketiga wanita yang mendengar hal itu merasa kaget dan tidak percaya.
"Apa? kakak mengajak gadis kampung ini ke acara kolega bisnis?" gumam Stella di dalam hati nya, sambil melirik Dinda dengan tak suka .
"Oya, Papa dengar perusahaan mu sedang dalam masalah? kenapa kau tidak bergabung di perusahaan papa!" Ucap Tuan Besar lagi membuat Farel menghentikan makannya .
"Bukan urusan Papa, Aku bisa menyelesaikan semuanya tanpa bantuan papa!" ketus nya dengan nada meninggi, membuat ketegangan di meja makan terjadi .
"Farel Papa hanya, ingin hubungan kita lebih baik," jawab Tuan Besar dengan penuh harapan. Farel menghela nafas panjang lalu berdiri.
"Baik menurut Papa? Aku tidak baik-baik saja, Papa selalu egois, mementingkan urusan Papa sendiri, apa pernah Papa memikirkan perasaan ku? selalu saja memaksa ku agar menuruti kehendak Papa, Aku ingin berdiri sendiri tanpa bantuan Papa, apa itu salah? untuk yang lain Papa bisa mengatur nya, tapi untuk pekerjaan Aku tidak sedikit pun ingin bergabung di perusahaan Papa!" ucap Farel panjang lebar dengan marah mengeluarkan unek-unek yang selama ini di pendam nya.
Kedua adik Farel melihat dengan sedikit takut, apa lagi jika menyaksikan perang dingin antara Papa nya dan kakaknya, pasti akan terjadi masalah besar. Sementara Nyonya Besar berusaha menghela nafas panjang, jika seperti ini pasti dia yang akan selalu di salah kan oleh suaminya . Berbeda dengan Dinda hanya diam dan mendengarkan saja .
Fikram pun berdiri menatap putra nya dengan tajam, Farel pun membalas tatapan Papanya tak kalah tajam . Nyonya Besar yang melihat akan terjadi perang dingin pun segera bangkit dari duduk nya.
"Sudah kalian jangan berdebat lagi, Pah, Mama mohon biarkan Farel mengurus hidup nya sendiri," pinta Nyonya Besar pada suaminya .
Farel yang tidak ingin melihat Mamanya bersedih akhirnya melangkah keluar dengan wajah marah .
"Farel, kau tidak melanjutkan makan mu?" panggil Nyonya Besar menghentikan langkah kaki Farel .
"Aku tidak berselera," jawabnya sambil berjalan tanpa melihat semuanya . Sementara Dinda yang melihat Farel keluar segera permisi untuk mengejar Farel dengan langkah pelan .
Nyonya besar mendudukkan tubuhnya di kursi setelah kepergian Farel dan Dinda .
"Lihat putra mu itu, keras kepala," ucap Fikram menatap istrinya dengan tatapan kesal.
"Dia juga putra mu, bukan putra ku saja," balas Nyonya Besar dengan tak kalah kesal nya.
"Tapi sikap nya seperti kau," jawab Fikram sambil menatap istrinya itu.
"Kalau sikap nya seperti ku? dia bukan anak mu begitu?" tanya Nyonya Besar dengan tidak terima.
"Mama, Papa, kenapa berantem? Ka Farel itu anak kalian, kenapa kalian jadi saling berdebat begini? bikin Amanda pusing saja, kalo kaya gini ujung-ujungnya nanti Amanda yang jadi sasaran Papa saat di kantor," gerutu Amanda panjang lebar sambil membayangkan apa yang terjadi nantinya. biasanya Papa nya pasti akan meluapkan kekesalan nya pada dirinya dan menambah banyak kerjaan pada nya .
"Papa yang salah, membuat masalah, tapi Mama yang di salah kan, Mama bener-bener ngga habis pikir dengan Papa!" Jawab Nyonya Besar merasa kesal, sambil melempar sendok dan garpu yang dia pegang lalu segera pergi, Membuat Ketiga orang saling pandang .
"Lihat Pah, pagi-pagi sudah membuat kekacauan, harus nya Papa itu diam saja, jangan membuat ka Farel marah," ucap Stella angkat bicara .
"Kau mengajari Papa!" tanya Fikram langsung berdiri menatap tajam putri bungsunya .
"Aduh Stella, sudah jangan berdebat, dan Papa kita ini keluarga, kenapa jadi berantem?" ucap Amanda menenangkan keduanya .
Stella yang kesal langsung keluar tanpa memperdulikan Papa nya . Fikram dan Amanda menghela nafas panjang, mendudukkan dirinya di kursi, lalu saling pandang satu sama lain, Setelah sadar kini hanya ada mereka berdua mereka pun bergegas keluar dengan lesu, sementara para pelayan hanya melihat saja pertengkaran keluarga ini, yang memang sering terjadi .
Farel segera masuk mobil tanpa memperdulikan Dinda, Dinda yang melihat Farel hanya menatap kepergian mobil tersebut dengan tak menyangka di balik keluarga besar yang terlihat bahagia ternyata memiliki hubungan yang kurang baik .
Setelah itu Dinda segera bergegas mencari angkot dan segera naik setelah ada angkot yang berhenti .
Tak beberapa lama kemudian
Sampailah di depan sekolah, Dinda segera bergegas masuk ke kelas nya, baru masuk kelas bel sudah berbunyi, Citra dan Daniel yang melihat Dinda berjalan dengan sedikit menyeret kakinya heran apa lagi Dinda tidak memakai sepatu .
"Dinda,kakimu kenapa?" tanya Citra saat Dinda sudah duduk begitu juga Daniel menunggu jawaban .
"Gara-gara sepatu hak tinggi," jawab Dinda santai membuat keduanya mengernyitkan dahi nya .
"Sudah nanti saja Aku jelaskan," ucap nya saat melihat Bu guru sudah masuk .
BERSAMBUNG