Cindra gadis yatim piatu yang dipermainkan takdir, terpaksa menikah dengan anak dari sahabat orangtuanya; Hafiz, seorang tentara berpangkat letnan satu.
Namun perjalanan rumah tangganya tidak berjalan dengan mulus, dia harus menderita menahan dinginnya hidup berumah tangga.
Hingga takdir mempertemukannya dengan seorang pria tampan yang mewarnai hari-harinya.
🩷🩷🩷 Happy Reading_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 ~I really love you
Di bangunan selatan.
"Aahh..sshhh..." Desa_han keluar dari bibir Ranty saat sentuhan dan ciuman Hafiz mengabsen leher jenjangnya. Tangan Ranty tak tinggal diam, dia membuka satu persatu kancing baju dinas Hafiz yang masih dikenakannya sejak kepulangannya.
Ranty mencumbu dada bidang yang ditumbuhi bulu-bulu halus milik Hafiz secara seductive. Hafiz mengerang saat daging kecil di dadanya di pilin oleh lidah Ranty.
Kabut gairah menyelimuti akal sehatnya, dia mendorong tubuh Ranty di atas sofa. Kembali dia lumat bibir kekasihnya hingga dalam, hingga desa_han Ranty keluar dan memenuhi ruang telinganya. Hafiz makin terang_sang, mencumbu tiap jengkal leher dan bahu perempuan di bawah kukungannya. Ranty dengan inisiatif membuka Zipper dresnya, hingga terpampanglah dua bukit indahnya. Dia menuntun tangan Hafiz untuk squeezing dua gundukan tersebut.
Hafiz tertegun melihat pemandangan indah di depannya, dengan lembut dia cumbu kedua bukit itu. Membenamkan bibirnya pada choco chips yang sudah tegak menjulang.
"aahhh..sshhh" Ranty terus mendesah
"Masuki aku sayang, aku siap" suara rayuan Ranty penuh gairah berbalut desahan manja
Hafiz tersentak, mematung. Mengingat suara yang baru saja dia dengar. Kesadarannya pulih. Ia menatap wajah perempuan yang baru saja meminta penyatuan.
Hafiz langsung bangkit, menjauhi tubuh Ranty yang sudah terbuka dengan gaya sensualnya.
"Shittt!! Kenapa kamu ada di sini" tanyanya setengah membentak
"Mas..." Ranty kebingungan
Pikiran Hafiz masih dipenuhi Cindra, dia tidak sadar bahwa sejak tadi yang dicumbunya adalah perempuan lain, perempuan yang agresif membalas sentuhan dan ciumannya adalah Ranty bukan istri sirinya.
"Pakai kembali pakaianmu, Ran. Pulanglah!" Perintahnya
"Mas, kamu apa-apaan. Baru saja kamu mencumbuku dengan penuh gairah sekarang kamu mengusirku keluar. Kamu keterlaluan mas!!"
"Ranty aku terlalu lelah, jangan ajak aku berdebat sekarang"
"Aku ingin kita baikan sayang, aku senang kamu menyentuhku seperti tadi. Aku ingin menjadi milikmu sayang" Ranty bangun dari tidurnya dan memeluk Hafiz. Pakaian yang berantakan, belum sempat ia tutup kembali.
"Bersihkan dirimu, tidurlah di sini kalau kamu tidak ingin pulang. Aku kembali ke kantor" Hafiz melangkah meninggalkan Ranty
"Mas....Hiikkss...hikkks" Ranty terisak, dia merasa diabaikan
******
Di bangunan utama.
Hafiz kembali ke kediamannya yang dia huni dengan Cindra. Dia berlari ke kamarnya di lantai 2, mencari sang istri.
"Cindra...cindra!" Dia mencarinya hingga ke kamar mandi. Tidak ditemukannya.
Dia berlari ke kamar istrinya, membuka daun pintu dengan tergesa. Dia menemukan istrinya sudah terlelap dalam pelukan bik Nani.
Dia pandangi wajah sendu istrinya, matanya sembab, bibirnya masih bengkak. Dan beberapa kissmark di leher dan bahu istrinya yang terbuka.
'Lihatlah hasil perbuatanmu Hafiz, kamu sudah melakukan kekerasan dan hampir saja merenggutnya dengan paksa. Jahat sekali kamu Hafiz!" Dia memaki dirinya sendiri
Dengan langkah gontai dia kembali ke kamarnya. Dia lelah dengan emosinya sendiri, sekarang tinggallah penyesalan yang menguasainya.
"Bagaimana besok aku bisa menemuinya, dia pasti akan menatapku dengan penuh kebencian, aku akan terima makiannya, aku harus meminta maaf padanya" Dia bermonolog.
Dibawah guyuran air shower yang dingin dia samarkan tangisan penyesalan, dan menetralisir hasratnya yang belum tersalurkan. Lama dia terduduk di lantai dengan hujaman air dari shower yang menusuk kulit kepalanya, hingga tubuhnya menggigil kedinginan.
Dengan tubuh dan pikiran yang lemah dia membawa tubuhnya di peraduan.
*****
"Bu..apa semalam mas Hafiz pulang?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur
"Bapak pulang, Non. Semalam bapak sempet nengokin Non di kamar. Kalo Non masih sakit, istirahat aja lagi. Ibu mau buat bubur dulu" jawab Nani
Ya! Nani tahu Tuan nya pulang dan dia masih berjaga di samping Cindra, agar Tuannya tidak kembali memberi hukuman pada istrinya. Hanya dia pura-pura tidur dengan memeluk Cindra agar tuan nya tidak berani melakukannya lagi.
Jam sudah menunjukan pukul 09.00, Cindra yang tidak ada jadwal kuliah masih berbaring di kasur empuknya. Dia mengulang kembali kejadian semalam, ada banyak tanya dalam benaknya, dan rasa trauma yang belum tau apakah bisa ia obati kelak.
"Bagaimana jika aku bertemu dengannya hari ini, apakah ia masih marah dan kembali menghukumku seperti semalam. Aku takut sekali melihat kemarahannya" batinnya
Dia singkirkan selimut tebalnya, dia paksakan tubuhnya yang sakit untuk turun dari kasur. Dia melangkah ke depan cermin besar di pojok kamarnya.
"Ya Tuhan..kenapa leher dan dadaku merah-merah begini. Dia kerasukan jin apa gimana sih? Apa dia terkena virus zombie di tempat satgas? Dia pikir tubuhku es krim dijilatin begitu, iiihhhh..nyereminn banget kalo lagi marah"
Cindra bergidik mengingat kelakuan suami sirinya semalam, yang menghisap dan menjilati tubuhnya.
Setelah mandi dan berpakaian santai, ia merapihkan kamarnya, Cindra melangkah ke ruang makan. Di sana sudah ada Bu Nani yang sedang menata meja makan.
"Ibu masak apa?" Cindra menggelayut manja di lengan Bu Nani
"Masak bubur, sayur bening dan ikan pesmol, Non mau makan sekarang? Apakah masih sakit badannya Non?"
Cindra mengangguk. Ia langsung mengambil piring dan mengisinya dengan nasi, sayur bening dan ikan pesmol.
Gerakan majikannya yang seperti tidak terjadi apa-apa menarik perhatian Nani.
"Anak ini kuat banget mentalnya, Tuan galaknya seperti harimau lepas dari kandang aja, dia hadapi. Dan sekarang dia bersikap seperti biasa seperti tidak terjadi apa-apa semalam" batin Nani
"Non beneran ga apa-apa?"
"Badan dan bibirku masih sakit Bu, tapi kalo aku larut dalam kesedihan tidak akan ada jalan keluarnya, Bu" jawabnya sambil mengunyah makanannya
"owhh gitu ya, Non" Nani mengelus pucuk kepala Cindra yang sudah dianggap seperti anaknya
"Tuan udah berangkat kerja Bu?" tanya Cindra
"Belum Non, belum turun dari kamarnya. Tadi ibu mau bersihkan kamarnya, Tuan masih tidur dalam selimut"
Cindra melirik jam di pergelangan tangannya.
"Sudah jam 10, Bu. Tuan sudah sarapan Bu?"
"Belum juga Non"
"Cik! Kenapa sih dia"
Cindra membuka laptop di ruang tengah. Dia ingin mengerjakan tugas kuliah dan membuat rekapan progres pasien-pasien terapinya.
Dia tenggelam dengan pekerjaannya sampai lupa waktu, sekarang waktu menunjukan jam 15.15. Dia mulai terasa lapar. Sejak jam 12 siang Bu Nani mengingatkan ya untuk makan, tapi dia tetap fokus pekerjaaan.
"Ibu, temenin aku makan"
"Ya ampun non belum makan ya?" tanya Nani khawatir
"Iya ini baru terasa lapar, oiya bu.. Mas Hafiz udah makan?"
"Tuan belum keluar kamar juga dari pagi, Non. Ibu udah bawain sarapan dan makan siang tapi belum ada yang di sentuhnya"
"Ibu siapin aja makanan yang baru, nanti saya ke atas" Cindra segera mempersingkat makannya
*****
Tok tok tok
"Mas...boleh aku masuk?" Tanya Cindra walaupun jantungnya berdegup mengingat kejadian semalam
Tidak ada jawaban. Cindra memberanikan diri masuk. Kamarnya remang-remang sedikit cahaya yang masuk. Tirai-tirai belum di buka.
Dia letakkan nampan di atas nakas.
"Mas bangun, makan dulu" Cindra menepuk bahu atas milik suaminya.
Dia lihat ada yang tidak beres, bahu suaminya terasa panas. Lalu ia taruh punggung tangannya di kening suaminya.
'Panas ?!' gumamnya
Dia menyibak selimut suaminya, dicari telapak tangan suaminya. Dan dia rasakan tangannya dingin seperti es.
"Mas, ke dokter ya. tubuh mas panas banget" dia mengguncang tubuh suaminya
"mmhh.." Hafiz hanya bergumam sambil menggigil
Sekalipun dia membenci kelakuan suaminya, dia orang yang tidak tegaan, hatinya lembut, dia tidak tega melihat kondisi suaminya yang lemah terbaring di atas kasur tak berdaya.
"Aku telepon Emo untuk antar mas ke rumah sakit"
Cindra langsung mendial nomer hape Emo. Ketika ponsel sudah disamping telinganya. Tangan kekar suaminya menarik tangannya
"Tidak usah, tidak apa-apa,nanti juga sembuh" dengan suara serak akhirnya dia mengeluarkan suara
"Kalo gitu bangun, makan trus minum obat pereda panas" pintanya
Hafiz bangun dan duduk bersandar di dipan tempat tidurnya.
"Makan mas" Cindra menyiapkan makanan
Hafiz menggeleng
"CK!! Kalo lagi emosi sikapmu berapi-api, tenagamu kuat melebihi harimau yang encanik mangsa, Sekarang liat makanan aja kamu ga ada tenaga" sindir Cindra
"Aaa...ayo buka mulutnya" Cindra menyodorkan sendok berisi nasi dan lauk di depan bibirnya
Hafiz menatap istrinya dengan sendu, dia sedih. Setelah perlakuan kasar pada istrinya, dia masih diperlakukan baik oleh orang yang sudah disakitinya.
"Aku pikir hari ini akan menemukan tatapan kebencian dari matamu, makian kasar dan ancaman darimu, sampai aku tak memberanikan diri keluar dari kamar, tenggelam dalam penyesalan" batin Hafiz
"Kenapa liatin aku terus? Nyesel udah marah-marah ga jelas ke aku?" Tanyanya dengan ketus
"Mas minta maaf atas kejadian semalam. Mas tersulut emosi"
"Mas itu abdi negara, harus bisa mengontrol emosi. Belajar kelola emosinya dengan benar. Jangan semua orang kena kemarahan mas!" Gerutu Cindra
"Maafin mas ya" Hafiz mengambil jemari istrinya, dan menggenggamnya
"Mas sembuhlah dulu, banyak yang mau aku omongin sama mas" Cindra melengos saat Hafiz ingin mengusap pipinya
Setelah memastikan suami sirinya meminum obat dan istirahat, Cindra pergi meninggalkan suaminya.
Kepergian sang istri dari kamarnya, membuat Hafiz merenungi banyak hal. Banyak yang harus dia perbaiki. Istri yang dinikahi secara siri dan diikat dengan perjanjian kontrak banyak merubahnya dalam segala hal.
"Dia memang bukan cinta pada pandangan pertama, tapi seiring waktu dia tanamkan benih benih kasih sayang yang berkembang di dadaku. Aku menjadi egois, ingin menggenggamnya sedemikian rupa, tapi hatiku makin terluka. Dia punya pesonanya sendiri, tetap menebar harum walau seringkali kusakiti. Cindra, I really love you"
Jangan lupa tinggalkan jejak ya.. *Teruntuk pembaca novelku, Doaku hari ini Semoga harimu baik dan berkah* 🩷