Menikah dengan wanita yang jelek membuat Gilang enggan untuk menyentuh istrinya, sikap Gilang yang keterlaluan membuat Nindi istrinya merubah penampilannya dan bekerja sebagai sekertaris Gilang sendiri.
Apakah Gilang nanti akan tau penyamaran sang istri? ikuti terus ceritanya yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon el Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa yang kamu berikan pada istriku
Nindi menangis di depan kaca, "Maafkan aku mas, yang membuat kamu malu dengan penampilanku, tapi hanya ingin memastikan seberapa besarnya cintamu padaku," gumam Nindi
Gilang menunggu di depan toilet, dia nampak khawatir dengan istrinya.
Meskipun nampak oon tapi Nindi adalah orang yang cerdas, buktinya selama menjadi sekertaris Gilang dia sangat cekatan dan gercep dalam mengerjakan pekerjaannya.
Nindi yang tidak ingin mempermalukan Gilang kemudian melepas kacamatanya lalu menurunkan rambutnya yang ditekuk, sedikit lipstik, pensil alis dan bedak tipis membuat wajahnya terlihat cantik kembali.
Nindi menghela nafas lalu keluar, Gilang membatu melihat Nindi, kamu kenapa berubah jadi Rara?" tanya Gilang
"Karena aku nggak mau mempermalukan kamu mas," kata Nindi lalu berjalan kembali ke mejanya.
Nampak Veri dan klien Gilang bengong melihat Perubahan Nindi, "Bukankah anda sekertaris pak Gilang?" tanya Klien tersebut.
"Iya, dialah istri dan sekertaris saya," jawab Gilang
Klien Gilang nampak malu, "Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika penampilan saya membuat mata kalian semua sakit namun meskipun jelek bukan bearti saya tidak bisa menjadi cantik," kata Nindi.
Entah bagaimana kelanjutan kerja sama mereka, Gilang menyuruh Veri untuk melanjutkan meeting dengan kliennya, entah dilanjut apa dibatalkan terserah Veri sekarang.
Nindi meminta Gilang untuk kembali ke rumah, nampak bulir-bulir air mata jatuh membasahi pipinya, entah keputusannya kali ini tepat atau salah dia juga nggak tau.
Awalnya dia ingin membuktikan cinta Gilang padanya sebagai Nindi bukan sebagai Rara namun malah muncul masalah baru.
"Jangan terlalu diambil hati," kata Gilang
"Nggak kok mas," sahut Nindi
"Mas apa menurutmu aku harus merubah penampilanku kembali, maksudku seperti Rara?" tanya Nindi
Gilang menepikan mobilnya lalu menatap istrinya
"Nin, mohon maaf sebelumnya. Saat orang bertemu seseorang kesan pertama yang dilihat itu wajah, orang lelaki munafik lah jika nggak suka yang bening, begitu pula dengan aku. Cantik di depan suami itu ladang pahala, selain bisa membuat suami betah di rumah suami juga akan semakin cinta ma istrinya. Tapi semua terserah kamu Nin, toh kamu cantik apa nggak usah nggak masalah buat aku, aku kan sudah bilang aku akan mencintai kamu sebagai Nindi bukan Rara, kalau kamu tetap bertahan dengan penampilan kamu yang seperti biasa ya silahkan kalau ingin merubah penampilan kamu biar cantik silahkan," jelas Gilang panjang kali lebar.
Nindi nampak berfikir, Gilang melajukan mobilnya kembali dan tak selang berapa lama Gilang dan Nindi sampai di rumah.
Nindi yang lelah merebahkan dirinya di kamarnya begitu pula dengan Gilang yang ikut menyusul.
"Mas Gilang kok tidur di sini, bukannya sudah punya kamar sendiri," protes Nindi.
"Ayolah sayang, kan kita suami istri masa iya kamar sendiri-sendiri," pinta Gilang memelas
"Kan mas Gilang yang minta kamar sendiri-sendiri," sahut Nindi
Gilang memelaskan wajahnya berharap Nindi mau berbaik hati mengijinkannya sekamar dengannya.
Akhirnya dia pun mengijinkan Gilang di ranjangnya siang itu.
"Nin," panggil Gilang
"Apa?" tanya Gilang
"Kita pulang yuk," jawab Gilang
"Kemana?" tanya Nindi
"Rumahku lah, aku akan memperkenalkan dirimu pada mama," jawab Gilang.
"Yakin?" tanya Nindi
Gilang mengangguk penuh keyakinan, karena dia ingin meresmikan hubungannya supaya dunia tahu kalau mereka telah menikah.
"Mau nggak ya?" goda Nindi
Gilang yang kesal akhirnya menggelitik perut Nindi sehingga Nindi kegelian. Dia berteriak meminta ampun pada Gilang hingga tanpa mereka sadari wajah mereka semakin dekat.
Dan ciuman tidak dapat terelakkan.
Mereka berdua saling memburu, menyesap dan melu mat, kini bagian bawah Gilang sudah menegang sempurna namun dia tidak ingin memaksa Nindi untuk melakukan hal itu sekarang.
********
Pak Atmadja papa Gilang mengadakan pesta ulang tahun, sehingga beliau mengundang Gilang untuk hadir di pesta mereka.
Pebisnis dari kalangan atas datang semua, pesta ini akan menjadi pesta yang megah namun sayang mama Gilang tidak bisa hadir di pesta suaminya karena keadaannya yang tidak sehat.
Malam ini rencannya Gilang akan datang dengan Nindi, namun karena Gilang ada urusan, Gilang menyuruh Nindi untuk berangkat dari rumah dan bertemu di sana.
Nindi takjub dengan kemegahan rumah papa Gilang, banyak para lelaki yang memandang Nindi bahkan mereka sangat ingin sekali menjadikan Nindi pasangan dansa mereka Nanti.
Dua mata daritadi menatap Nindi, ya dia adalah Celo Pratama, kakak tiri Gilang.
Dari dulu hubungan mereka memang tidak baik, mengingat perangai buruk dari kedua Kakak tirinya.
Melihat Nindi yang cantik terbesit niatan jelek, dia ingin meniduri Nindi malam ini.
Celo mendekati Nindi yang duduk sendiri di sebuah bangku. Gilang yang tak kunjung datang membuat Nindi risau dan gelisah tak menentu.
"Malam nona," sapa Celo
"Malam," sapa Nindi balik
"Mau berdansa?" tanya Celo basa basi
Nindi menggelengkan kepala, Celo nampak sedikit memaksa sehingga membuat Nindi kesal.
"Anda paham apa tidak sih pak, saya bilang nggak ya nggak," protes Nindi
Celo yang mendapat penolakan Nindi agak kesal, lalu dia masuk ke dalam rumahnya entah apa yang dia lakukan, setalah itu dia meminta seorang art nya memberikan minuman pada Nindi.
Kebetulan Nindi yang haus langsung meminum habis minuman tersebut, hingga tak berselang lama ada yang aneh pada dirinya.
Nindi pergi ke toilet untuk mencuci muka dan nampak Celo mengikutinya.
Gilang yang baru datang mencari Nindi diantara banyaknya orang namun dia tidak menemukan istrinya.
"Kamu dimana Nin?" Gilang bermonolog dengan dirinya sendiri.
Di depan kamar mandi, Celo sudah berdiri sambil menyilangkan tangan di dada dengan senyuman miringnya.
"Kamu ngapain di situ!" seru Nindi
"Menunggumu," ucap Celo
Meski dia merasakan hal yang aneh pada dirinya namun sebisa mungkin Nindi menahannya, kini panas dalam dirinya mulai melemahkan pertahanannya.
"Ayo ke kamar," ajak Celo
Nindi yang kesal mencoba menghindar namun Celo memegangi tangan Nindi, mendapatkan sentuhan di kulitnya membuat Nindi tak kuasa.
Gejolak dadanya membara menahan hasrat yang kini menari-nari dengan panas.
Melihat mangsanya melemah membuat Celo menyunggingkan senyumannya lagi namun tiba-tiba
Bugh
Sebuah bogeman mendarat sempurna di pipi Celo
"Dia istriku beraninya Kak Celo menyentuhnya," maki Gilang
Celo membolakan matanya, dia tidak tau kalau wanita yang dia incar adalah adik iparnya sendiri namun bukannya merasa bersalah malah Celo menganggap ini permainan yang seru.
Gilang segera membawa Nindi pulang, di dalam mobil Nindi ngomong sendiri dia sungguh tak tahan akan panas dirinya bahkan dia melepas baju bagian atasnya.
"Mas panas," kata Nindi
"Brengsek kamu Celo, apa yang telah kamu berikan pada istriku," gumam Gilang sambil memukul setir mobilnya
Setelah sampai di apartemennya Gilang segera membawa Nindi masuk, setalah di kamar Nindi melepas semua pakaiannya yang tadi sempat dilepas di mobil dan Gilang memakaikan pakaian Nindi kembali.
Nindi menggeliat seperti cacing kepanasan
"Mas tolong aku mas," pintanya dengan suara berat karena menahan hasrat yang bergejolak di dadanya.