Pernikahan yang sudah didepan mata harus batal sepihak karena calon suaminya ternyata sudah menghamili wanita lain, yang merupakan adiknya sendiri, Fauzana harus hidup dalam kesedihan setelah pengkhianatan Erik.
Berharap dukungan keluarga, Fauzana seolah tidak dipedulikan, semua hanya memperdulikan adiknya yang sudah merusak pesta pernikahannya, Apakah yang akan Fauzana lakukan setelah kejadian ini?
Akankah dia bisa kuat menerima takdirnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh Dua
Pagi sebelum kembali ke kota, Ana pergi ke makam ayah dan ibunya. Dia ingin pamit sebelum pergi lagi ke kota. Entah kapan dia bisa kembali lagi. Namun, Ana telah meminta tetangganya untuk membersihkan makam ayah dan ibunya yang telah di jadikan satu liang lahat.
"Ayah, ibu, aku pamit. Tenang di sana ya Ayah, ibu. Doakan anakmu ini kuat menghadapi segala rintangan hidup. Suatu saat kita pasti akan berkumpul lagi," ucap Ana. Air mata mulai jatuh membasahi pipinya.
Chelsea yang berdiri di samping Ana yang berlutut, menghapus setiap air mata yang jatuh membasahi pipi gadis itu. Tampak betul jika bocah itu sangat menyayanginya. Rakha yang melihat putrinya memperlakukan Ana begitu lembut, merasa sangat bahagia. Tak pernah anaknya sedekat ini dengan wanita selain Oma-nya.
"Ayah, aku merindukan kehangatan pelukan lembutmu dan cinta yang kurasakan saat lenganku memelukmu di saat aku kecup dulu. Aku rindu melihat senyum indah mu dan suaramu yang menyebut namaku.Ibu, aku rindu mendengar kamu berkata, aku mencintaimu dan aku berkata, 'aku mencintaimu' sebagai balasannya. Ibu, jika aku memiliki kesempatan untuk bertemu denganmu untuk yang terakhir kalinya, aku hanya akan memintamu untuk memelukku erat-erat, menyandarkan kepalaku di pundakmu dan menangis sampai air mataku mengering. Aku merindukanmu, Ibu," ucap Ana melanjutkan.
Kali ini Chelsea memeluk tubuh Ana dengan kedua tangan mungilnya. Dia lalu mengecup kepala Ana dengan lembut. Posisi tinggi mereka sama karena Ana berlutut.
"Ayah, Ibu, aku rindu. Entah kapan kita bisa bertemu kembali, mungkinkah kelak di sana kita bisa berjumpa kembali? Kepergianmu membuatku mengerti bahwa rindu paling menyakitkan adalah merindukan seseorang yang telah tiada. Namun, kepergianmu pun mengajarkan bahwa Tuhan selalu ada untuk mendengarkan segala doa dan harapan.”
Ana lalu memeluk Chelsea dan bocah itu ikut menangis saat mereka saling berpelukan. Cukup lama berpelukan, bocah itu akhirnya melepaskannya.
Ana membaca doa buat kedua orang tuanya. Menaburkan bunga dan menyiramnya. Setelah itu mereka meninggalkan pemakaman menuju rumah kediaman orang tua Ana.
Hari ini bertepatan hari Minggu sehingga Erik tak bekerja. Dia sedang bermain dengan putrinya saat Ana datang. Gadis itu datang berdua Chelsea saja.
Rakha dan Kevin langsung menuju ke rumah sakit. Mengurus tentang pengobatan buat Chika.
"Selamat Pagi, Mas Erik. Apa Ibu ada?" tanya Ana.
Erik yang sedang berusaha menenangkan putrinya yang menangis, jadi terkejut mendengar sapaan Ana. Dia lalu membalasnya dengan senyuman.
"Ibu ada di dalam, bersama Ayu," jawab Erik.
Chika tampak rewel. Dia kembali menangis. Erik sepertinya mulai kewalahan mendiamkan putrinya. Ana yang melihat itu jadi tak tega. Dia lalu meraih Chika dari tangan Erik.
Ana mencoba menenangkan. Chelsea tampak senang melihat anak kecil. Tanpa di duga, tangis bayi itu hilang saat berada dalam gendongan Ana.
Ana lalu memilih duduk di bawah pohon sambil mengendong Chika. Di sampingnya Chelsea duduk sambil memegang jari mungil bayi itu.
"Mami, siapa nama adiknya?" tanya Chelsea.
"Chika," jawab Ana. Chelsea lalu menggenggam tangan mungil bayi itu. Sesekali mengajaknya mengobrol. Erik menatap tanpa kedip sambil tersenyum.
"Seandainya aku tak khilaf, tak berselingkuh dengan Ayu, mungkin saat ini kami sedang berbahagia, bersama anak kami. Namun, semua telah terjadi, tak akan bisa kembali lagi. Lagi pula, Ana telah mendapatkan pengganti diriku yang jauh lebih baik. Hanya doaku, semoga kebahagiaan kamu dapati, kamu berhak lebih bahagia," gumam Erik dalam hatinya.
Erik yang terlalu fokus dengan Ana, tidak menyadari jika Ayu dan ibunya telah berada di samping dia berdiri. Wajah istrinya cemberut menyadari pandangan mata pria itu yang tertuju pada Ana, dan tanpa kedip.
Ayu langsung memukul lengan suaminya dengan keras, sehingga pria itu terperanjat karena terkejut. Menyadari siapa yang datang, dia langsung membuang pandangannya dari menatap Ana.
"Kamu memang tak sadar diri ya, Mas. Ana itu sudah ada suami, dia tak akan mau denganmu. Sudah kere, kang selingkuh, dan wajah pun pas-pasan. Jauh sekali di bandingkan dengan Rakha. Jangan mimpi terlalu tinggi, saat kamu terbangun, akan sangat menyakitkan jika menyadari semua hanya bunga tidur," ucap Ayu dengan tersenyum mengejek.
"Dasar menantu tak berguna," ucap Ibu Rida dengan lerih. Kedua nya lalu mendekati Ana.
Saat sampai di hadapan Ana, keduanya lalu menyapa sebagai basa-basi. Gadis itu membalas dengan tersenyum.
"Ada apa gerangan yang membuat kamu datang pagi-pagi begini?" tanya Ibu Rida.
Belum sempat Ana menjawab, Ayu telah mengatakan hal lain. Sepertinya belum cukup puas merebut Erik, kini dia berusaha menjelekkan Ana. Beruntung Rakha tidak ikut ke rumah ini.
"Apa Kak Ana ingin merebut Erik dengan mendekati putrinya seperti yang kakak lakukan pada Mas Rakha. Apa tidak cukup satu pria saja. Atau Kak Ana ingin menunjukkan padaku jika Kakak masih dicintai Erik. Kakak mau banggakan diri jika dicintai oleh dua orang pria sekaligus!" seru Ayu.
Ana memegang dadanya mendekat ucapan Ayu yang sudah melewati batas. Dia boleh saja menjelekkan dirinya tapi jangan bawa orang lain dalam masalah mereka. Apa lagi membawa nama Rakha dan ada putrinya yang mendengar.
Ana langsung berdiri dan memberikan bayi Chika pada ibunya. Wajah gadis itu tampak memerah menahan amarah.
"Kamu kira aku ini sama denganmu? Aku tak suka merebut milik orang lain. Lagi pula pantang bagiku menjilat ludah yang telah aku buang. Aku tak akan mungkin kembali dengan Mas Erik. Jikapun aku masih mau bicara dan menyapa, itu hanya sekedarnya. Tidak akan melebihi batasan. Jangan takut, aku tak suka memungut sesuatu yang telah aku buang!" seru Ana.
Dia tahu dan menyadari jika kata-katanya mungkin akan menyakiti bagi Erik. Namun, dia harus jujur mengatakan agar Ayu tak berpikir yang bukan-bukan.
Chelsea yang melihat maminya bersuara agak lantang menjadi takut. Dia langsung menangis. Ana mendekati bocah itu dan memeluknya.
"Sayang kenapa menangis?" tanya Ana.
"Mami kenapa marah? Orang itu jahat dengan Mami?" tanya Chelsea.
"Tak apa, Sayang. Jangan takut ya. Kamu duduk di sini saja. Mami masih mau bicara sebentar," ucap Ana mencoba menenangkan.
Setelah Chelsea di bujuk, dia kembali pada Ayu dan Ibu Rida. Ada hal penting yang ingin dia sampaikan.
"Hampir saja aku lupa, kedatanganku ke sini sebenarnya hanya untuk mengingatkan kamu dan juga ibu. Aku ingin kamu dan Ibu tau, jika rumah ini milikku. Dari kecil ayah dan ibu telah membuat akta kepemilikan atas namaku. Kamu dan Ibu bisa menempati ini untuk sementara waktu, jika suatu hari aku meminta kembali, kalian harus siap pindah kapanpun itu. Jadi jangan ada drama di saat nanti aku minta rumah ini di kosongkan. Aku berkeinginan merenovasinya suatu hari!" seru Ana.
Ayu dan Ibu Rida tampak terkejut mendengar ucapan Ana. Mereka berdua jadi saling pandang.
Kawin..... kawin.... kawin.... kawin...