800 setelah perang nuklir dahsyat yang melibatkan Amerika Serikat, Rusia, dan Tiongkok, dunia telah berubah menjadi bayangan suram dari masa lalunya. Peradaban runtuh, teknologi menjadi mitos yang terlupakan, dan umat manusia kembali ke era primitif di mana kekerasan dan kelangkaan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Di tengah reruntuhan ini, legenda tentang The Mockingbird menyebar seperti bisikan di antara para penyintas. Simbol harapan ini diyakini menyimpan rahasia untuk membangun kembali dunia, namun tak seorang pun tahu apakah legenda itu nyata. Athena, seorang wanita muda yang keras hati dan yatim piatu, menemukan dirinya berada di tengah takdir besar ini. Membawa warisan rahasia dari dunia lama yang tersimpan dalam dirinya, Athena memulai perjalanan berbahaya untuk mengungkap kebenaran di balik simbol legendaris itu.
Dalam perjalanan ini, Athena bergabung dengan kelompok pejuang yang memiliki latar belakang & keyakinan berbeda, menghadapi ancaman mematikan dari sisa-s
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16: Perpecahan di Tengah Api
Kota Alara masih diselimuti suasana tegang setelah serangan mereka ke gudang suplai Atlantis. Kehilangan banyak pejuang dalam pengejaran musuh membuat semangat sebagian pemberontak mulai goyah. Athena merasakan beban yang semakin berat di pundaknya, terutama ketika suara-suara sumbang mulai terdengar di antara rakyat.
“Berapa lama kita harus hidup seperti ini?” suara keras seorang pria paruh baya memecah keheningan dalam pertemuan malam itu. Namanya Raldo, salah satu pemimpin kelompok tambang yang merasa kehilangan banyak anak buahnya.
“Kita kehilangan terlalu banyak orang, dan apa yang kita dapatkan? Beberapa peti suplai yang bahkan tidak bisa kita bawa!” lanjutnya, sorot matanya tajam tertuju pada Athena.
“Kita sedang berperang, Raldo,” jawab Athena dengan nada tegas. “Perang membutuhkan pengorbanan. Kita tahu apa risikonya sejak awal.”
“Tapi ini bukan hanya tentang pengorbanan. Ini tentang arah! Apakah kita benar-benar tahu ke mana tujuan kita? Atau kita hanya membiarkan mereka membantai kita satu per satu?”
Perdebatan semakin memanas, dengan beberapa warga mendukung Raldo, sementara yang lain tetap setia pada Athena. Di tengah konflik itu, Kalen mencoba menenangkan keadaan.
“Semua ini tidak akan berarti jika kita terpecah,” katanya, suaranya serak tapi penuh wibawa. “Atlantis ingin kita saling menyalahkan. Jangan biarkan mereka menang.”
Ketegangan di Alara sedikit mereda ketika seorang kurir tiba membawa kabar dari Darek. Pesan yang dikirimkan Darek sangat singkat namun penuh arti:
"Ada celah. Tapi waktu kita sempit."
Pesan itu membuat Athena dan Sila berpikir keras. Jika Darek berhasil menjalin hubungan dengan teknisi di Kota Emas, itu berarti mereka memiliki kesempatan untuk mengetahui rencana besar Atlantis. Namun, Athena tahu bahwa setiap langkah ke depan harus diambil dengan hati-hati.
“Celah apa yang dia maksud?” tanya Sila.
“Aku tidak tahu,” jawab Athena. “Tapi jika Darek mengatakan ada peluang, kita harus memanfaatkannya.”
Athena memutuskan untuk mengirim tim kecil menuju Kota Emas untuk memastikan pesan Darek. Namun, perjalanan ke wilayah itu bukanlah hal mudah. Kota Emas adalah pusat pemerintahan Atlantis di wilayah Timur, dengan penjagaan yang jauh lebih ketat dibandingkan tempat lain.
Athena memilih tiga orang kepercayaannya—Sila, Kalen, dan seorang pemuda bernama Andar—untuk menemaninya dalam perjalanan ke Kota Emas. Mereka meninggalkan Alara di malam hari, menyusup melalui jalur-jalur tersembunyi di hutan untuk menghindari patroli Atlantis.
Perjalanan itu penuh bahaya. Di tengah malam, mereka hampir tertangkap ketika melewati sebuah pos pemeriksaan militer. Andar, yang masih muda dan kurang berpengalaman, tanpa sengaja menginjak ranting kering yang menyebabkan suara keras.
“Apa itu?” seru salah satu penjaga Atlantis.
Athena segera memberi isyarat untuk tiarap. Mereka bersembunyi di balik semak-semak, menahan napas sementara para penjaga berjalan mendekat.
Ketika salah satu penjaga hampir menemukan mereka, Sila dengan cepat melontarkan batu ke arah lain, menciptakan suara yang mengalihkan perhatian.
“Di sana!” seru penjaga, berlari menuju arah suara itu.
Dengan cepat, Athena dan timnya melanjutkan perjalanan, hati mereka masih berdegup kencang.
Ketika mereka akhirnya tiba di pinggiran Kota Emas, mereka terkejut melihat betapa megahnya tempat itu. Berbeda dengan kota-kota kecil yang telah dihancurkan dan diperbudak, Kota Emas berdiri megah dengan teknologi canggih yang jauh melampaui imajinasi Athena.
“Andaikan semua kota bisa seperti ini,” gumam Andar, matanya penuh kekaguman sekaligus kemarahan.
“Ini adalah bukti bagaimana mereka menggunakan hasil rampasan dari kita,” jawab Athena dingin. “Kekayaan ini dibangun di atas penderitaan rakyat.”
Di salah satu sudut kota, mereka berhasil bertemu dengan Darek. Pemuda itu terlihat lebih kurus dan lelah, tetapi matanya memancarkan semangat.
“Kalian datang,” katanya, senyum kecil muncul di wajahnya.
“Apa yang kita hadapi di sini, Darek?” tanya Athena.
Darek mengarahkan mereka ke sebuah tempat tersembunyi, jauh dari pandangan umum. Di sana, ia mulai menjelaskan bahwa teknisi yang ia temui, seorang pria bernama Lior, memiliki informasi penting tentang proyek besar Atlantis.
“Mereka sedang membangun sesuatu yang disebut Proyek Naga,” kata Darek. “Aku belum tahu pasti apa itu, tapi menurut Lior, proyek ini bisa mengubah jalannya perang. Mereka berencana meluncurkannya dalam beberapa bulan.”
Mendengar kabar itu, Athena menyadari bahwa mereka tidak punya banyak waktu. Proyek Naga bisa menjadi ancaman yang jauh lebih besar daripada yang mereka bayangkan, dan menghentikannya harus menjadi prioritas utama.
“Bagaimana kita bisa mendapatkan informasi lebih banyak tentang proyek ini?” tanya Sila.
“Lior bisa membantu,” jawab Darek. “Tapi dia membutuhkan jaminan bahwa kita bisa melindunginya jika dia tertangkap.”
Athena merenung sejenak. Membawa Lior ke pihak mereka berarti mengambil risiko besar, tetapi tanpa informasi darinya, mereka tidak akan bisa bergerak.
“Kita akan melindunginya,” kata Athena akhirnya. “Katakan padanya untuk bersiap.”
Athena dan timnya memutuskan untuk kembali ke Alara dengan membawa kabar ini, sementara Darek tetap tinggal di Kota Emas untuk menjaga hubungan dengan Lior.
Perjalanan pulang mereka tidak kalah berbahaya. Di tengah jalan, mereka bertemu dengan patroli militer Atlantis. Kali ini, mereka tidak bisa menghindar dan terpaksa bertarung.
Pertempuran itu singkat tapi brutal. Athena dan timnya berhasil melumpuhkan patroli tersebut, tetapi Kalen terluka parah. Dengan napas terengah-engah, ia berkata kepada Athena, “Jangan berhenti. Bawa perlawanan ini hingga akhir.”
Athena menggenggam tangannya erat, berjanji dalam hati bahwa perjuangan mereka tidak akan sia-sia.
Ketika mereka tiba kembali di Alara, Athena tahu bahwa perlawanan kini memasuki fase yang lebih berbahaya. Atlantis akan semakin kejam, tetapi harapan baru telah muncul. Dengan informasi tentang Proyek Naga, Athena yakin mereka memiliki peluang untuk membalikkan keadaan.
Namun, ia juga sadar bahwa jalan ke depan penuh dengan pengorbanan yang lebih besar. Perlawanan baru saja dimulai.