Aku di kenal sebagai gadis tomboy di lingkunganku. Dengan penampilanku yang tidak ada feminimnya dan hobby ku layaknya seperti hobby para lelaki. Teman-teman ku juga kebanyakan lelaki. Aku tak banyak memiliki teman wanita. Hingga sering kali aku di anggap penyuka sesama jenis. Namun aku tidak perduli, semua itu hanya asumsi mereka, yang pasti aku wanita normal pada umumnya.
Dimana suatu hari aku bertemu dengan seorang wanita paruh baya, kami bertemu dalam suatu acara tanpa sengaja dan mengharuskan aku mengantarkannya untuk pulang. Dari pertemuan itu aku semakin dekat dengannya dan menganggap dia sebagai ibuku, apalagi aku tak lagi memiliki seorang ibu. Namun siapa sangka, dia berniat menjodohkan ku dengan putranya yang ternyata satu kampus dengan ku, dan kami beberapa kali bertemu namun tak banyak bicara.
Bagaimana kisah hidupku? yuk ikuti perjalanan hidupku.
Note: hanya karangan author ya, mohon dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28: Jejak Baru di Kehidupan Bersama
Pagi itu, sinar matahari yang hangat menyusup melalui tirai apartemen. Suara riuh kendaraan di jalan raya terdengar samar, mengiringi suasana pagi yang tenang. Aku terbangun pagi, menatap langit-langit dengan perasaan campur aduk, dan aku tak mendapati Galaksi di sisiku. Hari ini, Aku bertekad untuk mulai menata kehidupan baru bersama Galaksi.
Setelah beberapa menit melamun, Aku bangkit dari tempat tidur. Aku melangkah pelan ke dapur untuk membuat kopi, dan mencari sosok suamiku. Ternyata, suamiku sudah berdiri di sana, menyiapkan kopi untukku.
“Kok udah bangun duluan?” tanyaku sambil menguap kecil.
“Aku mau bikin kejutan buat kamu,” jawab Galaksi sambil tersenyum lebar.
Aku mengangkat alis. “Kejutan? Dengan kopi instan?”
“Kopi instan pun istimewa kalau bikinnya buat kamu,” kata Galaksi sambil menyerahkan secangkir kopi.
Aku tertawa kecil, menerima cangkir itu. “Gombalan pagi-pagi. Nggak bosan kamu?”
“Nggak bakal pernah bosan. Sekarang kamu tugasnya duduk, nikmati kopi, dan aku yang masak sarapan,” kata Galaksi sambil mendorong diriku duduk di meja makan.
Sambil menyeruput kopiku, Aku memerhatikan Galaksi yang sibuk di dapur. Meskipun masih terlihat canggung, pria itu terlihat serius menyiapkan sesuatu. Tidak seperti kemarin, ia lebih telaten dalam menyiapkan menu sarapan untuk kami. Entah kapan ia belajar, apa semalam ia belajar dari YouTube sewaktu aku tidur? Entahlah, dia memang selalu ada gebrakan baru.
“Jadi, kamu mau masak apa?” tanyaku penasaran.
“Telur dadar spesial ala Galaksi,” jawabnya percaya diri.
Aku tersenyum kecil, ternyata Galaksi masih yang kemarin, tapi aku hargai usahanya. Dalam hati aku merasa lega. Hari-hari sederhana seperti ini ternyata bisa memberikan kenyamanan yang tidak Aku sangka sebelumnya.
Setelah sarapan selesai, kami duduk bersama di ruang tamu, membicarakan rencana untuk beberapa hari ke depan.
“Senja, aku tahu kamu suka mandiri dan nggak terlalu suka diatur, tapi kita harus mulai bikin rutinitas bersama,” kata Galaksi dengan nada serius.
Aku mengangguk pelan. “Aku ngerti. Tapi kamu juga harus tahu, aku butuh waktu buat menyesuaikan semuanya.”
“Aku tahu. Aku nggak akan memaksa. Kita jalanin aja pelan-pelan,” kata Galaksi sambil menggenggam tanganku.
Kunjungan Ke Toko Senja
Hari itu, Aku dan Galaksi memutuskan untuk pergi ke toko milikku. Tidak, kini kafe itu menjadi kafe milik kami berdua. Tempat hasil kerja kerasku selama bertahun-tahun. Aku merasa bangga karena bisa menjalankan bisnisku sendiri meskipun dengan penampilan dan gaya hidup yang jauh dari kesan feminim. Dan kini aku akan berjuang bersama suamiku.
Saat tiba di toko, Hadi dan dua karyawan baru menyapaku dan suamiku. Ya, memang Aku langsung mencari dua orang karyawan untuk membantu Hadi di kafe, agar aku bisa menunaikan tugasku sebagai istri dan juga mahasiswi yang sebentar lagi akan lulus.
“Mbak Senja, Mas Galaksi! Kok datang pagi-pagi?” tanya salah satu karyawan.
Aku hanya tersenyum. “Cek suasana aja. Nggak ganggu, kan?”
“Justru senang kalau Mbak Senja datang,” jawab karyawan itu sambil tersenyum.
Galaksi ikut membantuku memeriksa stok barang dan memastikan semua berjalan lancar. Meskipun baru saja menikah, ia berusaha untuk menunjukkan bahwa ia ingin mendukung apa pun yang menjadi prioritas istrinya.
“Jujur, aku kagum sama kamu,” kata Galaksi sambil memandang Aku yang sibuk mencatat sesuatu di buku catatan kecil.
“Kagum kenapa?” tanyaku tanpa menoleh.
“Kamu bisa ngelakuin semua ini sendirian selama ini. Aku tahu nggak gampang, tapi kamu berhasil,” kata Galaksi tulus.
Aku terdiam sejenak, lalu menatap Galaksi. “Aku nggak benar-benar sendirian. Aku selalu punya tujuan, dan itu yang bikin aku bertahan.”
Gangguan dari Masa Lalu
Sore itu, saat Aku sedang merapikan beberapa dokumen, seorang tamu yang tidak terduga muncul.
“Senja! Lama nggak ketemu,” sapa seorang pria dengan nada akrab.
Aku mendongak dan melihat Bayu, teman lama dari geng motorku yang sempat ke apartemenku. Pria itu terlihat santai dengan jaket kulit yang khas.
“Bayu? Ada angin apa kamu ke sini?” tanyaku sambil melipat tangan di dada.
“Aku lagi di sekitar sini, terus kepikiran mampir. Eh, ternyata kamu ada di toko,” jawab Bayu sambil tersenyum lebar.
Galaksi yang sedang berdiri di belakang Senja langsung memerhatikan pria itu dengan tatapan penuh tanda tanya.
“Kamu nggak mau memperkenalkan aku dengan dia sekali lagi secara baik? Sepertinya malam itu diantara kita terjadi kesalahpahaman.” Bayu bertanya sambil melirik Galaksi.
“Ini suamiku, Galaksi,” kataku singkat.
Bayu terlihat terkejut, tapi ia segera menyembunyikan ekspresinya. “Wah, selamat ya! Nggak nyangka kamu akhirnya menikah. Aku fikir malam itu kamu hanya bercanda mengatakan jika dia calon suamimu.”
Galaksi hanya mengangguk kecil, tidak terlalu memperhatikan Bayu. Namun, ia bisa merasakan bahwa pria itu menyimpan rasa terhadap Senja.
Setelah Bayu pergi, Galaksi mendekatiku. “Dia yang waktu itu di apartemen? sedikit berbeda.”
“Ia, lagian dia hanya teman, tidak lebih,” jawabku santai.
“Tapi aku lihat dia kayak punya niat lain,” kata Galaksi dengan nada cemburu.
Aku tertawa kecil. “Galaksi, kamu terlalu banyak mikir. Dia cuma teman, kok.” Galaksi tak lagi bertanya, ia percaya seratus persen kepadaku, karena selama ini aku selalu menceritakan apapun kepada Galaksi.
Keseruan di Rumah
Malam harinya, Aku dan Galaksi kembali ke apartemen. Setelah makan malam, kami duduk bersama di ruang tamu, menikmati waktu santai.
“Aku suka hari ini,” kata Galaksi sambil meregangkan tubuh di sofa.
“Kenapa?” tanyaku sambil mengunyah camilan.
“Karena aku bisa ngabisin waktu sama kamu, meskipun ada sedikit gangguan tadi,” jawab Galaksi dengan nada menggoda.
Senja melempar bantal ke arah Galaksi. “Gangguan apaan? Kamu lebay banget.”
“Kamu nggak lihat dia tadi? Bayu itu jelas-jelas ada rasa sama kamu,” kata Galaksi sambil tertawa kecil.
Aku memutar mata. “Bayu itu nggak penting. Yang penting sekarang aku ada di sini sama kamu.” Galaksi tersenyum puas mendengar jawaban itu.
Malam itu, sebelum tidur, Galaksi mengajak Aku berbicara. Hal yang sepertinya akan selalu kami lakukan sebelum tidur.
“Senja, aku tahu kita masih belajar jadi pasangan yang baik, tapi aku mau kita mulai merencanakan sesuatu yang lebih besar,” kata Galaksi.
“Rencana apa?” tanyaku sambil berbaring di ranjang.
“Bisnis kamu itu luar biasa, tapi aku mau bantu kamu kembangkan lebih jauh. Kita bisa buka cabang baru, atau mungkin coba sesuatu yang baru,” jawab Galaksi penuh semangat.
Aku terdiam sejenak, lalu tersenyum. “Kamu benar-benar serius mau bantu aku?”
“Tentu saja. Aku ini suami kamu, dan aku mau lihat kamu sukses,” kata Galaksi.
“Kalau begitu, kita coba pelan-pelan. Aku nggak mau buru-buru,” kataku akhirnya.
“Deal,” kata Galaksi sambil menggenggam tanganku.
Malam itu, Aku merasa lebih yakin bahwa pernikahan ini adalah langkah yang tepat. Meskipun banyak hal yang masih perlu kami pelajari, Aku tahu bahwa bersama Galaksi, Aku bisa menghadapi apa pun yang akan datang.
To Be Continued...
apa yg dikatakan Senja benar, Galaksi. jika mmg hanya Senja di hatimu, tidak seharusnya memberi Maya ruang dalam hidupmu. padahal kamu tahu betul, Maya jatuh hati padamu.
Tidak bisa menjaga hati Senja, berarti kesempatan lelaki lain menjaganya. jangan menyesal ketika itu terjadi, Galaksi