Jatuh cinta pas masih umur enam tahun itu mungkin nggak sih?
Bisa aja karena Veroya Vogt benar-benar mengalami jatuh cinta pas usianya enam tahun. Sayangnya, cinta Ve sama sekali nggak berbalas.
Dua puluh tahun kemudian, ketika ada kesempatan untuk bisa membuat Ve mendapatkan pria yang jadi cinta pertamanya, apa Ve akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya?
Gimana perjuangan Ve, untuk mendapatkan cinta dari King Griffin A. Cassano?
" Bagaimana dengan membentuk aliansi pernikahan dengan ku? Bukankah tujuan mu akan tercapai? "
" Kau mabuk, ya? "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little ky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak akan menunda
" Ck.. Dasar bodoh.. " Griffin mengumpat saat menatap sesuatu di layar ponsel mahal miliknya.
" Heee? Siapa yang kau katai bodoh? " Veroya langsung berbalik menatap Griffin. Tadi dia berbaring membelakangi Griffin karena sudah mengantuk. Tapi umpatan suaminya berhasil membuat jiwa kepo Veroya meronta.
" Kau.. " jawab Griffin ketus.
" Ish.. " Veroya menepuk pelan dada bidang Griffin yang terekspos di depannya, " Aku diam saja sejak tadi, kenapa kau mengatai ku bodoh? Sebenarnya apa yang kau lihat di ponsel mu itu? "
Veroya mendekat saat Griffin mengulurkan ponselnya untuk dilihat olehnya. Veroya menyamankan posisi baringnya dengan menggunakan dada Griffin sebagai bantalnya. Matanya menatap fokus ke arah ponsel Griffin, mengabaikan jemari Griffin yang memainkan rambut panjangnya.
" Bukankah ini Queen? " pekik Veroya. Griffin hanya berdehem saja sebagai jawaban.
" Ck.. Kau itu tega sekali, mengatai kembaran sendiri bodoh. Kalau Queen dengar, pasti dia akan menghajar mu. " Griffin terkekeh pelan.
" Kalian sama bodohnya, itulah kenapa kau kesal aku mengatainya bodoh. " kepala Veroya langsung mendongak agar bisa menatap tajam suaminya. Mulutnya itu lho, minta sekolah lagi.
Huft...
Veroya menghela nafas frustasi. Ada rasa iba dan kasihan melihat Queen yang notabene sahabat baiknya harus merangkak untuk bisa mendapatkan cintanya. Jalan yang Queen lalui terlampau terjal, lebih sakit dibandingkan apa yang Veroya jalani hingga ke posisi ini.
Fokus Veroya langsung buyar saat mendengar detak jantung Griffin yang berdetak cepat. Sepertinya, irama jantung suaminya ini masih belum kembali ke kondisi normal setelah aktifitas melelahkan mereka beberapa menit yang lalu.
" Eh.. " Veroya berjengit kaget. Sesuatu di bawah sana, terasa menusuk ke pahanya.
" King... " cicit Veroya menahan desahnya.
" Hm.. " Veroya melihat tatapan Griffin sudah berkabut gairah. Sepertinya, mereka akan mengulang momen indah malam pertama mereka tadi.
Beberapa menit yang lalu,
Griffin keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang menutupi bagian terlarangnya. Rasanya sangar segar setelah bisa berendam air hangat, apalagi selama seharian ini tubuhnya sangat lelah. Padahal hanya berdiri kadang juga duduk dan menyapa tamu, kenapa jauh lebih melelahkan dibanding perjalanan ke beberapa negara dalam satu hari.
Griffin menatap aneh ke arah istrinya yang memang sejak dulu selalu aneh. Veroya berdiri di dekat pintu balkon dengan mengenakan lingerie berwarna hitam. Sangat seksi karena lingerie itu tidak mampu menutupi aset milik Veroya yang lumayan besar.
" Ada apa dengan mu? " tanya Griffin mencoba tetap terlihat datar. Meskipun sebenarnya dia sudah terpancing untuk menerkam istri nakalnya itu.
Mata Veroya memicing tajam menatap ke arah mata Griffin, " Jangan katakan pada ku kalau kau ingin menunda malam pertama dengan alasan kau belum siap karena tidak ada cinta dalam pernikahan kita. Sungguh King, aku tidak mau bernasib sama seperti pemeran utama wanita yang ada di novel-novel tentang pernikahan paksa. " Veroya langsung mengeluarkan uneg-unegnya.
" Kenapa bicara seperti itu sedangkan kau saja sudah bersiap dengan lingerie hitam yang melekat di tubuh mu itu? " Griffin merotasikan bola matanya.
" Siapa tahu saja? Kau sok-sokan menolak pesona ku. Kau yang akan rugi jika tidak menyentuh ku, King. " ujar Veroya percaya diri.
" Aku tidak ada niatan menunda atau menghindar. Bukankah kita berencana program sebelas bayi? " mata Veroya melotot.
" Hei!! Kau pikir aku kucing?? "
Griffin terkekeh, istrinya ini selalu memiliki banyak sekali ekspresi yang menarik untuk dilihat. Sekarang saja, mata Veroya melotot tapi pipinya merah merona karena malu, belum lagi bibirnya yang mengerucut minta di cipok itu.
Oh, ngomong-ngomong soal bibir, ada sesuatu yang sejak tadi coba ditahan oleh Griffin. Tapi karena Veroya memancing, maka Griffin tak akan ragu lagi untuk langsung mengambil alih kemudi dan membawa mereka berdua menuju ke surga dunia.
Eeemmmppptttt....
Veroya terkejut setengah mati, saat merasakan bibirnya tiba-tiba saja disedot dengan sangat kuat oleh Griffin. Tak menyangka, jika Griffin akan langsung main sosor saja tanpa aba-aba dahulu. Beruntung Veroya bisa mengimbangi sehingga perang lidah mereka bisa berlanjut dengan imbang.
Griffin menciumi Veroya rakus, tidak hanya bibir saja, tapi semua bagian di wajah Veroya terkena serangan Griffin. Suami Veroya ini seperti pria yang baru saja melepas masa puasanya. Langsung main kasar dan tergesa-gesa.
' Hadeuh.. " batin Veroya.
" Tung... eugh... King.. Stop... stop.. " Veroya sampai kesusahan untuk bicara. Dada Griffin pun menjadi sasarannya, di pukul nya dada bidang itu sedikit kencang agar suaminya ini tersadar jika Veroya mulai kewalahan.
" Apa? " tanya Griffin terlihat frustasi karena menahan sesuatu.
" Kau tidak bisa lembut ya?? Aku kan.... Sesak.. " Veroya terengah.
" Kau.. Cukup diam dan biarkan aku yang mengambil alih mulai sekarang!! " titah Veroya, " Ingat King, diam dan nikmati apa yang akan aku lakukan... " Veroya memperingati dengan tegas.
Setelahnya, hanya erangan dan desahan kedua pengantin baru ini yang terdengar memenuhi semua sudut kamar pengantin ini. Veroya benar-benar memimpin jalannya malam pertama tanpa rasa canggung dan malu sedikit pun. Istri cantik Griffin ini memang rada lain daripada wanita lain.
' Istriku memang tidak ada duanya.. ' batin Griffin heran sendiri. Tapi juga bangga.
Veroya memang sempat menangis dan berteriak kencang saat Griffin mengambil alih sejenak untuk melakukan penyatuan. Sungguh Griffin teramat sangat bahagia, karena berhasil menjadi yang pertama untuk Veroya. Meski dia tetap saja berwajah datar selama prosesi malam pertama terjadi.
Awalnya memang Veroya sempat menangis dan kesakitan tapi makin lama dia makin liar dan langsung kembali mengambil alih jalannya prosesi membuat anak di malam pertama mereka. Veroya begitu bangga karena berhasil mempersembahkan mahkotanya untuk pria yang dia cintai secara ugal-ugalan ini.
Mereka berdua larut dalam gulungan ombak kenikmatan. Mengabaikan semua hal yang mungkin terjadi di luar sana. Hanya Griffin dan Veroya, untuk malam ini mereka hanya akan menganggap jika dunia milik mereka yang lainnya hanya ngontrak saja.
*
*
Diulang berkali-kali tetap saja rasanya luar biasa. Sudah hampir pagi, Griffin baru menyelesaikan permainan panasnya bersama Veroya. Griffin sudah menghajar Veroya sebanyak empat ronde. Entah berapa kali Veroya mencapai puncaknya yang pasti sekarang dia lelah dan hanya ingin tidur saja.
Griffin merutuki kegilaannya semalam sampai membuat istrinya ini tepar, tak berdaya. Untuk membuka mata saja Veroya sudah tidak mampu apalagi membersihkan tubuhnya yang sudah penuh dengan cairan mereka yang bercampur selama permainan panas tadi.
Griffin pun bertanggung jawab, mengelap tubuh Veroya dengan air hangat agar sang istri bisa tidur dengan nyenyak. Haruskah Griffin menunda keberangkatan mereka ke Paris. Melihat Veroya seperti ini, membuat Griffin tidak tega mengajak Veroya melakukan perjalanan jauh.
" Maaf terlalu memaksakan kondisi mu, dan Terima kasih sudah memberiku kehormatan menjadi yang pertama untuk mu. " gumam Griffin. Jemarinya merapikan rambut Veroya yang berjatuhan menutupi wajah cantiknya.
" Good night, baby.. have a nice dream.. I....... " Griffin membisikan sesuatu kemudian mencium kening, pipi dan terakhir bibir Veroya yang terlihat bengkak.