Keyra Onellia, seorang putri angkat keluarga Arlott yang kini sudah tak dianggap akibat keluarganya kembali menemukan sang anak kandung. Dari umur 13 tahun, Keyra mulai tersisihkan. Kembalinya Dasya, membuat dirinya tak mendapatkan kasih sayang lagi. Di hancurkan, di kucilkan, di buang dan di rendahkan sudah ia rasakan. Bahkan diakhir hidupnya yang belum mendapatkan kebahagiaan, ia harus dibunuh dengan kejam.
Keyra mengira jika hidupnya telah berakhir. Namun siapa sangka, bukannya ke alam baka, jiwanya malah bertransmigrasi ke tubuh bibinya—adik dari daddy angkatnya.
•••
"Savierra, kau hanya alat yang akan dikorbankan untuk kekasihku. Ku harap kau jaga sikap dan sadar diri akan posisimu!"
Mampukah Savierra yang berjiwa Keyra itu menghadapi tiran kejam, yang sial nya adalah suaminya itu? Takdir benar benar suka bercanda! Apakah Savierra harus mengalami kemarian tragis untuk kedua kalinya? Tidak! Savierra akan berusaha mengubah takdir hidupnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetstory_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Metempsikosis
"Selamat pagi nyonya, saya mengantarkan sarapan untuk anda,"
Sapaan dari luar pintu membuat Savierra mendesah lirih. Dengan gontai ia berjalan membuka pintu dengan raut wajah muram.
Klekk!
Savierra menerima nampan itu yang berisi sesuatu yang sudah beberapa hari ini ia pakai untuk sekedar mengisi perut. Sebuah roti berbentuk bulat, dengan ukuran jumbo dan segelas susu cokelat panas favoritnya.
"Ya, terima kasih." Savierra mengangguk kecil dan hendak menutup pintu.
"Tunggu nyonya!" sergah pelayan, membuat perempuan itu menaikkan sebelah alisnya.
"Tuan Hander memberi anda hadiah makanan lain agar anda merasa senang."
Mendengar itu Savierra berbinar, secepat kilat ia berada di samping pelayan, "HEY! APAKAH DIA AKAN MEMBERIKU MAKANAN ENAK!?" seru nya berharap.
Pelayan itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Itu.. Silvi, cepat ambilkan hadiah makanan itu kemari,"
Beberapa saat kemudian..
"Ini hadiah makanan dari tuan Hander untuk nyonya," kata pelayan itu dengan memberikan sebuah paperbag kepada Savierra.
Bau harum menusuk indra penciuman, membuat Savierra segera menerima paperbag itu. "Terima kasih, kalian boleh pergi!" serunya lalu segera menutup pintu dengan cepat.
Di dalam kamar, Savierra yang penasaran isi dari paperbag itu pun segera ingin membukanya.
"Hm baunya harum.. Apakah akhirnya dia sadar, kalau hukumanku terlalu parah?" monolognya dengan kekehan geli.
"Cih, aku tetap tidak akan memaafkanmu dengan mudah walau sudah menyogokku dengan makanan!"
"Wahh tapi apa isinya ya? Apakah ini masakan dari restoran?" lirih Vierra segera membuka bungkus nya.
Toeng!
Ehh?
Roti lagi!?
Savierra cengo, ia mengambil note kecil yang tersempil di pinggir.
Karena kamu bosan makan roti, aku bawakan sesuatu yang mahal untukmu. Ini limited edition, sebulan hanya di produksi 1 kali. Cobalah, semoga kenyang. -malaikat mautmu.
"BRENGSEK! DIA MAIN MAIN!?" teriak Vierra kesal. Ia semakin malas untuk menatap kedua makanan itu.
"Aku lebih pilih makan makanan murah yang ada nasi, dari pada harus makan roti kecil ini yang katanya limited edition! Aku sungguh tak peduli!!" sarkasnya dengan membanting paperbag yang sudah kosong itu.
"JAHAT! SUNGGUH TIDAK BERPERIKEMANUSIAAN!" gerutunya sembari mengunyah pelan roti itu dengan kesal.
"Hiks hikss.. walau roti nya enak, tapi aku kan ingin makan nasi, makan udang asam manis kesukaanku.. kenapa lelaki itu semakin kejam padaku?".
Setelah beberapa menit, acara makan pun sudah selesai. Savierra berjalan menuju walk in closet untuk memilih baju tidur.
Membuka lemari pakaian, ia menyibak satu persatu pakaian tidur yang tercantol rapi di sana. Namun, netranya tak sengaja melihat sebuah kotak hitam dengan aksen dan ukiran emas di atasnya.
"Hah? Kotak apa ini?" bingungnya saat kotak itu berhasil ia ambil.
Aksen emas membuat Savierra tertarik. Ia duduk di sofa dan membuka perlahan kotak hitam itu.
Mata Savierra memicing saat melihat 1 buku tebal bersampul biru usang, berjudul..
Metempsýchosi Psychís
Dahi Savierra mengernyit, "Metempsýchosi Psychís, Transmigrasi jiwa?"
~Ada sebuah jiwa yang menempati tubuh orang lain. Entah karena kematian, ataupun hal yang tak disengaja.
Kalimat pertama itu membuat tubuh Savierra membeku. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba meresapi bait per bait dari kalimat kalimat yang tertulis di sana.
~Metempsikosis adalah ajaran yang menyatakan bahwa jiwa manusia dapat berpindah dari satu tubuh ke tubuh lain setelah meninggal. Sebuah kenyataan, yang masih belum bisa diterima akal manusia..
Deg!
Savierra mengangguk kecil dengan hati berdebar. "Ya.. aku bahkan masih merasa ini mimpi. Aku masih merasa semua ini tak nyata dan hanya mimpi belaka," lirihnya. Ia sedikit setuju dengan kata kata itu.
~Bertukar tubuh artinya, tubuh baru bukanlah milik kita namun pikiran masih milik kita seutuhnya.
Metempsikosis pertama. Jika tubuhmu hancur, dan jiwamu berpindah pada tubuh orang lain, mungkin jiwa pemilik tubuh tersebut memang sudah mati dan hancur.
Metempsikosis kedua. Bisa jadi, ada dua jiwa dan dua tubuh yang memang terikat satu sama lain, menjadi bentuk 1 jiwa utuh, namun di dua raga yang berbeda tempat atau dimensi.
Metempsikosis ketiga. Sebuah transmigrasi takdir, di dua tubuh yang saling terikat batin satu sama lain. Keduanya bisa jadi saling bertukar jiwa. Keterikatan batin dan jiwa yang hampir sama, membuat jiwa keduanya tertukar.
Netra Savierra membola membaca 3 teori Metempsikosis. Namun, kini ia bingung.
"Metempsikosis pertama, maksudnya, ketika tubuh Keyra sudah hancur, maka jiwa Keyra berpindah pada tubuh Savierra. Dan sebaliknya, jiwa Savierra hancur atau mati. Begitu?" lirih Savierra mencoba membuat spekulasi agar kata kata dalam buku mudah di pahami.
"Metempsikosis kedua, maksudnya, Keyra dan Savierra ada di dimensi berbeda, namun jiwa mereka satu. Savierra dan Keyra yang hidup di dimensi berbeda memiliki kekurangan terhadap jiwa mereka masing masing?" monolog Savierra lalu menggeleng kecil.
"Tidak, di dunia ini, aku dan Savierra masih satu dimensi. Aku saja sangat tahu terhadap Vierra karena sedari kecil aku selalu bermain dengannya. Jadi, teori kedua tidak cocok dengan keadaan saat ini."
"Dan Metempsikosis ketiga.. apakah bersangkutan? Aku hanya teman bermain Vierra sedari kecil. Apa benar jiwa kita memang tertukar? Bukankah berarti tubuhku masih hidup, dan yang mengisi jiwa nya adalah Savierra asli?".
Keyra semakin bingung saat banyaknya dugaan dugaan muncul di otaknya!
"AKKHH INI MEMBINGUNGKAN! TAPI SIALNYA TEORI INI MASIH BISA DICERNA AKAL!" frustasi Keyra.
"Ah sudahlah, walaupun aku Keyra, tapi sekarang aku di tubuh Savierra. Dan jika jiwa kami tertukar, aku harus bersyukur akan dua hal." Savierra mengetuk pelan dagunya.
"Pertama, tubuhku masih aman dan tak hancur. Kedua, jiwa asli Savierra masih ada!"
Keyra saat ini hanya bisa berharap bahwa tubuhnya ditempati oleh Savierra asli. Walau di otaknya mustahil, tapi tidak ada salahnya berharap, bukan?
Namun, di hujan sederas dan sungai sebanjir itu, apakah masih mungkin jika tubuhnya baik baik saja dan tak hancur?
•••
Beberapa hari ini, Ryden sangat pusing dengan tingkah Savierra yang semakin berani. Di mulai dari meminta makanan enak, meminta alat elektronik untuk bekerja sendiri, dan sekarang...
"Tuan Ryden yang terhormat! Izinkan aku keluar dari rumah ini untuk sekedar berjalan jalan dan berbelanja!"
Lihatlah, Saat Ryden sudah memakai jas rapi dan ingin ke perusahaan, namun lagi lagi Savierra menghentikan kepergiannya.
"Tidak!" tolak Ryden mentah mentah. Bagaimana jika perempuan itu kabur? Ryden tak mau ambil resiko.
Savierra mendengus. "Batin setiap perempuan harus di penuhi. Setidaknya, jika kau tak mau memenuhi nafsu wanita, jangan kau halangi kebutuhan batinku. Aku lelah di kurung terus terusan! Setidaknya, biarkan aku menyenangkan dan memanjakan diri sebelum aku mati," omelnya panjang lebar.
Alis Ryden memicing. "Oh, kau ingin aku memenuhi kebutuhan nafsumu?" katanya dengan senyum licik membuat Savierra gelagapan.
"YAK! Dari panjangnya kalimat ku, kenapa hanya itu yang kau tangkap!?" kesal Vierra. Ia menghentakkan kakinya saat merasa frustasi karena membujuk Ryden begitu sulit.
Jujur, Savierra terasa bagai burung dalam sangkar jika terus berada dalam sisi Ryden tanpa keluar sama sekali. Ia hanya ingin menghirup udara segar. Ia ingin melihat pemandangan luar yang sudah lama tak dilihatnya itu. Namun kenapa harus se susah itu?
"Aku hanya ingin berjalan jalan saja, apakah memang tak boleh?" lirih Vierra sendu, membuat Ryden memijit pelipisnya.
Menghela nafas, Ryden memberi intruksi pada Samuel—ajudannya.
"Siapkan mobil, dan jangan lupa juga bodyguard untuk menjaga perempuan ini agar tak kabur!" titahnya yang membuat Savierra mendelik.
"Kenapa harus ada bodyguard!?" sentak Vierra tak terima. Ia tak mau merasa di kekang, dan ingin benar benar menikmati waktu sendiri.
Ryden menatap tajam, "Iya atau tidak usah pergi?" dinginnya.
Savierra pasrah. Ia hanya bisa mengangguk kecil, merasa ciut dengan tatapan tajam dan perkataan dingin Ryden. "O-oke!"
"Sam, kau dengar?"
"Siap, dengar tuan. Saya akan segera mengaturnya," jawab Samuel tegas.
Savierra menyunggingkan senyum lebar. Tak apa jika harus dijaga puluhan bodyguard, yang penting ia bisa menikmati jalan jalan ke luar untuk meringankan dan menjernihkan pikirannya.
Perempuan itu tersentak dan menepuk dahi, "Oh iya. Mana?" kata Vierra sembari mengadahkan tangannya.
"Apa?" datar Ryden. "Bukankah aku sudah menuruti keinginanmu? Sekarang jangan halangi aku untuk pergi."
"Ck, aku hanya ingin minta uang?"
"Hah!?" Ryden dan Samuel membeo.
Savierra mengedipkan matanya, "Eh bukankah wajar jika istri meminta uang pada suaminya?" polosnya membuat Ryden berdecak.
Sedangkan Samuel ternganga di tempatnya. Baru kali ini ada wanita yang terang terangan meminta uang pada tuannya. Biasanya, para wanita akan melakukan sesuatu dulu agar sang tuan dapat memberi uang pada mereka. Tapi ini, 'Ah sudahlah. Bukankah wajar jika nyonya Savierra meminta uang. Mereka kan memang suami istri.' batin Samuel.
Ryden memberikan sebuah kartu berwarna hitam kepada Savierra yang langsung diterima dengan antusias.
"YEAY MAKASIH SUAMIKU!"
CUP!
Savierra yang kegirangan tanpa sadar mengecup pipi Ryden cepat. Perempuan itu berlari menjauh dengan bersenandung ria.
Jangan tanya keadaan Ryden. Saat ini lelaki itu tengah memegang pipi dengan menyorot tajam perempuan yang sudah pergi itu.
"Apa apaan perempuan gila itu?"
•••
Hay all♥. Jangan dipikir dalam dalam tentang metempsikosis ya! Aku hanya membuat sedikit teori dari beberapa bacaan serta dari beberapa novel transmigrasi yang aku baca.
Bayar parkir jangan lupa ya? Entah pake like, vote, hadiah atau komen terserah deh. Aku hargai semua..
Thanks udah selalu mengikuti jejak Sarden! Jangan pernah bosen baca cerita ini okey?
-Enjoy reading-