Karena saya masih wanita yang beradab,
masih bisa mengganti kecewa dengan doa, sekalipun berbaur dengan luka sepertimu.
Bertahun tahun hidup dalam hubungan rumah tangga yang tidak sehat. Tiap saat harus berhadapan dengan orang orang yang memiliki jiwa tak waras, suami kejam, mertua munafik, kakak dan adik ipar yg semena mena. Bertahan belasan tahun bukan karena ingin terus hidup dalam tekanan tapi karena ada anak yang harus dipertimbangkan. Namun dititik tiga belas tahun usia pernikahan, aku menyerah. Memilih berhenti memperjuangkan manusia manusia tak berhati.
Jangan lupa kasih like, love dan komentarnya ya kak, karena itu sangat berarti buat kami Author ❤️
Salam sayang dari jauh, Author Za ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bugh bugh rasakan ini
" Jika berkenan, bagaimana kalau kita makan siang bareng, biar saya yang traktir." Sambung Dafi serius. Saat Bella mau menjawab, lebih dulu Halwa memberikan komentarnya.
" Terimakasih pak Dafi, lain kali saja. Karena saat ini saya sudah ada jadwal berkunjung ke asrama anak saya." Balas Halwa sopan.
" Owh, baiklah kalau begitu. Next time ya." Sahut Dafi tenang dengan senyum yang mengembang di bibir nya yang seksi.
" Kami permisi, asalamualaikum." Sambung Halwa menutup obrolan dan masuk kedalam mobil tanpa menoleh lagi ke arah laki laki tampan yang sedang menatapnya kagum.
"Bau baunya ada yang naksir nih." Ceplos Bella melirik jahil pada Halwa yang fokus menyetir. Namun hanya disambut dengan lirikan oleh Halwa yang memang sangat terkesan cuek jika berurusan dengan yang namanya laki laki.
"Wa, gimana menurutmu pak Dafi?" Sambung Bella memancing respon sahabatnya.
"Pak Dafi? Kenapa dengan dia?." Balas Halwa cuek bahkan tidak tertarik sama sekali.
" Yaelah Wa. Kamu itu ya, buka hatimu, belajar untuk menerima orang baru, jangan hanya gara gara si Yudha kisah cintamu berhenti dan merana seumur hidup, jangan deh. Amit amit." Balas Bella yang mulai kesal dengan reaksi Halwa yang masih saja terkesan biasa saja, sehingga menunjukkan jika dia memiliki pemikiran bahwa semua lelaki dipandang sama seperti Yudha mantan suaminya.
"Sudahlah bel, aku masih nyaman seperti ini. Lagi pula kita juga baru mengenalnya hari ini kan? Belum tau bagaimana pak Dafi itu." Sahut Halwa yang dibenarkan juga oleh Bella.
" Iya Wa, aku paham itu. Tapi cobalah untuk kamu memberi kesempatan pada yang ingin mengenalmu, sepertinya pak Dafi orang baik. Dari caranya melihatmu, aku yakin kalau Dia memiliki rasa sama kamu."
" Itu masih jauh dari pikiran aku bel, mau fokus dulu sama tujuanku, memiliki rumah dan kembali hidup nyaman dengan Hasna."
"Tapi jangan menghindari orang yang ingin mengenalmu, itu saranku. Pak Dafi punya power untuk menjadi pelindungmu dan Hasna nantinya. Percayalah.!"
"Insya Allah." Halwa menoleh pada sahabatnya yang langsung tersenyum manis, entah apa yang membuat Bella ingin sekali Halwa membuka hati untuk lelaki yang baru saja dikenalnya beberapa jam yang lalu.
"Sudah sampai. Yuk." Lanjut Halwa. Mendadak hatinya bahagia, karena akan bertemu dengan gadis kecilnya, anak yang begitu dirindukan.
" Bunda." Teriak Hasna ceria saat matanya melihat sang bunda sedang duduk di kursi tunggu di tempat kusus para orang tua yang menjenguk anaknya di akhir pekan.
Dengan riang Hasna menghampiri bundanya, saling berpelukkan melepas rasa rindu untuk menyalurkan kasih sayang diantara ibu dan anak. " Tante." Hasna menyalimi Bella takzim setelah melakukan hal yang sama pada ibunya.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
"Yudh, kamu jadi menemui Jarwo hari ini kan?." Tanya Bu Imah memastikan saat mereka sedang berada di ruang tamu.
" Iya Bu." Balas Yudha singkat.
" Bagus. Kamu harus memberinya pelajaran. Enak saja, membuang anakku sudah seperti sampah. Dapat yang baru, istrinya di telantarkan." Sungut Bu Imah emosi, Yudha hanya diam saja menyimak. Tiba tiba Yudha teringat dengan Halwa. ' apakah seperti ini yang dirasakan Halwa dulu.' batin Yudha terusik.
" Kamu mau berangkat jam berapa yudh?" Yudha gelagapan mendengar namanya disebut, terjaga dari lamunan tentang memikirkan mantan istrinya.
" Sebentar lagi Bu. Tunggu dia bubar dari pabrik tempatnya bekerja. Paling jam dua an Yudha berangkat." Sahut Yudha biasa saja.
" Aku ikut yudh." Sahut Yeni keluar dari kamarnya ikut bergabung dengan ibu dan adiknya duduk diruang tamu.
" Mbak dirumah saja, biar gak ribet nanti disana." Balas Yudha tidak setuju.
" Pokoknya aku ikut, aku juga ingin memberi istri baru mas Jarwo pelajaran. Biar dia juga merasakan rasa sakit di hatiku." Sahut Yeni berapi api.
" Iya Yudha, biar mbakmu ikut. Biarkan dia menuntaskan amarahnya pada pelakor itu." Sungut Bu Imah mengompori. Yudha hanya bisa pasrah dengan omongan kedua wanita di rumahnya.
" Yasudah, mbak siap siap gih. Setelah ini kita berangkat, aku begini saja." Dengan terpaksa Yudha akhirnya mengiyakan.
"Yudh, kita langsung kerumah perempuan itu saja, karena aku yakin, mas Jarwo akan langsung pulang menemuinya."
" Mbak tau tempatnya?"
" Iya, kemarin mbak sudah dari sana. Rumahnya tidak jauh dari pabrik tempat mas Jarwo kerja."
"Oke." Sahut Yudha singkat menuruti apa yang di katakan kakaknya.
" Itu kan mas Jarwo yudh!." Tunjuk Yeni pada laki laki yang menaiki montor Bison warna putih. " Sebaiknya kamu ikuti dia, sepertinya dia akan ketempat pelakor itu." Sambung Yeni emosi, hatinya kembali terasa sangat sakit, teringat bagaimana suaminya begitu membela perempuan itu dan lebih melindunginya saat Yeni akan menyerang, melampiaskan amarahnya kemarin. Bahkan dengan gamblang Jarwo langsung menjatuhkan talak di hadapan banyak orang yang melihat kericuhan yang terjadi, sakit sangat sakit. Sisi wanitanya begitu di lukai oleh makhluk yang disebutnya suami.
" Apakah itu rumahnya mbak." Yudha bertanya pada Yeni yang terbuai dengan pikirannya sendiri, bahkan terlihat air mata sudah membasahi pipinya. Rasa sakit hatinya sangat dalam karena penghianatan laki laki yang masih sangat di cintai.
" Iya yudh, itu tempat mereka sekarang." Sahut Yeni pilu.
" Sudahlah jangan tangisi laki laki seperti dia, jangan lihat kan air mata mbak sama mereka. Tunjukkan kalau mbak baik baik saja tanpa laki laki brengsek itu. Yuk kita temui mereka. Tanganku sudah gatal menghajar laki laki kurang ajar itu."
Brak! Brak! Brak!
Bugh! Bugh! Bugh!
" Tolong! Hentikan! Kalian sudah gila!
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)
#Coretan pena Hawa (ongoing)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)
#Sekar Arumi (ongoing)
#Wanita kedua (Tamat)
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️