Pengantin Pengganti
Seorang wanita paruh baya sedang duduk menunduk sambil memohon kepada seorang pria paruh baya .
"Tuan saya mohon, bantu perusahaan suami saya," ucap wanita itu sambil bergetar .
Pria paruh baya itu duduk sambil menyeringai .
"Emang, apa yang bisa kau berikan? sampai Aku tertarik membantu perusahaan suami mu?" tanya pria paruh baya tersebut sambil menatap tajam.
"Apa pun tuan," jawab wanita tersebut sambil menunduk .
"Apa pun?" tanya pria tersebut sambil menyeringai.
"Iya tuan," jawab wanita itu sambil mengangguk meyakinkan .
Seperkian detik pria tersebut tertawa sambil berfikir .
"Baiklah, apa kau memiliki seorang putri?" putus nya pada akhirnya, karena merasa sedikit tertarik dengan tawaran wanita tersebut.
"Saya memiliki dua orang putri," jawab wanita tersebut sambil menyodorkan hp nya .
Di lihatnya foto seorang gadis cantik dengan rambut yang di buat aga bergelombang, dia tersenyum sangat manis, yang menurut nya mendekati selera putranya. lalu di geser lagi foto anak kedua, dengan rambut lurus namun terlihat sederhana tanpa make up tersenyum .
"Mereka berdua kedua putri saya tuan," jelas wanita tersebut sambil tersenyum tipis .
Pria itu tersenyum seringai, lalu menyodorkan hp tersebut, di lihatnya foto anak pertama nya .
"Berikan putri mu pada ku, lalu Aku akan membantu perusahaan suamimu bagaimana?" tawar pria tersebut dengan menaikkan sebelah alisnya .
"Tapi tuan putri ku dia..."
"Tidak ada kesempatan kedua, kalo tidak mau tidak masalah, tanggung saja sendiri. Tawaran ini hanya berlaku sekarang, pikirkanlah baik-baik sebelum Aku berubah pikiran!" potong pria tersebut dengan penuh penekanan.
Mendengar penuturan pria tersebut, sejenak wanita itu berpikir keras dia tidak punya pilihan lain.
"Terima kasih tuan, Saya akan katakan ini pada putri saya," ucap wanita itu pada akhir setelah beberapa saat berpikir.
"Waw, cepat sekali berubah pikiran?" tanya pria tersebut dengan heran.
"Baiklah, bawa putri mu nanti sore, Aku ingin bertemu dengan nya. ingat, jangan macam-macam!" sambung nya dengan penuh penekanan .
"Baik tuan, Saya akan membawa putri Saya bertemu dengan anda," jawab wanita itu sambil mengangguk.
"Baiklah, kalo tidak ada urusan lagi, kau boleh pergi!" usir pria tersebut mempersilahkan wanita itu untuk keluar .
"Baiklah, kalo begitu saya permisi." pamit wanita itu, setelah itu langsung melangkah keluar dari ruang tersebut dengan wajah tak bisa di artikan.
Setelah wanita itu keluar pria yang merupakan asisten pria tersebut pun masuk.
"Ada perlu apa? wanita itu kemari tuan?" tanya Asisten tersebut setelah berada di samping tuanya .
"Dia bilang, Aku harus membantu perusahaan suami nya, dan sebagai imbalannya, Aku meminta putrinya, untuk Aku nikahkan. bagaimana menurutmu?" ucap pria tersebut sambil memberikan sebuah foto pada Asisten nya .
"Apakah anda yakin tuan? tuan muda akan menerima nya? Sudah banyak gadis yang dia tolak, dia bersikeras untuk tidak mau menikah," Tanya Asisten tersebut dengan beruntun karena merasa tidak yakin dengan keputusan tuan nya itu.
"Aku yakin, kali ini pasti dia tidak akan menolak. Entah sebuah takdir atau apa? gadis itu sangat begitu mirip dengan Mayra, bukan begitu Haris? " jelas pria tersebut pada Asisten nya .
"Iya tuan sangat mirip sekali" jawab Asisten tersebut sambil mengangguk mengiyakan.
"Kalo begitu, antar kan Aku, ke kantor Farel, sekarang juga!" perintah pria tersebut sambil berdiri .
"Baik tuan saya antar!"
********
Sementara wanita itu Setelah keluar dari gedung tersebut wanita itu bergegas menaiki mobilnya .
Ya wanita itu adalah Yuni seorang janda beranak 2 yang di tinggal suaminya beberapa bulan yang lalu karena kecelakaan .
kepergian suaminya, membuat dia harus menanggung semua nya sendiri, menggantikan suaminya mengurus perusahaan, namun na'as dia harus terlilit banyak hutang, karena akhir-akhir ini perusahaan mengalami kerugian besar, yang menyebabkan dia mau tak mau meminta bantuan, karena hanya perusahaan itu lah yang bisa dia minta bantuan .
Namun sayangnya tuan tersebut meminta putrinya, apa dia sanggup? melakukan itu apa putrinya mau menikah? Sedang kan putri pertamanya sudah jelas dia tau, putri pertamanya sangat keras kepala .
Putri pertamanya bernama Clara Amaliya, sekarang berusia 20 tahun dan masih kuliah. Dia memiliki sifa keras kepala egois tidak mudah di atur .
Putri keduanya bernama Adinda Amaliya, sekarang berusia 17 tahun dan baru menginjak kelas 3 SMA, Dia memiliki sifat baik hati, lemah lembut dan sederhana selalu mengalah pada kakaknya .
Setelah merenungkan apa yang telah terjadi, ternyata mobil Yuni sudah sampai di gerbang rumahnya .
Yuni segera masuk kedalam rumah nya, bergegas mencari putri nya, rupanya anak kedua sedang duduk di ruang tamu sedang membaca buku, melihat bunda nya pulang pun menghentikan aktivitas nya.
"Bunda, tumben jam segini udah pulang? ada apa Bun?" tanya nya dengan heran .
"Kakak mu di mana? sudah pulang?" Yuni justru malah balik bertanya membuat Dinda mengerutkan keningnya heran.
"Belum Bun, ada apa ya? seperti nya ada hal penting?" tanya Dinda dengan menyelidik, melihat dari raut wajah Bunda nya yang terlihat tidak seperti biasanya.
"Iya ada hal penting, yang ingin bunda beritahu pada kakak mu Clara," Jawab Yuni dengan tegang dan cemas.
"Mungkin sebentar lagi, dia pulang. Bunda duduk dulu, tenang kan pikiran bunda," ucap Dinda sambil menenangkan bundanya, membuat Yuni pun menurut.
DISISI LAIN
Tepat di sebuah perusahaan seorang pemuda sedang duduk menatap layar laptop, suara ketukan pintu di ketuk membuat nya mendengus sebal.
tok ...tok ...tok
"Masuk!" ucap pemuda tersebut sedikit berteriak.
"Ada apa ?" tanya nya setelah melihat Asistennya masuk langsung kembali melakukan kegiatannya.
"Tuan besar ingin bertemu dengan anda tuan," jawab Asisten tersebut sedikit tegang dan cemas.
Belum sempat menjawab pintu langsung di buka, menampakkan pria paruh baya langsung berjalan mendekati kedua nya.
"Farel papa ingin bicara dengan mu," ucap pria paruh baya tersebut langsung tude poin.
Farel enggan untuk menoleh, masih fokus pada laptop nya, rasanya dirinya sangat malas untuk menatap wajah Papa nya yang membuat dirinya kesal.
"Mau apa lagi? apa sepenting itu? sampai papa harus repot-repot kemari ? apa tidak bisa di bicarakan di rumah?" tanya Farel dengan beruntun matanya masih menatap layar laptop nya.
"Tidak bisa!" Jawab pria tersebut dengan singkat.
"Bicaralah, Aku akan mendengarkan," ucap Farel sambil mendengus kesal tanpa sedikitpun menatap wajah Papa nya itu.
"Papa ingin kau menikah !" jelas pria tersebut mengutarakan niatnya, hal itu membuat Farel menghentikan aktivitas nya, lalu menoleh ke arah Papa nya .
"Menikah? sudah ku bilang berapa kali, Aku tidak ingin menikah, gadis mana lagi yang ingin papa kenal kan pada ku? haaaah!" tanya Farel dengan nada meninggi, matanya menyiratkan kemarahan.
"Kali ini kamu pasti tidak akan menolak," jawab pria tersebut dengan percaya diri tanpa sedikitpun memperdulikan kemarahan putranya itu.
"HA-HA-HA...." Farel tergelak mendengar penuturan Papa nya merasa lucu dengan apa yang Papanya katakan.
"Emang gadis seperti apa lagi? sampai Aku tidak akan menolak? sampai kapan pun aku tidak akan menikah!" sambung nya dengan tersulit emosi.
Pria tersebut menyodorkan hp nya menunjukkan foto seorang gadis yang ia dapatkan tadi .
"Bagaimana?" ucap nya penuh harap, membuat Farel langsung mengambil Hp tersebut, lalu menatap foto itu dengan penuh selidik lalu menatap Papa nya .
"Iya, dia gadis yang akan papa nikahkan dengan mu, kali ini tidak ada penolakan!" jawab pria tersebut tidak bisa di bantah, membuat Farel berfikir sejenak
"Apa? setelah Aku menikah papa akan puas?" tanya Farel menatap tajam Papa nya.
"Papa, hanya ingin yang terbaik untuk mu, semoga kau bisa menerima semua nya," jawab pria tersebut dengan yakin .
"Baiklah, terserah papa saja, Aku akan mengikuti permainan nya, tapi jika gadis yang papa pilih tidak sesuai, jangan salah kan Aku, jika Aku tidak memperlakukan nya dengan baik!" ucap Farel dengan penuh penekanan .
"Kalo tidak ada yang di bicarakan, Papa boleh keluar, Aku sibuk!" sambung nya sambil menyuruh papa nya untuk keluar .
"Pernikahan akan di adakan seminggu lagi," ucap pria tersebut membuat Farel kaget .
"Papa gila ya? seminggu lagi? dan bahkan Aku saja tidak mengenal wanita itu!" sentak Farel menatap tajam papa nya .
"Lebih cepat lebih baik bukan? kau kan sudah setuju, dan lagi mau sampai kapan kau seperti ini terus?" ucap pria tersebut dengan tersebut seringai .
"Tapi, bukan berarti secepat itu kan?" protes Farel merasa tidak terima.
"Tidak ada penolakan," ucap pria tersebut berlalu pergi dari ruangan Farel, tanpa memperdulikan protesan Farel dan umpatan Farel yang berteriak keras.
DITEMPAT LAIN.
Setelah beberapa saat Yuni duduk, akhirnya yang di tunggu tiba. Clara pun sudah pulang, Clara kaget tidak biasanya Bundanya pulang cepat, biasanya pulang malam atau sore. Clara berjalan hendak ke kamar dengan cueknya namun Bundanya memanggil membuat langkah nya terhenti.
"Clara, bunda ingin bicara dengan mu," panggil Yuni dengan tegas .
"Apa yang ingin bunda bicarakan?" Tanya Clara sedikit malas langsung berbalik badan.
"Duduk dulu," perintah Yuni mempersilahkan Clara untuk duduk, Clara pun duduk, menatap Bunda nya penuh selidik .
"Apa yang ingin bunda bicarakan, cepat," tanya Clara dengan malas .
"Perusahaan Ayah mu mengalami masalah, dan hampir bangkrut, Bunda juga terlilit banyak hutang," jelas Yuni dengan sedih.
"Terus? apa hubungannya dengan ku?" tanya Clara dengan bingung .
"Hubungan nya adalah, ada orang yang bersedia membantu, tapi syaratnya, kamu harus menikah," jelas Yuni menatap putri nya penuh harap .
"Aku? maksud Bunda apa? Clara ngga ngerti," tanya Clara masih kmbingung .
"Maksudnya adalah, Tuan Fikram ingin membantu tapi dia meminta mu, untuk menjadi menantunya, kau menikah dengan anaknya. Bunda harap kamu mau, tidak ada penolakan," jelas Yuni panjang lebar menatap putri nya itu penuh harap .
"Bunda becanda ya?" tanya Clara tersenyum getir.
"Bunda ngga becanda, Bunda serius, tidak ada penolakan, jika kamu menolak, kita akan jatuh miskin, dan bunda akan di penjara. kamu mau bunda mu di penjara?" ucap Yuni menjelaskan panjang lebar agar putri nya itu mengerti.
"Kenapa harus Aku Bun?
Ini semua gara-gara kamu ya Dinda, kalo bukan karena kamu, Ayah pasti masih hidup," Clara yang marah menunjuk ke arah Dinda, dia terus menerus menyalahkan adiknya itu.
"Clara, ini bukan salah Dinda, berapa kali bunda bilang, semua sudah takdir. kamu jangan salah kan adik kamu terus. Nanti sore kita bertemu tuan Fikram, bunda harap kamu setuju!" ucap Yuni dengan tegas, langsung menarik tangan Clara untuk masuk ke kamar agar putrinya tidak kabur .
"Lepas Bunda, Clara ngga mau, ini semua gara-gara kamu Dinda!" ucap Clara berusaha untuk memberontak sambil terus menyalahkan adiknya itu, namun Yuni langsung saja menarik tangan putrinya itu masuk ke dalam kamarnya.
"Maaf kan Bunda Clara, tidak ada pilihan lain," gumam Yuni dengan sedih, sambil mengunci kamar Clara yang masih terdengar berteriak.
"Dinda, apa yang kakak mu bilang, jangan di ambil ke hati ya," ucap nya setelah berada di depan putri bungsunya itu.
"Ngga papa ko Bun, apa yang Ka Clara bilang memang benar, Bunda yang sabar ya. apa separah itu Bun perusahaan ayah?" ucap Dinda langsung memeluk Bunda nya itu.
"Iya Din, bunda tidak ada pilihan lain," jawab Yuni dengan sedih langsung membalas pelukan putri nya itu.
SORE TELAH TIBA.
Sesuai perjanjian, kini Yuni sudah berada di depan Restoran tempat di mana bertemu, Yuni pun mengajak Clara, yang tampak terlihat sangat begitu kesal.
"Clara, Bunda mohon, kamu cukup diam dan jangan banyak bicara, oke." ucap Yuni meyakinkan Clara .
"Terserah deh" jawab Clara pasrah karena merasa malas.
Mereka pun masuk, pelayan mempersilahkan mereka untuk duduk, karena tempat tersebut sudah di pesan .
"Silahkan, Nyonya apa kah Nyonya Yuni? " tanya pelayan dengan ramah.
"Eh iya, ko tau ?" jawab Yuni balik bertanya karena merasa heran.
"Tuan Haris, sudah memberitahu saya, kalo Tuan Fikram, akan ke mari. Ayo silahkan duduk," jelas pelayan itu ramah mempersilahkan keduanya untuk duduk, membuat Yuni mengangguk mengerti langsung duduk.
Setelah beberapa saat kemudian.
Pintu di buka Fikram pun datang bersama asistennya, bersamaan juga pelayan memberikan minuman .
"Sudah lama menunggu?" tanya Fikram membuat Yuni menoleh .
"Tuan sudah datang? Kami baru datang tuan," Jawab Yuni menoleh sebentar setelah itu segera menunduk.
Pria yang merupakan asisten pria tersebut menarik kursi untuk mempersilahkan tuanya untuk duduk .
"Bagus lah, tidak usah bosa-basi lagi, dia putri mu?" tanya Fikram setelah duduk menatap ke arah Clara. Yuni segera menyiku lengan Clara untuk bicara, Clara pun menoleh mengulurkan tangannya dengan terpaksa.
"Clara tuan," ucap Clara dengan sedikit malas.
"Oh Clara, cantik," jawab Fikram menatap Clara dengan seringai, sambil menyambut uluran tangan Clara.
"Kamu pasti sudah tahu? siapa saya kan? dan apa tujuan nya kau di ajak kemari?" sambung nya menjelaskan apa tujuan nya di suruh untuk datang.
"Iya Tuan, bukan nya Saya akan bertemu calon suami Saya? di mana dia?" ucap Clara menatap pria yang berdiri tidak jauh dari pria di hadapannya .
"Apa dia pria yang akan menjadi suami ku? Bunda bener-bener yah, bahkan menunduk, apa semenakutkan itu pria ini?" gumam Clara dalam hati, sambil menatap Bunda nya, namun yang di tatap justru malah menunduk .
"Putra ku sibuk, dia banyak pekerjaan, kau jangan khawatir. pernikahan akan di adakan seminggu lagi, semua pernikahan Asisten ku yang akan mengurus, kau tinggal siap kan diri mu saja, masalah gaun nanti orang ku yang akan datang ke rumah mu. Putra ku aga aneh, jadi aku harap kamu bisa memahami nya, dan ingat jangan macam-macam!" jelas Fikram panjang lebar, menatap tajam pada Clara, membuat Clara menelan ludah .
"Apa seminggu lagi? dan aku bahkan belum bertemu calon suami ku? dan dia bilang apa tadi? putranya aneh," gumam Clara di dalam hatinya merasa sangat begitu marah dan kesal.
"Apa kau dengar? apa yang aku katakan?" tanya Fikram Karena Clara hanya diam saja.
"Putri saya pasti siap Tuan, Ya kan Clara?" ucap Yuni menatap putri nya, Clara hanya mengangguk merasa marah di dalam hatinya.
Setelah itu Fikram menyodorkan sebuah map .
"Ini apa tuan ?" tanya Yuni kaget .
"Itu surat perjanjian, jika kau berani macam-macam, kau akan menanggung akibatnya, tanda tangan lah di situ, maka Aku akan bersedia membantu perusahaan suami mu," jelas Fikram panjang lebar dengan penuh peringatan, sambil mengambil minuman nya yang di sodorkan pelayan .
Yuni segera mengambil Map tersebut dan segera tanda tangan .
Setelah Yuni menyodorkan Map dan selesai tanda tangan, Fikram berdiri, Yuni pun juga berdiri .
"Baik lah, kalo begitu, Aku undur diri, jika tidak ada yang di bicarakan lagi," pamit Fikram.
"Baik lah tuan kalo begitu, mungkin tuan sibuk," jawab Yuni mempersilahkan Fikram pergi dan memaksakan untuk tersenyum,.
Beberapa saat setelah pria tersebut sudah keluar .
Yuni menghela napas panjang kembali duduk di tempat tadi.
"Bunda gila ya? Bunda seperti menjual putri bunda sendiri, bahkan, calon suami ku saja, Aku belum melihatnya. lihat apa yang Bunda lakukan tadi? seminggu lagi aku menikah Bunda juga setuju, tanpa memperdulikan Aku setuju apa tidak? bunda jahat!" ucap Clara mengeluarkan aksi protesnya nya karena merasa tidak terima.
"Tidak ada pilihan lain Clara, hanya dia yang bisa membantu Bunda. Ayo kita pulang" ucap yuni menarik tangan putri nya untuk pulang .
"Bunda bener-bener ya!"
BERSAMBUNG
maaf novel nya masih acak acakan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Nanih Pemil
mampir kk thor, nyimak dulu ya 😊
2023-01-19
0
Keyboard Harapan
hai kakak💪💪💪
2022-12-25
0
Awal yang bagus kak
2022-12-24
0