Kyra terlahir sempurna meski dia tidak memiliki kehidupan yang sempurna.
Tumbuh menjadi gadis biasa membuatnya jauh bertalenta dari saudari-saudari tirinya yang penuh prestasi.
Kyra tumbuh sebagai gadis pemalu, pendiam serta lugu, tidak modis bahkan tidak mempunyai prestasi apa-apa.
Namun suatu hari takdir berkata lain dan mengubahnya menjdi berbeda, Kyra yang polos dan lugu berubah tiba-tiba menjadi gadis dewasa yang sempurna berkat adanya sebuah sistem misterius yang diperolehnya secara tak terduga.
Mampukah Kyra mencapai tujuan hidupnya oleh bantuan sistem misterius yang dia dapatkan itu ?
Mari kita saksikan setiap episodenya ya 🤝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Hadiah Terbaik
Kyra terlihat menikmati acara makan malam bersama ayahnya dan Saeed di satu meja.
Banyak makanan lezat terhidang di atas meja makan saat mereka makan malam.
Kyra sengaja menghidangkan semua makanan lezat yang ada di dapur untuk Saeed dan dirinya serta ayahnya bahkan dia tidak menyisakan sama sekali sepiring makanan di dapur, untuk yang lainnya.
"Ayo, dimakan ! Ini sangat lezat sekali, aku meminta pada Eijaz agar dia mengeluarkan semua makanan di dapur untuk kita", kata Kyra penuh semangat.
Kyra tersenyum manis seraya melirik pelan ke arah Saeed lalu mengedipkan salah satu matanya kepada Saeed.
Melihat tingkah laku Kyra, membuat Saeed tertawa pelan, dia tahu apa yang telah dilakukan Kyra dirumah ini, bahkan Saeed tidak bisa membayangkan bagaimana marahnya ibu tiri dan saudari tiri Kyra nanti, jika mereka melihat tidak ada makanan untuk mereka di dapur yang tersisa karena Kyra telah menghabiskan semuanya.
"Ehem !?" Saeed berdehem pelan.
"Apa nak Saeed orang sini, satu kota dengan kami ?" tanya ayah membuka pembicaraan.
"Ya, benar, saya berasal dari kota yang sama dengan Kyra, kami berteman baik", sahut Saeed.
"Apa kalian teman satu sekolah ?" tanya ayah Ikram.
"Saya senior di sekolah Kyra yang dulu, kebetulan kami bertemu dengan tidak sengaja di suatu toko", sahut Saeed.
"Terimakasih telah menolong putriku selama dia berada diluar sana", kata ayah Ikram.
"Ya, sudah sewajarnya kami saling tolong menolong, dan saya sangat senang bisa membantu Kyra", sahut Saeed.
"Aku tidak tahu bagaimana caranya aku membalas budi kepadamu, tapi aku sangat berterimakasih atas semua bantuanmu terhadap putriku", kata ayah Ikram.
"Tidak perlu membalas budi karena saya melakukan semuanya dengan hati ikhlas", sahut Saeed.
Saeed membalas lirikan mata Kyra dengan meliriknya lalu tersenyum tipis.
"Kami sangat dekat, jadi wajar jika saya membantu Kyra", lanjut Saeed.
"Aku merasa bersalah dan menyesal telah mengusir Kyra dari rumah, seharusnya aku tidak terlalu bersikap keras terhadapnya", kata ayah Ikram.
"Ya, saya tahu itu...", sahut Saeed lalu mengalihkan pandangannya ke arah ayah Ikram.
Kyra tidak memecahkan kotak kristal itu, ayah", kata Kyra menyela ucapan ayahnya.
Ikram menoleh ke arah Kyra lalu memandanginya serius.
"Kyra memang tidak mempunyai bukti bahwa Kyra tidak melakukannya, tapi aku akan berusaha membuat pelakunya mengaku", kata Kyra.
"Tapi Ifaya dan Tabana yang mengatakannya bahwa kau pelakunya dan memecahkan kotak kaca kristal hadiah itu", sahut ayah Ikram.
"Tidak...", kata Kyra sambil menggelengkan kepalanya.
"Lalu kalau bukan kau pelakunya lantas siapa ? Bukankah waktu itu kedua tanganmu terluka oleh pecahan kaca dari kotak itu ?" tanya ayah Ikram dengan wajah serius.
Kyra lagi-lagi menggeleng pelan, sikapnya merajuk manja kepada ayahnya.
"Ifaya yang memecahkan kotak kaca kristal itu sewaktu dia masuk ke ruangan tengah, hendak mengambil kue dari atas meja", terang Kyra.
"Oh, iya !? Lantas luka di tanganmu, kenapa ?" kata ayah Ikram sembari melirik ke arah kedua tangan Kyra yang mulus sediakala.
"Kedua tanganku terluka karena aku habis jatuh di depan kamar, tanpa sengaja aku menggores lantai yang terkena pecahan vas bunga", sahut Kyra.
Kyra memperlihatkan kedua telapak tangannya yang telah sembuh dan tidak berbekas luka.
"Aku tak sengaja tersandung ketika keluar kamar dan menyenggol meja yang ada vas bunganya, karena itulah tanganku terluka", lanjut Kyra.
"Ya, Tuhanku ! Syukurlah kau baik-baik saja, maaf, ayah tidak tahu itu dan menuduhmu tidak benar, nak", kata ayah.
Ayah Ikram meraih tangan Kyra lalu melihatnya dengan hati-hati, kedua telapak tangan putrinya.
"Bukan salah, ayah, sebab kejadian itu tak seorangpun yang tahu", sahut Kyra berusaha tersenyum.
"Tapi gara-gara kesalahpahaman itu, kita menjadi bertengkar dan bahkan ayah sampai mengusirmu pergi dari rumah ini, Kyra", kata ayah Ikram.
"Aku tahu itu, ayah...", sahut Kyra tertunduk murung.
"Ayah meminta maaf kepadamu atas kesalahan ayah yang telah menyalahkanmu dan mengusirmu pergi dari rumah, tanpa memperdulikan bagaimana nasibmu diluar sana, nak", kata ayah Ikram.
"Aku sudah tidak mempermasalahkan hal itu lagi karena semua telah berlalu sekarang", sahut Kyra.
"Seandainya ayah tidak dibutakan oleh kemarahan sesaat, mungkin ayah tidak pernah melakukan tindakan buruk itu terhadapmu, Kyra", kata ayah Ikram.
"Aku tahu itu semua ayah lakukan karena ayah kecewa terhadapku, dan malu memiliki seorang putri selemah dan sebodoh diriku", sahut Kyra bersedih.
Kyra mengusapkan kembali sapu tangannya ke arah kedua matanya, menyekanya meski tidak berair.
"Kyra sadar kalau Kyra bukanlah gadis yang bisa diandalkan bahkan aku sangat dungu, dan tidak bisa dibanggakan sebagai penerus keluarga Ikram", kata Kyra.
"Tidak, tidak, tidak seperti itu, ayah sangat bangga sekali kepadamu, bahkan ayah benar-benar menyesali telah mengusirmu pergi dari rumah ini", sahut ayah Ikram.
"Biarkan Kyra menebus semua kesalahan Kyra", kata Kyra.
"Menebusnya ? Dengan apa ?" tanya ayah Ikram terkejut kaget.
"Sebentar, ayah...", sahut Kyra.
Kyra mengeluarkan segepok lembaran uang dari dalam tas yang dibawanya bersama dengannya.
"Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk ayah, tapi aku hanya memiliki sejumlah uang sedikit agar ayah mau mengakuiku sebagai putri terbaik ayah", kata Kyra berusaha merayu.
Kyra menggeser pelan, tumpukan lembaran-lembaran uang miliknya ke arah Ikram, ayah kandungnya.
"Ada sedikit uang untukmu, meski nilainya tidak terlalu banyak, setidaknya berarti untukmu, ayah", lanjut Kyra.
"Oh, astaga !?" kata ayah Ikram tercengang.
Tatapan Ikram sontak berubah senang bahkan semangatnya langsung kembali normal seperti sebelumnya.
"Uang ini buat ayah semuanya ?" tanya ayah Ikram.
"Ya, ayah, semuanya buat ayah", sahut Kyra sembari mengangguk cepat.
"Ta-tapi..., ini sangat berlebihan dan jumlahnya sangat banyak, apa tidak sayang kalau kau memberikannya kepada ayah, Kyra", kata ayah Ikram.
Kyra menggeleng pelan lalu tersenyum dengan manisnya ke arah ayahnya.
"Semua uang ini memang sengaja aku berikan kepada ayah agar ayah bisa menggunakannya, untuk kepentingan sehari-hari ayah", kata Kyra.
Kyra mendorong semua tumpukan uang ke arah ayahnya.
"Tidak perlu sungkan lagi, ambillah semua uang ini dan gunakanlah untuk memenuhi kebutuhan ayah", kata Kyra.
"Ta-tapi...", sahut ayah Ikram gugup.
"Aku sangat ikhlas memberikan semua uangku ini kepada ayah, jika uang ini habis maka aku akan memberikannya lagi agar ayah bisa membeli semua keperluan ayah", kata Kyra.
"Kau sungguh-sungguh serius mengatakannya ???" tanya ayah Ikram.
"Ya, benar, aku serius dan sungguh-sungguh mengatakannya kepada ayah, mana pernah aku berbohong pada ayah", sahut Kyra.
"Aku akan menerimanya dan menyimpannya, terimakasih atas pemberianmu ini", kata ayah Ikram.
"Tidak perlu disimpan uangnya, habiskan saja dan pergunakan uangnya untuk keperluan ayah", sahut Kyra.
"Ini sangat banyak sekali, aku tidak bisa langsung menghabiskan seluruh uang ini dalam semalam", kata ayah Ikram.
Sorot mata Ikram berubah tamak ketika dia mendapatkan uang banyak, dengan cepatnya, dia meraup seluruh uang di depannya, dan sibuk memasukkan uang-uang itu ke dalam saku pakaiannya, Ikram yang tadinya, dia terlihat lesu, sekarang, dia berubah penuh semangat.
"Aku akan kembali untuk mengambil kantung agar uang-uang ini bisa aku bawa", kata ayah Ikram.
Ikram segera beranjak bangun dari kursi makannya, hendak mengambil kantung untuk menaruh uang pemberian dari Kyra, sedangkan seluruh saku pakaiannya terisi penuh dengan tumpukan uang.
"Ayah akan pergi kemana ?" tanya Kyra.
"Ayah mau mengambil kantung supaya semu uang ini bisa ayah bawa ke ruangan kerja ayah di rumah ini", sahut ayah Ikram.
Diam-diam Kyra mengarahkan ujung jari telunjuknya ke arah tumpukan uang yang ada di atas meja makan.
"Уца џьаҳанымҟа...!" ucapnya pelan.
Seketika itu juga, muncul beberapa kantung kain di atas meja makan.
"Aku mempunyai kantung yang ayah butuhkan, dan ayah bisa menaruh semua uang ayah ke dalam kantung kain itu", kata Kyra.
Kyra menunjuk ke arah kantung-kantung kain berwarna kuning yang terletak di atas meja makan.
"Oh, iya, aku bisa memasukkan seluruh uang-uang itu ke dalam kantung kain ini", sahut ayah Ikram.
Ikram segera memasukkan tumpukan lembaran uang dari atas meja makan ke dalam kantung-kantung kain berwarna kuning yang tersedia di atas meja.
"Terimakasih, Kyra'', sambungnya seraya tertawa senang.
"Sama-sama, ayah", sahut Kyra dengan memicingkan kedua matanya saat dia melihat ke arah ayahnya, Ikram.
"Aku akan kembali secepatnya kemari, setelah ayah menyimpan kantung-kantung uang ini ke dalam lemari besi yang ada di ruangan kerja ayah, tunggulah sebentar disini sampai ayah kembali lagi, Kyra", kata ayah Ikram.
"Baiklah, aku dan Saeed akan menunggumu disini, ayah", sahut Kyra sembari mengangguk pelan lalu tersenyum dengan manisnya ke arah ayahnya, Ikram.
selamat akhirnya bisa juga, nih thor...
semangat ya... 👍💪