Skuel Terra The Best Mother
Lanjutan kisah dari Terra kini berganti dengan. tiga adik yang ia angkat jadi anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ANANDA
"Copet!" teriak Puspita.
Grep! Virgou sudah memegang celana pelaku dan mengangkatnya. Seorang bocah perempuan dengan pakaian kumal kini melayang di udara karena Virgou mengangkat celana jeans dekilnya.
Rambut kusut dan muka cemong. Semua orang nyaris menghakimi bocah yang diangkat Virgou dengan satu tangan itu.
"Bakar ... bakar aja!" teriak seseorang memprovokasi.
"Diam!" bentak Virgou membuat seisi pasar hening seketika.
Sepuluh orang berpakaian hitam-hitam datang, menyeruak keramaian. Semua yang hendak masuk ditarik keluar dan setengah dilempar. Sosok Raksasa datang mengambil bocah yang diangkat Virgou.
"Bawa dan amankan dia!" titah Virgou.
Gomesh mengangguk. Bocah perempuan itu tampak tak bisa berkutik. Tubuhnya lemas sekali.
Kini semua orang mulai menyingkir. Delapan orang pengawal mulai berjaga di sekitar Terra, Virgou dan Puspita. Dompet wanita itu sudah kembali ke tangannya.
Mereka dengan tenang kembali berbelanja. Satu jam sudah membeli keperluan dapur dan segala macam sayur-sayuran. Mereka pun masuk mobil dan pulang.
"Kalian aku antar sampai depan mansion saja ya," ujar Virgou.
'Aku urus anak yang pencopet tadi," lanjutnya.
"Te ikut!"
Virgou menatapnya tajam. Terra merengek, tapi tatapan kakak iparnya itu malah berubah datar dan dingin. Tanda, Terra dilarang ikut campur. Wanita itu akhirnya menurut. Ia pun turun dan menyusul kakak iparnya.
Virgou kembali menjalankan mobil Saf menuju markasnya. Butuh waktu tiga puluh menit untuk sampai di markas SavedLive.
"Selamat datang tuan!" sambut salah satu pengawal sambil membuka pintu mobil.
Virgou turun dan langsung masuk ke dalam ruang interogasi.
"Mana dia?" tanyanya datar.
Virgou tak mendapati anak itu di ruang yang kini didatanginya.
"Anak itu di ruang klinik. Ia tadi pingsan ketika dibawa ke markas tuan!" jelas Dahlan menjawab.
Virgou melangkah ke ruang klinik. Daud dan Nai ada di sana. Kedua anak Haidar itu mengikuti pelatihan di SavedLive.
"Bagaimana?" tanya pria dengan sejuta pesona itu.
"Anak ini mengidap asam lambung tinggi. Nyaris sebagian ususnya lengket. Ia juga menderita gizi buruk. Saat ini tengah demam dengan suhu 39.03° celsius!" jelas Nai melaporkan.
"Nek ... nenek ...!" igau bocah perempuan itu.
"Dahlan!"
"Saya tuan!"
"Cari informasi dan bawa orang yang ia sebut di dalam igaunya!" titah Virgou.
Dahlan membungkuk hormat. Pria itu langsung berlalu dan membuat tim untuk melaksanakan perintah atasannya.
"Upayakan kesembuhan anak itu!" titah Virgou lagi.
Nai dan Daud membungkuk hormat. Di markas, baik Satrio, Daud, Nai dan semua anak yang ikut pelatihan di markas itu harus membungkuk hormat pada Virgou sang ketua. Tidak ada kata manja dan merajuk. Bahkan keberadaan semua anak Terra dan Herman itu tak diketahui oleh orang tua mereka.
Dua puluh menit. Dahlan dan beberapa anak buahnya membawa seorang wanita tua dengan kisaran usia enam puluh tahun.
"Apa benar cucuku di sini?" tanyanya sedikit takut.
"Benar nek. Ayo ikut," ajak salah satu anak buah Dahlan.
Perempuan tua itu mengikuti pria dengan langkah tertatih. Dahlan langsung menghadap Virgou dan melaporkan temuannya.
"Tuan, nama anak itu adalah Ananda, banyaknya informasi simpang siur yang saya dapatkan ketika menyelidiki profil anak ini. Tapi, sebagian mengatakan jika Ananda sudah ada di sana ketika ia masih berusia lima tahun. Dugaan saya, Ananda adalah korban penculikan atau dibuang oleh orang tuanya!"
"Ananda dan neneknya tinggal di perkampungan kumuh, dikabarkan mereka sudah tidak makan selama tiga hari!"
"Baik. Kau boleh pergi!"
Dahlan membungkuk hormat. Ia pun kembali ke klinik. Minimnya informasi yang ia dapatkan membuatnya kesulitan mencari tahu siapa anak Perempuan malang ini.
Ketika sampai di ruang klinik. Anak itu sudah terlihat bersih dan sadar. Wajahnya pucat dan bibirnya sedikit kering. Sedang sang nenek tampak mengusap kepalanya penuh kasih sayang.
"Kamu kenapa lagi, Cu?" tanyanya sedih.
Ananda hanya diam. Air mata mengalir menandakan ia begitu menyesal dengan perbuatannya.
"Nai ... bawa nenek untuk makan ya," titah pria itu lembut.
Nai dan Daud pun membawa nenek itu ke ruang lainnya. Walau wanita tua itu sedikit menolak. Tapi, begitu melihat tatapan Virgou, wanita itu pun akhirnya menurut.
Virgou duduk di hadapan Ananda. Pria beriris biru menatap lekat bocah perempuan yang terbaring lemah. Andai anak ini salah mencopet orang. Ia yakin nasibnya sudah tak bernyawa lagi.
"Kenapa kau mencopet?"
Ananda menatap takut pria tampan namun menyeramkan di depannya. Ia sedikit terisak.
"Jangan menangis. Kau tadi mencuri, mestinya kau tau konsekuensinya!" ucap Virgou begitu kuat.
Tubuh Ananda bergetar hebat. Ia memang ketakutan. Tapi perkataan pria di depannya benar. Ia harus menghadapi konsekuensinya.
"Cepat jawab!" sentak Virgou tak sabar.
"Saya terpaksa tuan ...," cicitnya.
"Terpaksa atau sudah ketagihan?" tuduh Virgou tak percaya.
Ananda menatap gusar pria itu. Sungguh, perbuatan tadi adalah hal yang pertama ia lakukan, setelah beberapa kali ia menawarkan jasa mengangkut belanjaan orang, tak ada satupun yang mau memakai jasanya.
"Kalau saya bilang itu adalah pertama kali saya mencopet, tuan juga tak akan percaya!" ujarnya membela diri.
Gadis kecil itu mengusap kasar pipinya yang basah. Kemiskinan membuat orang tak percaya sebaik dan sejujur apapun dirinya.
"Sudah jangan nangis. Istirahat lah!"
Virgou pun berlalu. Tak lama nenek datang bersama Nai. Gadis itu membawa satu mangkuk bubur.
"Urus dia ya baby," pinta pria itu lembut.
Nai mengangguk dan tersenyum ketika satu kecupan di daratkan di keningnya. Virgou pun keluar ruangan.
"Baby," panggilnya pada Daud.
"Daddy ...."
"Sini sayang," pria itu merentangkan tangannya.
Daud pun masuk dalam rengkuhan pria besar. Tinggi Daud sebatas leher Virgou. Pelukan hangat dirasakan oleh remaja itu.
"Dad, Arimbi juga mau ikut pelatihan besok," ujar Daud memberitahu.
"Sudah kau katakan kesiapan dan kekuatannya?" Daud mengangguk.
Flashback.
Lima tahun yang lalu. Sosok bocah diturunkan begitu saja di pinggir jalan. bocah perempuan itu tampak linglung. Ia memeluk boneka beruang berwarna coklat.
"Mama ... hiks ... mama ... hiks ... jangan tinggalin aku!" gadis berusia lima tahun itu pun menangis.
Beberapa orang berhenti dan langsung melaporkan ke petugas kepolisian. Bocah perempuan malang itu pun dibawa ke kantor.
Sempat tinggal di sebuah panti. Tapi, ia kembali ke jalanan ketika ada yang mengadopsinya lalu kembali membuangnya ke jalanan.
Terlunta-lunta selama berbulan-bulan. Ia makan dari belas kasihan orang. Gadis kecil nyaris saja diperkosa oleh kawanan penjahat jika saja sang nenek tak datang menolongnya.
Dari sanalah ia kini tinggal bersama neneknya hingga sekarang. Gadis itu tak ingat siapa dirinya. Sang nenek menamakan dirinya Ananda.
Gadis kecil itu kini terbaring. Ia menatap sang nenek telah tertidur lelap. Ia yakin jika sang nenek nyaman di kasur itu. Bahkan Ananda juga.
"Maafkan aku nek. Padahal, nenek sudah mewanti-wanti agar aku tak mencuri. Tapi, tetap aku lakukan ...."
Air matanya mengalir. Besok adalah ulang tahunnya yang ke sebelas. Ia sedikit mengingat ketika masih tinggal bersama orang tuanya. Begitu bahagia hingga sebuah bencana terjadi, ibunya pukuli oleh wanita yang ia panggil Oma.
"Kau dan putrimu tak pantas tinggal di rumah besar ini!" teriak perempuan dengan perhiasan yang menempel di seluruh tubuhnya.
"Aku akan membuang kalian!"
Sang ibu dimasukkan ke dalam bagasi dalam keadaan terikat, lalu ia dibius dan dibuang di pinggir jalan.
"Mama ... mama... huuuu ... uuu hiks ... hiks!"
bersambung.
ah ...
Othor mengucapkan
Yuk berlomba dalam kebaikan agar seluruh dosa kita diampuni oleh Allah SWT. Aamiin.
Ba bowu Readers ❤️❤️❤️❤️
next?