Lunara Ayzel Devran Zekai seorang mahasiswi S2 jurusan Guidance Psicology and Conseling Universitas Bogazici Istanbul Turki. Selain sibuk kuliah dia juga di sibukkan kerja magang di sebuah perusahaan Tech Startup platform kesehatan mental berbasis AI.
Ayzel yang tidak pernah merasa di cintai secara ugal-ugalan oleh siapapun, yang selalu mengalami cinta sepihak. Memutuskan untuk memilih Istanbul sebagai tempat pelarian sekaligus melanjutkan pendidikan S2, meninggalkan semua luka, mengunci hatinya dan berfokus mengupgrade dirinya. Hari-hari nya semakin sibuk semenjak bertemu dengan CEO yang membuatnya pusing dengan kelakuannya.
Dia Kaivan Alvaro Jajiero CEO perusahaan Tech Startup platform kesehatan mental berbasis AI. Kelakuannya yang random tidak hanya membuat Ayzel ketar ketir tapi juga penuh kejutan mengisi hari-harinya.
Bagaimana hari-hari Ayzel berikutnya? apakah dia akan menemukan banyak hal baru selepas pertemuannya dengan atasannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24. Percakapan Alvaro x Humey x Kim Roan
Mereka sudah berada di ruangan seberang yang menjadi ruang rawat Humey, terlihat perempuan dua puluh tiga tahun tersebut sedang melihat ponselnya sambil menghembuskan napas kasar.
“Ze tidak mungkin marah padamu. Paling dia marah sama saya Humey,” suara Alvaro mengalihkan Humey dari ponselnya.
“Kamu memang pantas dapat amukan Ayzel,” ucapan Kim Roan membuat Humey tertawa.
“Kak Ze tidak marah sama aku atau kak Alvaro. Dia hanya kecewa dan khawatir saja,” Humey menunjukkan poselnya pada Alvaro dan Kim Roan.
Mereka terbelalak melihat ponsel Humey, sebuah artikel tertulis bahwa cucu tertua dari keluarga Zekai akan di langkahi cucu ke dua kesayangan keluarga Zekai yang bernama Orin Humaira Zekai menikah dengan penerus keluarga Zerrano.
“Sial,” umpat Alvaro dengan satu tangan yang mengepal kuat. Darahnya seolah mendidih membayangkan betapa sakit hatinya Ayzel saat membaca artikel tersebut.
Semua orang tahu bahwa cucu pertama keluarga Zekai tidak bisa mendapat semua fasilitas yang di miliki Zekai Grup, karena Anara yang tak lain bunda Ayzel menikah dengan pilihannya sendiri. Semua orang tahu Zekai Group memiliki perusahaan properti yang sangat terkenal tidak hanya di dalam negeri tapi juga di luar negeri.
“Kak Ze kecewa karena dia selalu di kaitkan denganku yang menyandang nama belakang Zekai. Dia khawatir semua itu akan mempengaruhiku, membuatku kembali drop. Sekarang aku paham kenapa ayah Devran tidak terlalu mengekspos kak Ze,” ucapan Humey membuat Alvaro dan Kim Roan saling menatap bingung.
“Kalian tidak akan menemukan wajah kak Ze dalam setiap pertemuan bisnis ayah dan bunda. Baik di keluarga Devran maupun Zekai, jikapun dia datang dalam berbagai acara penting pasti selalu datang di akhir dan pulang lebih awal. Dia selalu datang terpisah dengan ayah dan bunda.”
“Mereka melakukannya sebagai bentuk perlindungan pada Ayzel, bukan?” Kim Roan mulai memahami situasi dan posisi Ayzel dalam keluarganya.
“Betul. Ayah dan bunda merasa bersalah karena menyetujui permintaan mendiang nenek yang tetap menaruh nama Zekai di belakang nama kak Ze. Padahal mereka sudah tahu semua itu hanya sekedar nama yang mungkin akan memberatkan kak Ze ke depannya,” Humey terlihat sangat menyesal karena tidak dapat membantu kakak sepupunya.
Alvaro dan Kim Roan saling menatap, seolah menemukan banyak hal baru tentang Ayzel. Hal-hal yang akhir-akhir ini membuat Alvaro bertanya-tanya, tapi tak kunjung menemukan jawabannya. Justru dari Humey dia tahu hal-hal yang sedang dia cari tentang Ayzel.
“Jangan memikirkan yang aneh-aneh Humey. Aku setuju dengan Ayzel yang memintamu istirahat,” Kim Roan akhirnya paham kenapa Ayzel bersikap seperti tadi. Ada sedikit kelegaan dalam dirinya karena penyebab Ayzel marah bukan karena ucapannya.
“Istirahatlah, tidur Humey. Jangan buat apa yang sudah di lakukan Ayzel untukmu berakhir sia-sia,” ucap Alvaro.
“Benar-benar deh. Yang satu alpha female dan satunya lagi alpha male,” ucapan Humey membuat Kim Roan terkekeh karena paham maksud Humey.
Mereka kembali ke ruang rawat Alvaro dan membiarkan Humey kembali istirahat, Alvaro juga memilih untuk kembali tidur setelah meminum obatnya. Kim Roan masih berada di sana untuk menjaga Alvaro dan Humey, dia tetap sambil mengerjakan tanggung jawabnya.
“Sore pak Kim,” Ayzel masuk dan menyapa Kim Roan pelan karena melihat Alvaro yang tertidur pulas.
“Sudah selesai?” tanya Kim Roan pelan, takut membangunkan Alvaro maupun humey.
“Sudah pak. Makan siang pak Kim,” Ayzel menyerahkan totebag berisi makan siang untuk Kim Roan. Ayzel juga membelikan makanan untuk dua toddler besarnya.
“Terimakasih Ze. Ini buat Alvaro, ya?”
“Iya pak Kim. Saya permisi ke Humey dulu,” pamit Ayzel padanya dan dijawab dengan anggukan kepala.
Ayzel menyuapi Humey hingga makanannya sudah habis tak tersisa, Ayzel tersenyum pada Humey. Dia merasa benar-benar punya dua toddler, yang satu cengeng sedangkan satunya selalu bertingkah random.
“Sorry. Aku masih saja menyusahkanmu,” tiba-tiba Humey mengucapkan permintaan maaf lagi pada Humey.
“Tidak Humey. Jangan bilang seperti itu, terlepas dari apapun kita adalah sepupu. Jangan berpikir aneh-aneh dan fokuslah untuk sembug secepatnya,” Ayzel menarik kursi mendekat pada Humey. Digenggamnya tangan Humey.
Humey mulai terisak di hadapan kakak sepupunya, dia bahkan tak perduli jika Alvaro atau Kim Roan mendengar tangisannya. Alvaro memang mendengar isakan tangis Humey dan ucapan lembut dari Ayzel masih cukup dapat dia dengar. Sementara Kim Roan tidak perduli karena dia sudah terlelap di sofa. Dia belum istirahat karena begitu sampai di Istanbul langsung ke rumah sakit.
“Humey dengar,” Ayzel mengusap lembut tangan Humey yang digenggamnya.
“Sekali ini tolong percaya padaku. Aku tidak pernah meminta apapun padamu kan?” ucapnya pada Humey sebelum Ayzel mengatakan sesuatu.
“Euumm,” Humey hanya mengangguk karena tenggorokannya seolah tercekat.
“Kita tidak dapat menghindar dari kesulitan dan masalah selama kita masih bernapas. Kita juga tidak dapat menghindar dari rasa sakit dan terluka akibat kehilangan. Tapi kita harus berusaha menemukan pemecahan masalahnya, belajar untuk menerima semuanya. Memang tidak ada yang mudah dalam setiap prosesnya, tapi bukan berarti kita tidak bisa melaluinya,” Ayzel mengusap air mata dari pipi Humey.
“Sampai kapanpun kamu tetap kakak terfavoritku,” Humey memeluk Ayzel.
“Jangan nangis terus. Istirahat dan cepat sembuh. Aku tidak mau jadi tertuduh ngebuat calon pengantin sakit,” goda Ayzel yang berhasil membuat Humey mencebik kearahnya.
“Tidak bisa ... sungguh tidak bisa, fiks Ze. Saya harus cepat halalin kamu, takut diambil orang” teriak Alvaro dari ruang sebelah.
“Berisik kak Alvaro,” Humey yang tak mau kalah ikut bersuara keras.
“Kalian berdua bisa diam gak sih? Ini rumah sakit,” protes Kim Roan yang merasa tidurnya terusik.
Satu hal lagi yang Ayzel temukan tentang Alvaro dan Kim Roan sebagai atasan dan asisten, sejatinya mereka berdua sangat profesional saat bekerja. Namun tak ada yang tahu saat di luar pekerjaan hubungan mereka sangat hangat seperti kakak beradik.
“Istirahat pak Alvaro!!” titah Ayzel.
“Siap nyonya Alvaro,” Ayzel hanya bisa menggelengkan kepalanya. Jengah dengan tingkah random atasannya tersebut.
“Kak kalau dia beneran datang ke ayah, bunda gimana?” tanya Humey tiba-tiba.
“Kalau ayah dan bunda menerima aku bisa apa. Sudah sana tidur,” Ayzel membenarkan posisi slimut Humey.
Ayzel belum terpikir sampai sejauh itu, Alvaro mungkin akan bertemu ayah dan bundanya nanti saat Humey dan Malvin menikah. Tapi dia sendiri tidak tahu apakah Alvaro akan meminta Ayzel pada ayahnya hari itu.
“Zeze bagaimana di sana, sayang?” Devran yang tak lain adalah ayah dari Ayzel melakukan panggilan telepon dengan putrinya.
Ayzel sedikit menjauh dari Humey yang sedang tidur, dilihatnya Alvaro dan Kim Roan juga sudah terlelap. Karena sofa tempatnya biasa duduk di gunakan Kim Roan untuk tidur, Ayzel duduk di sofa yang ada tak jauh dari ranjang pasien Alvaro. Sebelumnya dia pastikan dulu mereka bertiga sudah terlelap.
“Zeze baik yah. Ayah bunda sehat?”
“Ayah dan bunda sehat, sayang. Ada yang mengganjal nak?” Devran tentu tahu pasti tentang kegelisahan yang dihadapai Ayzel.
“Sepertinya sudah saatnya Zeze melepaskan nama Zekai. Ze hanya akan memakai nama Devran,” ucapnya pada sang ayah yang berada diujung telepon.
“Ayah dan bunda akan mendukung apapun keputusan Zeze, selama itu membuatnmu lebih nyaman dan tenang. Sampai bertemu dua minggu lagi, sayang” Ayzel mengakhiri panggilan teleponnya dengan ayahnya. Tanpa dia sadari Alvaro ternyata tidak benar-benar tidur, dia hanya memejamkan mata sambil mencuri dengar pembicaraan Ayzel dengan ayahnya.
Ayzel tersenyum lega setelah berbicara dengan ayahnya, hari ini dia mempunyai keberanian untuk mengambil langkah melepaskan nama Zekai. Dia tahu Humey mungkin akan kecewa, tapi bisa jadi itu adalah salah satu hal terbaik untuk semua orang. Dia beranjak dari sofa untuk kembali ke ruangan rawat Humey.
“Nona Zeze jangan manis-manis senyumnya. Saya bisa pingsan saat ini juga 🤭🫣❤️,” Ayzel berbalik melihat kearah Alvaro dengan mata yang membelalak.
“Pak Alvaro,” ucapnya Ayzel pelan.
“Sssttt ...” Alvaro menaruh jari telunjuk pada bibirnya meminta Ayzel diam. Namun dia sedikit terkekeh melihat Ayzel berlalu pergi untuk kembali ke Humey karena terlihat kesal, namun pipinya blushing yang bisa jadi salah tingkah dengan ucapan Alvaro.
Untuk kali pertama Alvaro melihat Ayzel dengan wajah blushing seperti itu, Ayzel selalu bisa membuat hati Alvaro menghangat dan merasa nyaman saat bersamanya.