Anggista Anggraini, yang lebih akrab di sapa dengan nama Gista, mencoba menghubungi sahabatnya Renata Setiawan untuk meminjam uang ketika rentenir datang ke rumahnya. Menagih hutang sang ayah sebesar 150 juta rupiah. Namun, ketika ia mengetahui sahabatnya sedang ada masalah rumah tangga, Gista mengurungkan niatnya. Ia terpaksa menemui sang atasan, Dirgantara Wijaya sebagai pilihan terakhirnya. Tidak ada pilihan lain. Gadis berusia 22 tahun itu pun terjebak dengan pria berstatus duda yang merupakan adik ipar dari sahabatnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Sekretaris Baru.
Melissa mengerutkan dahi ketika melihat satu meja kerja tambahan bersebelahan dengan tempatnya bekerja.
Meja itu lengkap dengan alat tulis, dan komputer. Sama seperti yang ia tempati.
“Ada apa ini?” Tanya wanita itu pada Office Boy yang sedang membersihkan meja - meja itu.
“Saya sedang membersihkan meja, Bu.” Jawab nya dengan sopan.
Melissa mendengus kesal. Ia tahu apa yang pemuda itu lakukan. Tetapi bukan itu maksudnya.
“Maksudku, kenapa ada meja kerja tambahan?” Delik wanita itu.
“Katanya mau ada sekretaris baru. Apa ibu tidak tau?” Tanya pemuda itu dengan hati - hati.
Mata Melissa membulat sempurna. Akan ada sekretaris baru, dan ia sama sekali tidak tau? Lelucon macam apa ini?
Tunggu.
Sekretaris baru? Apa itu artinya Dirga sudah mendapatkan sekretaris baru? Karena tidak mungkin ia yang di ganti oleh Richard ‘kan?
Melissa merasa tidak pernah melakukan kesalahan, jika seandainya dirinya yang di pecat oleh Richard.
Tetapi, jika ia yang di ganti kenapa tidak menggunakan meja kerjanya? Justru malah menambah meja baru?
“Kamu tau, sekretaris untuk siapa?” Tanya Melissa.
Dan pekerja kebersihan itu menggelengkan kepalanya.
“Seharusnya kamu mencari tau. Bukan membawa berita setengah - setengah begini.” Dengus wanita itu.
“Saya kira ibu sudah tau. Bukannya ibu sekretaris Direktur utama?” Jawab Office boy itu tidak mau kalah.
“Ada keributan apa ini?” Suara Dirga menginterupsi.
Petugas OB itu pun pamit pergi. Pekerjaannya juga telah selesai.
“Pak Dirga, kenapa ada meja tambahan? Jika bapak sudah mendapatkan sekretaris baru, ‘kan bisa memakai meja yang lama.” Ucap Melissa sembari menujuk meja yang berada di depan ruangan Dirga.
“Mulai besok, Renatta dan temannya akan magang di kantor ini.” Jelas Dirga singkat.
“Lalu? Apa hubungannya dengan sekretaris baru, pak Dirga?” Tanya Melissa yang mulai kesal.
Ia tidak perduli, mau Renatta magang atau tidak di kantor itu.
“Mereka yang akan magang di lantai ini. Membantu pekerjaan kamu menjadi sekretaris agar lebih mudah.” Jelas Dirga kemudian.
Mata Melissa membulat sempurna. “A-apa maksud pak Dirga? Mereka baru magang. Tugas kuliah. Kenapa di tempatkan di lantai ini? Mereka belum berpengalaman, pak.”
Dirga mengedikan bahunya. “Memang kenapa? Mereka mau belajar. Dan tugas kamu yang mengajarinya.”
“Tapi, pak—
Dirga mengangkat tangan. Memberi tanda pada Melissa untuk berhenti bicara.
“Kenapa kamu keberatan? Sedangkan atasan kamu tidak, Melissa? Lagi pula, mereka bisa meringankan tugas kamu.” Ucap Dirga yang kemudian berlalu memasuki ruangannya.
Melissa menghentakkan kakinya karena kesal. Ia tidak suka dengan Renatta sejak lama. Sekarang harus berdampingan dengan gadis itu. Yang benar saja?
“Gadis itu benar - benar memanfaatkan pak Rich dengan baik. Pelet apa yang dia gunakan? Sampai - sampai pak Rich tunduk padanya?”
\~\~\~
Keesokkan harinya.
Gista sudah siap dengan setelan rapi. Kemeja putih tulang, di padukan dengan celana bahan panjang berwarna hitam. Dan juga sepatu pantofel hitam.
Beberapa hari lalu, gadis itu sudah membeli lima setel pakaian baru yang akan ia gunakan selama magang.
Gista mengikat rambut panjang sebahunya dengan rapi. Kemudian menyemprotkan minyak wangi pada tahap akhir.
Gadis itu menghela nafas pelan. Ia lantas keluar dari dalam kamarnya.
“Pak Dirga.” Gumam Gista saat melihat sang atasan berdiri sembari bersandar di ujung pembatas tangga.
“Lumayan.” Ucap pria itu sembari menatap Gista dari ujung kepala hingga kaki.
“Sudah cocok menjadi sekretaris sungguhan.” Imbuh pria itu sembari berjalan mendekat ke arah sang gadis.
Gista tidak menanggapi. Ia meremat tali tas selempang yang menggantung pada lengan kanannya.
“Mau berangkat bersama, saya?” Tanya pria itu dan Gista menggelengkan kepalanya.
“Kenapa? Kita satu tujuan.” Ucap Dirga sembari menyilangkan kedua tangan di dada.
“Saya sudah memesan taksi online, pak. Lagi pula, apa pendapat orang jika melihat kita datang bersama? Padahal ini baru hari pertama saya mulai magang?”
Dirga berdecak mendengar perkataan gadis itu.
“Ya sudah kalau begitu. Kamu bisa pergi sekarang agar tidak terlambat.” Ucap Dirga kemudian.
Mereka sudah sarapan bersama tadi. Setelah itu, Gista baru bersiap.
Gista pun menganggukkan kepalanya.
“Tunggu, Anggista.” Dirga mencekal lengan Gista saat gadis itu hendak melangkah menuju pintu.
“Apa lagi, pak?” Tanyanya.
Dirga menarik tubuh gadis itu lebih dekat. Membuat Gista sedikit mendongak. Ia tanpa sadar memejamkan mata ketika Dirga mendekatkan wajahnya.
“Semoga hari pertama kamu berjalan lancar.” Ucap pria itu setelah melabuhkan sebuah kecupan di atas kening Gista.
Dirga mengusap lengan gadis itu, kemudian pergi meninggalkan apartemen.
Gadis itu terpaku di tempatnya. Ia masih mencerna apa yang baru saja Dirga lakukan padanya.
Selama sebulan lebih hidup bersama, baru kali ini Dirga mencium kening Gista.
Tidakkah pria itu sadar dengan apa yang telah di lakukan nya?
Gadis itu keluar dari apartemen dengan langkah gamang. Ia menggelengkan kepalanya beberapa kali, agar bayangan Dirga menjauh dari benaknya.
“Gista.”
Teriak Renatta saat melihat sang sahabat turun dari dalam taksi online. Istri dari Richard Wijaya itu kemudian berlari kecil mendekati Gista.
Renatta sudah menawarkan jemputan pada Gista. Namun gadis itu menolaknya. Dengan alasan, orang yang menolong Gista tidak ingin ada yang tau tempat tinggalnya.
“Apa aku terlambat?” Tanya Gista sebab melihat Renatta sudah sampai lebih dulu.
“Belum. Aku bahkan baru sampai lima menit yang lalu.” Ucap Renatta yang kemudian mengandeng lengan sahabatnya.
Mereka pergi ke ruangan absensi untuk para karyawan dan mahasiswa magang.
Setelah itu, Renatta menggandeng Gista ke lantai dua puluh. Ia tau jika sahabatnya itu masih merasa sungkan untuk magang di kantor Wijaya.
Karena itu, Renatta menuntunnya kemana - mana.
Sampai di lantai tertinggi gedung Wijaya Group, mereka di sambut oleh tatapan tajam dari Melissa. Membuat nyali Gista semakin melemah.
“Hiraukan saja, Ta.” Bisik Renatta.
“Tapi dia senior kita, Re.”
“Om Rich yang paling senior disini.” Ucap Renatta terkekeh.
“Selamat pagi, ibu sekretaris.” Renatta menyapa Melissa dengan ramah.
Seperti halnya wanita itu yang tidak suka pada Renatta, istri Richard itupun demikian. Ia tidak pernah menyukai keberadaan sekretaris suaminya.
“Kalian masih berstatus mahasiswa. Bisa apa magang di kantor Direktur?” Tanya Melissa dengan ketus.
Gista tidak berani menanggapi wanita itu. Karena apa yang ia katakan, benar adanya.
“Iya, ibu sekretaris. Aku tau. Kami memang belum berpengalaman. Karena itu, kami disini untuk belajar. Dan, yang menempatkan kami disini itu om Dirga atas persetujuan om Rich. Jadi, mohon maaf. Kalau ibu mau protes, Silahkan lakukan pada mereka.” Jawab Renatta dengan tenang.
Melissa mengepalkan tangan di kedua sisi tubuhnya. Ternyata Renatta sangat berani menjawabnya.
“Kamu —
“Kalian sudah datang.” Suara Dirga menginterupsi.
Membuat ucapan Melissa terpotong. Dan Renatta pun menyunggingkan sudut bibirnya.
“Selamat pagi, om Dirga. Ah, tidak. Ini di kantor dan sekarang aku adalah pekerja magang. Jadi, harus lebih formal.” Ceroscos Renatta.
“Selamat pagi, pak Dirga.” Gadis itu mengulang sapaannya.
Membuat Dirga berdecak pelan. Ada - ada saja tingkah konyol kakak iparnya itu.
“Selamat pagi, pak Dirga.” Gista ikut menyapa pria itu.
Dirga mengangguk pelan. “Sudah. Sekarang tempati meja kalian masing - masing.” Ucap Dirga.
Renatta dan Gista saling melempar pandang. Seolah bertanya ‘kamu duduk di meja yang mana?’
“Renatta, kamu duduk di sebelah Melissa. Karena kak Rich ingin mengawasi kamu secara langsung. Dan Anggista, kamu menempati meja sekretaris di depan ruangan saya.” Ucap Dirga kemudian.
Gista melihat ke arah meja yang di maksud Dirga. Kemudian beralih pada pria itu.
Gadis itu dapat melihat seringai tipis pada bibir Dirga. Dan Gista tau, ada makna tersembunyi di balik senyum pria itu.
...****************...
hehehe
Posesif ato protektif.. 🤔🤔🤔🤔🤔
♥️♥️♥️♥️♥️