seorang guru di sebuah sekolah menengah atas, tak pernah menyangka bahwa liburannya ke desa akan membawa petaka baginya.
perkara burung peliharaannya yang lepas, ia harus berurusan dengan seluruh warga desa, Jono yang berniat menangkap burung beo kesayangannya itu malah menangkap Sisil saat ia menaiki balkon rumahnya, seorang gadis remaja SMA kelas 3.
jeritan Sisil pun menimbulkan salah paham oleh para tetangga, sehingga Juno dituntut untuk bertanggung jawab dengan menikahi Sisil.
awalnya ia menolak karena ia juga sudah mempunyai kekasih hati di kota
demi menenangkan warga desa ia terpaksa menikahi Sisil secara rahasia yang hanya dihadiri oleh beberapa warga saja.
akankah Juno tetap merahasiakan istri kecilnya itu dari semua orang? atau malah menceraikannya demi kekasihnya di kota?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur_ha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ciuman pertama karna darurat
Juno merasakan hawa panas terasa merambat ke seluruh tubuhnya . Entah mengapa ucapan Alya tadi membuat hatinya meradang , demi menghilangkan rasa panas yang terasa mampu membakar seluruh tubuh lelaki itu memutuskan untuk mandi
Berdiri di bawah shower, Juno merasakan sejuknya setiap tetesan air yang menembus pori-pori kulit , namun tetap tak dapat mengurangi rasa panas dari tubuh nya.
Lelaki itu membasuh kepala sembari merapatkan kelopak mata, menengadahkan wajahnya ke atas , bayangannya muncul wajah pertama kali adalah momen ketika Niko hampir mencium Sisil.
Tidak! Bukan mencium, melainkan memberi nafas buatan . Hal yang membuat juno tanpa sadar melakukan tindakan di luar kebiasaannya , menerjang Niko dan menggantikannya memberikan nafas buatan.
Bahkan rasa yang tercipta dari sentuhan pertama itu masih Tertinggal , antara kenyal dan manis, hangat bibir gadis belia itu.
"Stop! Juno" ia menutup keran. Sehingga buir-buir cairan bening anti mengalir . Kemudian menyambar handuk putih dan melilitkannya ke pinggang
Lelaki itu keluar dari kamar mandi dengan membawa handuk kecil yang gunakan untuk mengeringkan rambut . Kemudian berdiri di depan jendela dengan pandangan mengarah ke halaman rumah.
Tiba-tiba Juno merasakan sosok tangan datang dan melingkar pada pinggangnya
"Kamu sudah enakan?" tanya nya pelan
"Maksud nya?"
Mata Juno membuat saat mendengar sahutan di balik Punggung, jika kepalanya tertunduk demi menatap sosok tangan yang melingkar di pinggang. Warna hijau sage pada setiap kuku membuat juno tersadar bahwa yang sedang memeluknya adalah Alya.
Tanpa kata juno langsung menepis tangan wanita itu , memindahkan dari pinggangnya "Jangan Al, tidak baik seperti ini!"
"Memang nya kenapa sih? aku cuman mau peluk kamu saja, nggak boleh" protes Alya. Ia bahkan kembali melingkarkan tangannya pada pinggang sang kekasih , sambil menyandarkan kepala pada punggung tegapnya . Kelopak matanya terpejam saat Indra penciumannya begitu termanjakan oleh aroma segar yang menyerbak dari tubuh sang kekasih.
"Bisa Lepas dulu nggak ?"
Serta merta Alya menghembuskan nafas pas kesal, perlahan pelukannya pada tubuh itu meregang , ada bias kecewa yang cara gambar jelas di wajah dan tatapannya
"Kamu apa-apaan sih Juno? Kenapa aku mulai merasa kamu tidak lagi menganggap aku penting ?"
"Jangan berlebihan, Al" Juno ikut prestasi dengan sikap kekasihnya itu
"Aku berlebihan ? Apanya ?" Suara Alya mulai meninggi . Ada tekanan di setiap ucapannya "kamu yang berlebihan, Juno !Apa karena wanita asing yang sudah dijodohkan dengan kamu itu , sampai kamu bersikap sedingin ini ke aku ?"
"Please , jangan mulai ! Aku sudah seperti ini sejak kita awal bersama . Nggak ada yang berubah !" Juno tampak enggan, tak pula membalas tatapan kekasihnya.
"Jadi yang tadi di mall itu apa ? Di Depan mataku kamu mencium Sisil! Apa kamu pikir aku nggak kesal? Bahkan kamu belum pernah satu kali pun mencium aku Juno !"
Juno Hampir tak percaya bahwa kalimat konyol itu keluar dari mulut Alya "Ya ampun , Al. Itu tadi bukan ciuman , aku hanya sedang berusaha menyelamatkan nyawanya Sisil ! Ia mengalami berhenti bernafas mendadak karena banyak menghirup asap ! Seharusnya kamu bisa membedakan antara menolong dan nafsu ?.
Lagi-lagi Juno mendesah kesal, ia melepas tangan Alya yang melingkar di lengannya
"Hanya karena aku menolong Sisil , pikiran kamu jadi sejauh ini ?"
Menciptakan tanda gugup dalam sikap wanita itu "aku minta maaf Juno , Aku bukannya mau meragukan kamu , Aku hanya takut kehilangan kamu"
"Kamu akan kehilangan aku kalau terus bersikap seperti ini!"
"Ya sudah, aku minta maaf " Ia segera menurunkan ego agar tidak terjadi pertengkaran yang pada akhirnya ia akan sesali , apalagi tatapan tak bersahabat Juno membuat nyalinya menciut.
"Kamu keluar dulu! Aku mau pakai baju"
"Iyah, aku akan keluar. Kebetulan aku mau pulang " Alya mengulas senyum "Sampai jumpa besok, sayang"
"Heem..."
Alya segera keluar dari kamar sang kekasih, sebelum menuruni tangga Ia sempat melirik ke arah kamar Sisil . Menatapnya dengan gadis culun dan kampungan itu telah berhasil merebut ciuman pertama Juno yang seharusnya menjadi miliknya.
Selama di dalam kamar Sisil belum dapat terpejam , sebab perdebatan Alya dan Juno terdengar jelas sampai ke kamarnya . Apalagi pintu kamarnya tidak tertutup rapat dan kemungkinan suara yang berasal dari luar menembus masuk
Wanita itu hanya diam dengan pikiran melayang-layang . Tak sadar ujung jarinya bergerak mengusap bibir.
"Apa tadi mas Juno yang menolong aku?"
Namun, bukan itu yang jadi pusat perhatian Sisil , melainkan ucapan Alya saat melayangkan protes , karena juno belum pernah menciumnya sama sekali .
"sebenarnya sejauh mana hubungan Mas Juno dan kak alya ? Kenapa Kak Alya berbicara seperti itu ? Tapi kalau hubungan mereka tidak sejauh itu, Kenapa malam itu aku mencium aroma parfum milik Kak alya di baju Mas Juno ?"
***
Di pagi harinya...
Juno sedikit terkejut saat terbangun di pagi hari mendapati Sisil sedang menata makanan di atas meja , pagi ini Sisil terlihat lebih baik tidak lemas seperti semalam . Bukan hanya itu , ia tanpa mengenakan baju seragam sekolah yang lengkap.
"Kamu yakin mau sekolah hari ini ?" Pertanyaan itu menjadi sapaan pertama juno di pagi hari
"Iya Mas , saya merasa lebih baik sekarang" jawab Sisil , lalu menggeser menu sarapan di hadapan suaminya . Pagi ini ia membuat roti bakar dengan selai coklat dan kopi hitam sebagai pelengkap
"Ya sudah kalau begitu" Juno menatap roti bakar buatan Sisil , aroma lezat yang mengeluar membuat perut terasa berdendang
Sisil melirik sang suami , namun segera menunduk begitu tatapan mereka saling bertemu . Seperti ingin mengatakan sesuatu namun ragu
"Kenapa!" tanya Juno saat menyadari sisil sesekali menatapnya dengan ragu
"Mas, saya berangkatnya naik apa ya ?" tanya Sisil . "Maksudnya, saya nggak tahu arah jalan ke sekolah , kalau naik bus dari mana ?"
"Hari ini kamu berangkat sama saya saja" balas Jono Soraya menikmati sarapannya
"Iyah mas, makasih"
Selepas sarapan keduanya menuju teras depan , beberapa kali ponsel milik Juno berdering . Ia sudah dapat menebak siapa yang menghubungi dirinya se-pagi ini , Siapa lagi kalau bukan Alya
"Ya.. Al" sapa Juno kepada sosok wanita yang di ujung telepon
"Sayang, kamu masih di mana sekarang ? Bisa jemput aku kan ?" Suara Alya terdengar mendesak
"Aku berangkat sama Sisi hari ini"
"Kok kamu marah sama Sisil sih ? Kenapa Sisil nggak berangkat sendiri saja ?" Sudah terdengar nafas kesal dari sana
"Ya ampun Al , Kamu kan tahu Sisil baru di kota ini , dia pasti nggak tahu jalan . Lagi pula bukannya kamu punya kendaraan sendiri ?" Balas Juno mulai kehilangan kesabaran
"Iya memang benar , tapi aku sudah terbiasa berangkat sama kamu !"
"Al, bisa nggak satu hari aja kamu nggak egois ? Aku nggak mungkin membiarkan Sisil berangkat sendiri di hari pertamanya sekolah !"
"Tapi kan Juno..."
"Nggak ada tapi-tapian !" Ucapnya setengah membentak lalu memutus panggilan begitu saja
Bersambung....