"Bagaimana cara mendapatkan mu?"
Yigon yang didesak ayahnya untuk segera menikah pun merasa kebingungan. Tak lama kemudian, dia jatuh cinta dengan seorang gadis SMA yang baru pertama kali di temuinya. Berawal dari rasa penasaran, lama-lama berubah menjadi sebuah obsesi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Resiko
Sementara itu, saat Fairy terbangun, betapa terkejutnya Fairy saat melihat dirinya telanjang disamping Yigon yang masih tertidur pulas. Fairy sama sekali tidak ingat dengan apa yang sebenarnya terjadi setelah ia pulang dari taman bermain.
Fairy pun mengamati ke sekitarnya, dia merasa sangat asing dengan kamar besar dan mewah itu. Jelas-jelas itu bukan kamarnya, dan... Kenapa Yigon tidur satu kasur dengannya?
Karena Yigon masih terlelap, Fairy mencoba mencari-cari ponselnya di dalam tas yang tergeletak di bawah. Puluhan panggilan telepon tak terjawab dari semua anggota keluarganya di rumah. Aida, Angelo, Hiden, bahkan bibi Anna pun ikut mencoba menghubungi ponsel Fairy ditengah malam.
"Sebenarnya apa yang telah Riri lakukan bersama dengan paman ini? Kau sudah gila Fairy! Apa Riri dihipnotis? Tidak, mana mungkin ada hal begituan di zaman yang canggih ini! Apa yang harus Riri lakukan sekarang?" teriak Fairy di dalam hati.
"Uhmmm" Yigon menggeliat dan perlahan mulai membuka matanya.
Fairy membalut tubuhnya dengan selimut yang tebal. Dia merasa sangat malu begitu Yigon mulai membuka matanya dan menatapnya.
"Ternyata kau sudah bangun mendahului ku sayang," kata Yigon sambil meregangkan otot-ototnya yang kekar.
"A-apa? Paman tolong jelaskan! Bagaimana Riri bisa ada disini?" tanya Fairy.
Yigon menatapnya dengan lekat, dia terlihat seperti sedang kebingungan. Cukup lama Yigon dan Fairy pandang-pandangan, mereka berdua sama-sama kebingungan.
"Kau disini?" tanya Yigon.
"Ehh?? Bukannya paman sudah tahu makanya tadi paman menyapa Riri dengan cukup manis?" tanya Fairy balik.
"Ehh?? Jadi kau beneran asli? Ku kira tadi ku sedang bermimpi! Bagaimana kau bisa berada di rumah ku? Kau tidak pulang?" tanya Yigon juga.
"Hah?? Itu yang ingin Riri tanyakan! Kan seharusnya paman yang mengantar Riri pulang kemarin!" bentak Fairy marah.
"Hah?? Ini tidak benar! Aku sudah mengantarmu pulang kemarin!" Yigon balik membentak.
"Apanya yang tidak benar? Kau pasti sengaja melakukannya!" Fairy memuncak.
"Aku tidak! Dengar, aku tidak mengingat apapun sama sekali! Aku bahkan tidak ingat sekarang hari apa," Yigon membuat alasan.
Fairy terdiam, dia merasa sangat kesal, marah, dan rasa bingung yang membuatnya pusing. Dia tidak tahu bagaimana kondisi yang terjadi saat itu. Apakah Yigon benar-benar melakukannya secara sengaja? Atau dia benar-benar tidak tahu seperti apa yang dia katakan barusan.
"Sudah lah, Riri akan mandi terlebih dahulu. Setelah itu, tolong antar Riri kembali ke rumah," kata Fairy yang pasrah.
"Tentu saja sayang, aku minta maaf jika sudah membuatmu salah paham. Kau mau memaafkan ku bukan? Aku juga tidak menginginkan hal ini terjadi kepada kita," Yigon merayu.
Fairy tidak menggubris rayuan Yigon yang terdengar dibuat-buat, dia masuk ke kamar mandi yang ada di samping kamar Yigon yang besar. Dia bahkan masuk masih menggunakan balutan selimut di badan nya. Yigon menatap Fairy dari belakang, setelah itu ia mengambil ponselnya dan berlagak seakan tadi tidak terjadi apa-apa.
Setelah itu, Yigon mengambil laptop miliknya dan kemudian mengecek jadwal hariannya di kantor. Padahal tadi, ia mengaku bahkan tidak mengingat hari apa saat itu. Sepertinya Yigon berbohong soal itu kepada Fairy.
...----------------...
Beberapa saat kemudian,
"KYAAAAA!" Fairy berteriak sangat kencang dari dalam toilet.
"Ada apa?! Apa yang terjadi?!" dengan tergesa-gesa Yigon langsung masuk ke toilet yang sedang Fairy gunakan tanpa permisi terlebih dahulu.
Fairy sangat terkejut melihat tanda bulatan-bulatan merah di leher dan dadanya. Dia semakin yakin jika kemarin malam ia ada melakukan sesuatu dengan Yigon.
"Huhuhuhu... Hiks... Apa yang harus ku lakukan sekarang? Bagaimana bisa hal ini bisa terjadi kepadaku?" gumam Fairy.
Tubuhnya lemas, dia takut orang tuanya mengetahui hal itu, apalagi kakaknya. Walau dia tidak begitu akrab dengan kedua orang tuanya sekarang, tapi tetap saja, dia merasa sangat bersalah jika hal itu benar-benar ia lakukan bersama Yigon, padahal mereka belum menikah.
"Aku akan bertanggungjawab, tenang saja," kata Yigon dengan berlagak.
"Kau harus melakukannya!" sahut Fairy.
"Tentu saja sayang, lalu kenapa kau menangis?" tanya Yigon mendekati Fairy yang berjongkok di bawah wastafel.
"Jangan mendekat! Tetap ditempat!" teriak Fairy melarang Yigon mendekat ataupun menyentuhnya.
Ditengah keributan antara pasangan sejoli itu, tiba-tiba suara panggilan yang terdengar dari luar kamar. Yigon dan Fairy pun panik, mereka tidak mau terciduk sedang berduaan di toilet dengan kondisi Fairy masih bertelanjang dada.
"Yigon! Kakak! Ini sudah siang, mau sampai kapan kau bermalas-malasan di kamar? Aku akan pergi ke resto, makan lah sebelum nasi gorengnya dingin!" kata seseorang dari balik pintu. Dia adalah Rimon, adik Yigon yang sering mampir ke rumah Yigon untuk meminjam dapurnya.
"Kenapa kau datang tanpa pernah memberi tahu terlebih dahulu? Jangan seenaknya, ini rumahku!" sahut Yigon dari dalam.
"Kau tidak seperti biasanya, apa kau ada menyembunyikan sesuatu?" kata Rimon yang begitu tiba-tiba.
Yigon terlihat terkejut dengan kecurigaan Rimon yang terlalu mendadak, biasanya tidak pernah penasaran dengan hidupnya atau pun orang-orang di rumah.
"Kau menganggu ku," kata Yigon sambil membukakan pintu kamarnya. Dengan tatapan sinis dia menyuruh Rimon untuk segera pergi dari rumahnya.
Rimon tidak mau ambil pusing masalah kakaknya yang mengaku terganggu akan kehadiran dirinya. Padahal sudah sangat sering Yigon mengatakan hal itu kepadanya, tapi tetap saja ia selalu bebal dan mengabaikan apapun yang Yigon katakan tentangnya.
...----------------...
Kembali pada Kirie yang kini sudah sampai di rumah sakit. Keadaan nya kritis karena telah kehilangan banyak darah. Dia dibawa ke UGD dan dipakaikan infus terlebih dahulu.
Banyak pekerja medis yang datang membantu Kirie, mulai dari dokter kandungan, para perawat, dan asisten dokter, mereka semua sibuk menyadarkan Kirie yang masih belum sadar dari pingsannya.
"Apa pasien tidak memiliki keluarga?" tanya salah seorang dokter.
"Dia tinggal sendirian di rumahnya dok, tidak ada satupun foto keluarga terpajang di dinding rumahnya. Sepertinya dia memang tidak memiliki keluarga satupun," sahut seorang perawat yang tadi ikut pergi ke rumah Kirie.
"Kita harus segera melakukan operasi, ada masalah dalam kandungannya. Sepertinya dia ada memakan sesuatu yang salah, bayinya meninggal di dalam kandungan," kata si dokter.
"Tapi dia kehilangan banyak darah dok! Tidak ada sampel darah yang sesuai dengan golongan darahnya di lab, dia juga tidak memiliki keluarga yang bisa mendonorkan darah kepadanya. Jika kita melakukan operasi sekarang, takutnya-"
"Iya, saya tau itu," sahut si dokter.
"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang dok? Jika bayinya tidak cepat dikeluarkan, takutnya si ibu juga ikut meninggal," tanya salah seorang dokter lain yang bertugas di UGD.
"Sebenarnya siapa ibu ini? Dimana suaminya?" tanya salah satu dokter yang kesal karena Kirie hanya datang sendirian tanpa ada satupun anggota keluarga yang menemaninya.
"Dia adalah seorang guru yang mengajar di SD swasta. Dia juga, belum menikah,"
"Apa? Belum menikah tapi sudah hamil sebesar ini? Dia juga seorang guru? Gawat, dunia sedang tidak baik-baik saja! Cepat panggilkan dokter Hiden, kita harus segera melakukan operasi!"
"Dokter Hiden hari ini mendapatkan shift siang, dia tidak akan datang jika tidak sesuai dengan jadwal kerjanya, karena dia bilang dia tidak mendapatkan gaji tambahan jika melakukan pekerjaan melebihi jadwal,"
"Sial!"