Dunia Luas. Tidak menyenangkan jika tidak di jelajahi.
Aku Xiao Wang. Sejak kecil telah mendapat predikat sebagai sampah klan. Tidak bisa berkultivasi membuat diriku kian menjadi sasaran latihan. Sampai di asingkan di Hutan Binatang Buas, namun aku selamat oleh tekad–ku.
Suatu saat nanti, aku akan berdiri di depan banyak orang. Membersihkan namaku dari orang-orang yang dahulu pernah menghinaku. membersihkan namaku dari orang-orang yang pernah mengucil–ku. Pun juga membersihkan nama kedua orang tuaku. Hingga menjadi seorang yang di akui oleh satu kekaisaran sekali pun.
Tidak! Satu Kekaisaran saja tidak cukup. Berkelana ke berbagai belahan dunia juga bukanlah ide buruk dan ya, harus aku laksanakan.
Tentunya, untuk melakukan itu semua, bukan melewati perkara yang mudah. Banyak tantangan yang akan aku hadapi nantinya. Entah itu berjalan di antara ribuan tubuh tak bernyawa, atau mungkin bermandikan darah dari musuh-musuhku... Maka nantikan perjalananku di kisah ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahmat Kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 19 ~ Untung Banyak
Baik dari pihak Sekte Pedang Halilintar atau sekte Bukit Jingga sama-sama dibuat kewalahan oleh Singa Api Emas. Sekuat apapun mereka bekerja sama, tetap hasilnya nihil. Bahkan korban jiwa selalu berjatuhan seiring dengan nekatnya mereka untuk terus menyerang.
Di sisi lain, Singa Api Emas tampaknya mulai menunjukan sesuatu dari tubuhnya. Sinar api emas pada dirinya bersinar semakin terang pula.
Melihat hal itu, Hei Feng maupun Wang En sama-sama menyunggingkan seringai miring. Apa yang mereka tunggu akhirnya akan terjadi tidak lama lagi. Kini mereka kembali bersemangat untuk menyerang.
"Pasukan, terus menyerang. Jangan biarkan dia kabur!" Seru Wang En.
Pasukan di kedua kelompok itu terpaksa menuruti perintah dari atasan mereka. Terus menyerang, tetapi apa yang terjadi? Singa Api Emas ini malah semakin beringas. Dia semakin menjadi-jadi dalam menghabisi anggota Sekte Pedang Halilintar dan Sekte Bukit Senja.
Kehilangan satu per satu anggota hingga jauh dari jumlah aslinya. Sekte Pedang Halilintar semula membawa pasukan berjumlah dua puluh tujuh orang, kini tersisa sepuluh orang yang menyerang. Pun juga dengan Sekte Bukit Senja kini tinggal dua belas orang dari dua puluh lima.
Jika saja mereka tidak berhasil membawa pergi Singa Api Emas itu, maka secara otomatis kedua atau salah satunya akan mengalami kerugian yang tidak sedikit. Ini telah terpikir matang di pikiran kedua tetua itu. Memanfaatkan momen, dan mencuri tubuh Singa Api Emas tanpa berniat membagikannya kepada kelompok lain.
Whush...
Tubuh Singa Api Emas melepaskan kekuatan besar. Hal itu membuat pergerakannya terhenti. Kemudian singa itu memasang insiatif untuk kabur. Sayangnya hal itu tidak bisa berjalan mulus.
"Semuanya, cegah dia. Jangan biarkan dia pergi begitu saja!"
"Formasi Penghalang Semesta"
"Dinding Pengurungan Nama Halilintar!"
Kedua sekte itu kompak menyerukan formasi yang mengunci pergerakan dari Singa Api Emas.
Duaarr....
Mendadak ledakan yang sangat besar tercipta, membuat formasi yang di bentuk oleh kedua sekte tersebut dibuat hancur karenanya. Berantakan dan masing-masing anggota sekte dibuat terpental hebat. Bahkan ada di antara mereka mengalami luka tidak ringan karenanya.
Di sisi lain, cahaya menyilaukan muncul dari dalam tubuh Singa Api Emas. Menghalau pandangan siapa saja yang ada di sana.
"Sekarang bergerak!" pinta Lin Yun Mei.
Xiao Wang yang mendengar kode itu, segera beranjak dari tempat persembunyiannya. Bergerak secepat yang dia bisa. Dia juga langsung mengaktifkan keterampilan Mata Dewa miliknya sehingga cahaya menyilaukan dari tubuh Singa Emas tidak akan terlalu terasa baginya.
Menyiapkan pedang di tangan. Xiao Wang sempat menunggu saat Singa Api Emas selesai menerobos baru dia membunuhnya.
Baammm.....
Ledakan besar mendadak tercipta dari tubuh Singa Emas. membuat cahaya menyilaukan tadi menyebar luas dalam sedetik. Baik itu anggota Sekte Pedang Halilintar, ataupun sekte Bukit Senja sama-sama menghalau penglihatan mereka dari cahaya menyilaukan itu.
Selama beberapa detik, mereka kembali membuka kedua matanya. Sayangnya apa yang mereka lihat selanjutnya begitu tidak mereka harapkan.
"Kemana Singa Api Emas itu pergi? Mengapa tidak ada?!" geram Wang En.
Begitupun juga dengan Tetua Hei Feng. Dia malah menuduh Wang En yang mencuri Singa Api Emas itu dan diam-diam membawanya pergi.
"Tetua Wang En. Cepat berikan Singa Api Emas itu pada kami. Atau setidaknya kita berbagi sama rata. Bukan hanya kalian yang berusaha untuk menyerang, namun kontribusi kami dalam hal ini sangat besar. Bahkan sampai kehilangan banyak anggota karena itu. Maka dari itu aku harap Tetua bisa memberikan Singa Api Emas itu pada kami!" ucap Hei Feng.
"Jangan berpura-pura menuduhku untuk menyembunyikan kebusukan kamu. Aku tahu bahwa kamu yang telah mencurinya bukan?!" Wang En berkata dengan nada tinggi.
"Apa?! Ku berani menuduh ku? Mati kau, Sialan!" Hei Feng lantas maju menyerang Wang En.
"Senja Menelan Malam!"
Hei Feng melepaskan tapak yang dibaluti dengan energi tak sedikit.
"Pedang Naga Halilintar!"
Baammm....
Ledakan besar terjadi, membuat keduanya sama-sama terdorong mundur ke belakang.
Pertarungan keduanya hampir saja terjadi. Namun segera terhenti saat pasukan yang mereka bawa itu sama-sama melerai.
"Tetua, sebaiknya kita pergi saja dari sini. Tampaknya sebentar lagi Binatang Buas yang memiliki level kekuatan lebih tinggi akan berdatangan di sini. Singa Api Emas tadi telah cukup memancing kedatangan Para Binatang buas di ranah Ahli," ucap salah satu anggota Sekte Pedang Halilintar.
Wang Feng memegangi dadanya yang sesak, sembari itu dia juga memikirkan apa yang di katakan muridnya tersebut.
"Benar juga. Hari sudah malam. Sementara kekuatan kita telah berkurang banyak. Mari kita kembali dan laporkan pada ketua sekte!"
Setelahnya mereka lantas pergi dari sana.
"Hey.. jangan pergi. Serahkan Singa Api Emas itu padaku!" Hei Feng yang tak terima hendak bangkit dan kembali menyerang, tapi dengan segera dia di hentikan oleh muridnya.
"Tetua, sebaiknya kita kembali. Hari sudah menggelap. Tidak lama lagi Binatang Buas akan berkeliaran di sekitar sini!"
Hei Feng tampak memikirkan itu. Mengesampingkan egonya, lalu mulai bangkit dan membawa pasukan untuk beranjak dari sana.
"Tunggu... Mawar Api Emas di curi!" ucap Hei Feng tiba-tiba menghentikan langkah kaki pasukannya.
"Wang En... aku tidak akan melepaskan mu! Tunggu saja, kau akan mendapat bagaian–mu nanti!" Hei Feng berkata dengan geram. Lalu kembali melanjutkan perjalanan dengan hati kacau. Antara malu dan tak berani untuk kembali ke sekte.
Selain dengan tidak mendapat apa-apa, dia juga kehilangan banyak anggotanya di sini. Maka dari itu sepanjang perjalanan, Hei Feng tidak henti-hentinya untuk merangkai kalimat yang bisa dia gunakan untuk menolongnya dari kemarahan ketua sekte Bukit Senja.
***
Xiao Wang dan Lin Yun Mei saat ini tengah berlari kencang. Melompat dahan demi dahan pohon besar, Lin Yun Mei meminta Xiao Wang untuk berhenti di atas tanah.
"Aku rasa kita berhenti sampai di sini. Hari ini kita panen banyak... Dan ini untuk mu!" Lin Yun Mei melemparkan Mawar Api Emas pada Xiao Wang. Dengan sigap di tangkap oleh lelaki itu.
Xiao Wang membelalakkan matanya. antara kagum dan senang. "Terima Kasih!"
"Umm..."
Lin Yun Mei lantas menciptakan array pelindung di sekeliling mereka. Lalu meminta Xiao Wang untuk menyerap apa yang patut dia serap dari tubuh Singa Api Emas.
Xiao Wang mengangguk. Di lantas mendekati tubuh Singa Api Emas yang tergeletak tak bernyawa setelah di keluarkan oleh Lin Yun Mei dari dimensi lain.
Ya, dikarenakan tubuh besar Singa Api Emas yang terlalu diluar batas normal, takutnya malah akan membuat pergerakan mereka lambat. Maka dari itu Lin Yun Mei menawari untuk memindahkannya di dimensi lain. Tentu saja hal itu lagi dan lagi membuat Xiao Wang takjub dibuatnya.
kok jd setara dgn si yao mei...???
semesta apa surgawi,kacau amat lo