sebuah notifikasi pesan masuk dari reno "sayang, kamu tolong bayarin dulu apartment aku bulan ini ya!"
lalu pesan lainnya muncul "sekalian transfer juga buat aku, nanti aku mau main sama teman teman, aku lagi gak ada duit"
jangan dibawa serius plies 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dhyni0_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 34
Pagi itu, Keira sudah berada di bandara, menarik satu kopernya sambil berusaha melupakan pertemuannya dengan ibunya kemarin. Pertemuan itu meninggalkan luka yang kembali terbuka, tetapi ia tak ingin memikirkannya lagi. Ia ingin melarikan diri, setidaknya untuk sementara, mencoba mencari ketenangan di tempat yang jauh dari semua masalahnya.
Saat ia berjalan menuju gerbang keberangkatan, tiba-tiba muncul notifikasi di ponselnya. "Mana duitnya, kok belum ditransfer?" pesan dari Reno muncul, membuat hatinya semakin berat. Tanpa membalas pesan itu, Keira segera mentransfer sejumlah uang yang cukup besar, berharap Reno tak akan mengganggunya lagi.
Beberapa menit kemudian, ia pun masuk ke dalam pesawat, memulai perjalanannya menuju Singapura. Ia duduk di dekat jendela, memandangi langit biru yang cerah, kontras dengan suasana hatinya yang sedang kelabu. Pikirannya masih kacau, dan ia tahu bahwa pergi ke Singapura tak akan serta-merta menghapus semua kenangan buruk itu, tetapi ia tetap berharap ada sesuatu yang berubah.
Setelah penerbangan selama dua jam, Keira akhirnya tiba di Singapura. Ia keluar dari bandara, merasakan angin hangat menyambutnya. Dengan langkah pasti, ia menuju hotel yang sudah ia pesan sebelumnya. Setibanya di hotel, Keira langsung check-in, berharap bisa segera beristirahat dan menenangkan pikirannya.
Masuk ke dalam kamar, Keira duduk di tepi ranjang, memandang ke luar jendela kamar hotelnya yang menghadap kota. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba merasakan kedamaian di antara hiruk-pikuk kota Singapura. Di tempat baru ini, ia berharap bisa menemukan secercah ketenangan, meski hanya sesaat.
Setelah beristirahat sebentar, ponsel Keira berdering. Axel menelepon untuk memastikan kedatangannya.
"Iya, Pak. Saya sudah sampai," jawab Keira sambil duduk di tepi ranjang. "Setelah ini saya akan langsung ke kantor Infinite Solutions."
"Baik," jawab Axel dari seberang. "Di sana kamu akan ditemani seseorang. Sebentar lagi orang itu akan datang ke hotelmu."
Tiba-tiba, terdengar suara ketukan di pintu. "Sebentar, Pak," kata Keira, bangkit untuk membuka pintu.
"Jaga diri kamu baik-baik, Keira," pesan Axel sebelum menutup telepon.
Keira membuka pintu, dan seorang wanita berpakaian rapi berdiri di sana dengan senyum ramah. "Selamat siang, Bu Keira. Nama saya Jasmine," ucap wanita itu sopan.
"Jadi, Anda yang akan menjadi asisten saya sementara di sini?" tanya Keira, menatap Jasmine dengan penuh harap akan kerja sama yang nyaman selama kunjungan ini.
"Betul, Bu," jawab Jasmine dengan senyum bersahabat. "Saya akan menemani dan membantu kebutuhan Ibu selama di sini. Apakah ada yang bisa saya bantu sekarang?"
"Baik, Jasmine," jawab Keira. "Sebentar lagi kita akan berangkat. Saya hanya perlu menyiapkan beberapa berkas terlebih dahulu."
Setelah bersiap, mereka berdua segera menuju kantor Infinite Solutions, salah satu perusahaan teknologi yang cukup berpengaruh di Singapura. Jasmine dengan cekatan membimbing Keira, memperkenalkannya pada lingkungan kota yang padat, serta bangunan-bangunan modern yang terlihat megah di sekeliling mereka.
Sesampainya di kantor, mereka disambut oleh beberapa pegawai, dan Keira segera diperkenalkan kepada tim yang akan bekerja bersamanya selama beberapa hari ke depan. Axel tampaknya telah memberi kesan yang baik mengenai dirinya, membuat Keira merasa cukup nyaman dan diterima di sana.
"Semoga perjalanan Anda di sini menyenangkan, Bu Keira," kata salah satu manajer lokal sambil berjabat tangan.
"Terima kasih banyak. Saya harap kolaborasi kita juga berjalan dengan lancar," jawab Keira sopan, sambil melirik sekilas pada Jasmine yang berdiri di sampingnya dengan penuh perhatian.
Hari pertama di Singapura mulai terasa lebih menjanjikan. Meski kejadian kemarin masih menyisakan luka, Keira berusaha mengalihkan pikirannya pada pekerjaan dan pertemuan profesional yang mulai menunggu di depannya.
Hari itu Keira tenggelam dalam kesibukan. Setelah perkenalan singkat tadi, ia langsung dihadapkan dengan serangkaian pertemuan penting. Di ruang konferensi kantor Infinite Solutions, Keira duduk bersama tim, mempelajari data-data terbaru yang perlu ia pahami untuk proyek kolaborasi ini. Jasmin, asisten yang ditugaskan untuk mendampingi, selalu siap di sampingnya, mencatat poin-poin penting dan menyiapkan dokumen yang dibutuhkan.
Pertemuan demi pertemuan berlangsung dalam suasana profesional. Para eksekutif perusahaan setempat tampak sangat teliti dan penuh pertimbangan saat menyampaikan ide-ide mereka. Keira berusaha menyesuaikan diri, menyerap informasi dengan cepat, dan memberikan pandangannya dengan tegas.
Di sela-sela rapat, Jasmine berinisiatif membawa kopi untuk Keira. "Bu, ini kopi untuk sedikit menambah energi," katanya sambil tersenyum.
"Terima kasih, Jasmine. Hari ini cukup padat, ya," ucap Keira, menghela napas sejenak sambil menerima kopi itu.
"Betul, Bu. Tapi Anda terlihat sangat tenang dan bisa menangani semua ini dengan baik," puji Jasmine.
Keira tersenyum tipis. "Ini semua bagian dari pekerjaan. Meskipun, ya... tetap saja, melelahkan."
Sore harinya, Keira diundang untuk menghadiri sesi diskusi terbuka bersama beberapa manajer proyek di sana. Dalam pertemuan ini, mereka membahas rencana kerja dan menyusun strategi yang bisa diimplementasikan untuk mencapai target mereka. Keira menunjukkan profesionalismenya dan ide-idenya diapresiasi oleh para peserta.
Saat pertemuan terakhir hampir selesai, manajer proyek setempat berkata, "Kami senang sekali bisa bekerja sama dengan Anda, Bu Keira. Kehadiran Anda di sini memberi kami banyak perspektif baru."
"Sama-sama, saya juga sangat senang dengan sambutan baik dari tim di sini," jawab Keira. "Saya berharap kerja sama ini bisa memberikan hasil yang bermanfaat bagi kedua belah pihak."
Setelah pertemuan berakhir, Keira kembali ke hotel. Meskipun lelah, ia merasa cukup puas dengan produktivitas hari itu. Setibanya di kamar, ia duduk sejenak, meregangkan tubuh sambil menatap ke luar jendela. Gemerlap kota Singapura di malam hari terlihat menenangkan.
Namun, saat ia mulai melepas lelah, ponselnya berdering pesan dari Reno masuk.
"Jangan lupa uangnya lagi nanti," tulis Reno, tanpa basa-basi.
Keira mendesah, seolah segala beban yang ia coba tinggalkan di Jakarta kembali menghantamnya. Setelah beberapa detik, ia membalas singkat, "Iya, besok."
Ia menutup ponselnya dan berusaha mengalihkan pikiran, berharap bisa menikmati sedikit ketenangan malam ini di kota yang jauh dari segala kenangan dan beban yang menahannya.