Calista Izora, seorang mahasiswi, terjerumus ke dalam malam yang kelam saat dia diajak teman-temannya ke klub malam. Dalam keadaan mabuk, keputusan buruk membuatnya terbangun di hotel bersama Kenneth, seorang pria asing. Ketika kabar kehamilan Calista muncul, dunia mereka terbalik.
Orang tua Calista, terutama papa Artama, sangat marah dan kecewa, sedangkan Kenneth berusaha menunjukkan tanggung jawab. Di tengah ketegangan keluarga, Calista merasa hancur dan bersalah, namun dukungan keluarga Kenneth dan kakak-kakaknya memberi harapan baru.
Dengan rencana pernikahan yang mendesak dan tanggung jawab baru sebagai calon ibu, Calista berjuang untuk menghadapi masa depan yang tidak pasti.
Dalam perjalanan ini, Calista belajar bahwa setiap kesalahan bisa menjadi langkah menuju pertumbuhan dan harapan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rrnsnti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pelukan
Calista dan Kenneth kini kembali ke tempat tidur setelah puas menyantap makanan yang diidamkan Calista. Rasa kenyang yang meliputi perutnya membuat Calista merasa sedikit mengantuk, namun ada sesuatu yang masih menggelayut dalam pikirannya. Ia menatap Kenneth yang sudah berbaring di sampingnya, mencoba mencari keberanian untuk mengutarakan permintaannya.
"Ken," panggil Calista pelan, nyaris berbisik.
Kenneth menoleh, masih setengah mengantuk, namun langsung merespons, "Apa?"
Calista menggigit bibirnya, tampak ragu. "Itu, hmmm, anu..." suaranya terdengar semakin kecil. Kenneth mulai mengerutkan kening, heran melihat Calista yang biasanya begitu santai, kini tampak begitu gugup.
"Apa, Cal? Ada apa?" Kenneth mendesaknya lembut, berusaha memastikan apakah ada sesuatu yang salah.
Calista menarik napas panjang, akhirnya memutuskan untuk bertanya, "Aku boleh peluk kamu nggak?"
Sekilas, Kenneth terkejut dengan permintaan Calista yang terasa sangat manis namun tak biasa. Dalam keseharian mereka, biasanya Calista tak pernah perlu meminta izin untuk melakukan hal seperti itu. Kenneth pun tersenyum dan langsung merentangkan lengannya.
"Boleh dong, sini..." ucap Kenneth lembut, menarik Calista ke dalam pelukannya.
Calista menyandarkan tubuhnya dengan nyaman di dada Kenneth. Hangatnya pelukan Kenneth serta aroma tubuh yang selalu menenangkan membuat Calista merasa damai. Sejak hamil, rasanya pelukan Kenneth menjadi tempat perlindungannya dari segala kekhawatiran dan kegelisahan yang sering datang tanpa diundang. Dengan tangan Kenneth yang melingkari tubuhnya, Calista bisa merasakan seluruh beban di pundaknya perlahan-lahan menguap.
Namun Kenneth yang penasaran, tak bisa menahan diri untuk tidak mengungkapkan rasa herannya. "Tumben minta izin dulu, biasanya kalau tidur suka main peluk-peluk aja tanpa ngomong apa-apa," gumam Kenneth dengan nada menggoda.
Calista, yang tadinya merasa tenang, langsung cemberut mendengar ucapan Kenneth. Dengan cepat ia menjawab, "Nggak usah geer! Ini permintaan anak kamu, bukan permintaan aku! Lagian kalau tidur, aku nya nggak sadar!" ceplosnya dengan nada setengah jengkel namun penuh kejujuran.
Kenneth terkekeh, mencoba menahan tawanya. "Iya-iya, aku tau," jawabnya lembut, tersenyum sambil mengusap punggung Calista. Walaupun hanya candaan ringan, Kenneth selalu menghargai setiap momen kecil bersama istrinya.
Tak ada lagi obrolan antara mereka berdua setelah itu. Keheningan yang nyaman melingkupi kamar mereka, hanya suara detak jam yang terdengar samar di kejauhan. Kenneth terus memeluk Calista, merasakan tubuhnya yang perlahan melemas, pertanda bahwa istrinya mulai terlelap dalam pelukannya. Kenneth membiarkan dirinya terjaga beberapa saat lagi, menatap wajah Calista yang tampak begitu damai saat tertidur.
Dengan lembut, Kenneth membenarkan posisi tidur Calista, memastikan bahwa istrinya berbaring dengan nyaman. Ia menyelimutinya dengan hati-hati dan membelai lembut rambut Calista yang jatuh ke pipinya. Dalam hatinya, Kenneth tahu bahwa masa-masa ini, saat Calista sedang mengandung, akan menjadi lebih menantang ke depannya.
Rasa ngidam yang dialami Calista mungkin baru permulaan. Kenneth tak bisa membayangkan permintaan-permintaan aneh apa lagi yang akan muncul selama kehamilan istrinya. Namun, bukannya merasa terbebani, Kenneth justru merasa senang. Ada kebahagiaan tersendiri ketika ia bisa memenuhi keinginan Calista, sekecil atau seaneh apapun itu. Setiap permintaan yang datang dari Calista selama masa ngidamnya seakan menjadi cara bagi Kenneth untuk merasa lebih dekat dengan sang buah hati yang belum lahir.
Kenneth mulai merenung. “Kalau burger dan kue red velvet saja sudah bikin aku berkeliling kota tengah malam, gimana nanti kalau permintaannya lebih aneh? Mungkin aku harus bersiap untuk lebih sering keluar rumah di waktu-waktu yang tak terduga,” pikir Kenneth sambil tersenyum kecil.
Di dalam hatinya, Kenneth tahu bahwa ia tidak akan sendirian dalam menghadapi semua ini. Calista memiliki banyak sahabat, dan keluarga besar dari kedua belah pihak selalu siap sedia untuk membantu. Kenneth bisa membayangkan bagaimana Calista nanti tak hanya akan meminta bantuan darinya, tetapi juga dari sahabat-sahabatnya. Pasti akan ada saat-saat di mana Kenneth harus berbagi ‘tugas’ dengan mereka dalam menghadapi keinginan-keinginan tak terduga Calista.
Namun, di balik itu semua, Kenneth juga sadar bahwa kehadiran bayi ini telah membawa kebahagiaan yang tak terduga dalam hidup mereka. Kehamilan Calista tak hanya membawa suka cita bagi mereka berdua, tapi juga bagi seluruh keluarga besar. Kenneth teringat betapa gembiranya ibu dan ayah Calista ketika mendengar kabar tentang kehamilan ini. Begitu pula dengan teman-teman dekat Calista, yang sudah mulai menyiapkan rencana untuk baby shower.
Kenneth tertawa dalam hati, membayangkan betapa hebohnya nanti ketika seluruh keluarga dan sahabat terlibat dalam setiap permintaan ngidam Calista. Tentu saja, beberapa dari mereka mungkin akan kerepotan. Sahabat-sahabat Calista seperti Riana, Jehana dan Lily, pasti akan dikerahkan untuk membantu, apalagi jika Kenneth sedang tidak bisa memenuhi permintaan Calista. Keluarga besar, baik dari pihak Kenneth maupun Calista, juga tak akan luput dari peran dalam menghadapi permintaan-permintaan random Calista selama masa kehamilannya.
Namun, semua ini adalah bagian dari perjalanan mereka sebagai calon orang tua. Kenneth menyadari bahwa meski terkadang melelahkan, ia menikmati setiap momen yang datang. Ada perasaan hangat yang selalu muncul setiap kali ia melihat Calista tersenyum setelah keinginannya terpenuhi, meskipun itu adalah hal kecil seperti mendapatkan burger di tengah malam.
Kenneth juga mulai memikirkan masa depan. Setelah bayi mereka lahir, ia tahu bahwa kehidupannya akan berubah lebih drastis. Tapi itu adalah perubahan yang ia sambut dengan tangan terbuka. Ia telah menanti momen ini sejak lama, dan Kenneth tak sabar untuk menjadi ayah. Ia sudah membayangkan bagaimana nanti ia akan menggendong bayi mereka, merawatnya, dan memberikan yang terbaik bagi keluarganya.
Di tengah-tengah pikirannya yang melayang-layang antara masa kini dan masa depan, Kenneth mulai merasakan rasa kantuk yang tak tertahankan. Dengan hati-hati, ia berbaring di samping Calista, memposisikan dirinya agar tetap bisa merangkulnya tanpa membuat istrinya terganggu dalam tidurnya. Suara nafas lembut Calista yang sudah tertidur lelap menjadi irama yang menenangkan bagi Kenneth.
Kenneth memejamkan matanya, dan sebelum ia benar-benar tertidur, satu pikiran terakhir Melintas di benaknya: apapun permintaan Calista, seaneh apapun itu, Kenneth akan selalu siap memenuhi. Karena ini bukan hanya tentang ngidam atau kehamilan, ini adalah perjalanan mereka sebagai sebuah keluarga.
Dan dengan senyuman kecil yang masih tersisa di bibirnya, Kenneth pun tertidur, siap menyambut hari baru bersama Calista dan calon bayi mereka.