NovelToon NovelToon
Masihkah Ada Cinta?

Masihkah Ada Cinta?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Cinta Murni / Romansa / Penyesalan Suami / Trauma masa lalu
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Fahyana Dea

Karina kembali membina rumah tangga setelah empat tahun bercerai. Ia mendapatkan seorang suami yang benar-benar mencintai dan menyayanginya.

Namun, enam bulan setelah menikah dengan Nino, Karina belum juga disentuh oleh sang suami. Karina mulai bertanya-tanya, apa yang terjadi pada suaminya dan mulai mencari tahu.

Hingga suatu hari, ia mendapati penyebab yang sebenarnya tentang perceraiannya dengan sang mantan suami. Apakah Karina akan bertahan dengan Nino? Atau ia akan mengalami pahitnya perceraian untuk kedua kalinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fahyana Dea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semakin Kacau

Karina membawa buku dari ruang bacanya. Mereka masih berada di ruang keluarga. Masih dengan suasana yang belum sepenuhnya membaik. Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab di benak Karina. Kenapa, bagaimana, karena siapa, itu pertanyaan yang terus berputar di kepalanya.

"Aku lihat buku ini di ruangan baca minggu yang lalu."

Nino menatap buku dengan sampul berwarna biru itu. 

"Aku juga lihat obat antidepresan di kamar kemarin."

Nino mengalihkan tatapannya pada Karina. Ternyata, Nino memang lupa menyimpan benda itu lagi ke dalam laci dan Nino tidak ingat jika menyimpan buku tentang PTSD itu di ruang bacanya.

"Apa ini semua saling berhubungan, Mas? Termasuk kamu yang gak bisa …." Karina ragu untuk melanjutkan ucapannya.

Nino mengangguk. "Semuanya karena trauma itu. Hal itu yang membuat hidupku hancur enam tahun yang lalu. Mati-matian aku berusaha untuk menghilangkan semuanya, tetapi kenapa sekarang harus kembali mencampuri kehidupanku." Tubuh Nino gemetar. "Aku takut, Karin." Nino meraih kedua tangan Karina dan menggenggamnya erat seakan Karina akan pergi jika melepaskan genggaman itu, wajahnya tampak kembali frustrasi. "Tolong aku, Karin. Tolong bantu aku keluar dari ketakutan ini, aku lelah." 

Karina tidak pernah melihat suaminya sekacau ini. Ia merasa prihatin. Sangat, sangat prihatin. Nino sudah menjalani hari-hari yang berat tanpa kepedulian dirinya tentang trauma yang dimiliki oleh Nino. Dia berusaha untuk memulihkannya seorang diri. Meski ia belum tahu, apa penyebab Nino sampai seperti ini. 

"Kamu janji kan gak akan ninggalin aku?" Nino menatap penuh harap pada Karina. Ia benar-benar takut hal itu akan terjadi padanya. Ia tidak ingin sendirian.

Karina mengangguk, lalu memeluknya, ia merasakan tubuh pria itu yang gemetaran. Air matanya kembali luruh. 

"Aku janji, Mas," bisik Karina lirih.

***

Karina memerhatikan Nino setiap harinya. Sejak hari itu, ia merasa pria itu banyak berubah. Nino seperti kehilangan semangat, matanya sayu, nafsu makannya juga tidak seperti biasa, hingga ia merasa jika pria itu sudah kehilangan berat badannya dan dia lebih banyak diam sekarang. Karina jadi khawatir. 

Karina melihat Nino yang duduk termenung di ruangan tengah. Mereka baru saja pulang bekerja. Karina menatap bergantian pada TV-nya menyala, tetapi tatapan Nino tidak sedang menonton acara di televisi tersebut. Matanya menatap kosong. Karina membuang napas pelan, lalu ia menghampiri Nino sambil tersenyum.

"Mas," sapa Karina dengan suara riangnya seperti biasa.

Nino menoleh. Pria itu membalas senyuman Karina. 

Karina duduk di samping Nino. Ia menggenggam tangan pria itu. "Kamu lagi nonton apa?" 

Nino tampak kebingungan menjawab pertanyaan Karina, karena sejak tadi ia tidak tahu acara apa yang ditontonnya. Fokusnya hilang entah ke mana. 

Nino melarikan tatapannya, akhir-akhir ini entah kenapa ia tidak bisa menatap Karina seperti biasa. "Aku gak tahu itu acara apa." 

"Mas." Karina menangkup sisi wajah suaminya, ia merasakan bulu-bulu halus yang mulai tumbuh di wajah pria itu. Otomatis tatapan Nino kembali fokus pada Karina. "Kamu baik-baik aja, kan?" 

Helaan napasnya memberat. Nino menggenggam tangan Karina yang berada di wajahnya. Matanya mulai berkaca-kaca. Kemudian menggeleng pelan. 

"Kamu boleh keluarkan apa yang sedang kamu rasakan sekarang," ujar Karina. "Kamu juga boleh bicara tentang apa pun yang membuat kamu gak nyaman."

"Aku gak tahu apa yang sudah terjadi sama aku, Karin. Setiap harinya, aku selalu merasa bersalah karena aku gak bisa bahagiain kamu. Kamu harus terjebak dengan keadaan aku yang seperti ini."

"Kamu jangan bicara begitu. Kita bisa lewati ini bersama-sama, Mas. Kamu gak sendirian, ada aku di sini."

"Aku takut kehilangan kamu, Karin."

"Kamu gak akan kehilangan aku, Mas." 

Nino menarik tubuh wanita itu ke dalam pelukannya. Nino memeluknya erat, seakan takut kehilangan. Nino memang tidak ingin kehilangan Karina. Ia tidak ingin kehilangannya seperti Clarissa. 

Air matanya semakin deras mengalir ketika bayangan-bayangan itu semakin nyata dan tersusun rapi. Dalam tangisnya, Nino mulai mengerti, kenapa traumanya bisa kembali menghantui setelah sekian lama hilang. Banyak hal yang mengingatkannya pada kejadian hari itu, meski tidak sama persis, dan juga Nino selalu takut kehilangan Karina dan pikiran negatif merongrongnya ketika ia menyalahkan diri karena tidak mampu membuat rumah tangganya sempurna. Sehingga hal itu membuat dirinya frustrasi dan membawa kembali kenangan buruk beserta traumanya.

Sementara itu, Karina akan melakukan sebisanya agar Nino tetap dalam keadaan baik. Hal ini tentu tidak ada dalam ekspektasinya. Di balik senyuman ramah yang selalu ditunjukkan oleh suaminya sejak pertama kali mereka bertemu, ada trauma mendalam yang bisa saja menghancurkan hidupnya dalam detik ini juga. 

Bayangan keluarga bahagia di benak Karina, sepertinya harus disimpan terlebih dahulu. Namun, apa ia bisa melewati semuanya dengan baik, karena sepertinya ke depannya akan menjadi lebih sulit daripada ini. 

***

"Tuhan gak akan ngasih cobaan di luar kemampuan hamba-Nya." Karina menoleh saat ucapan itu keluar dari mulut seorang rekan kerjanya, ia menasehati rekan lainnya yang sedang diterpa cobaan. 

"Lo hari ini boleh aja nangis, tapi keluarkan semua keluh kesah lo di hadapan Tuhan. Tuhan itu maha mendengar dan maha baik. Masih banyak orang di luar sana yang dapet cobaan lebih berat daripada lo." 

Meski terdengar kasar, tetapi kata-kata itu mampu membuat Karina berkaca-kaca. Ia menggigit bibirnya sekuat tenaga agar air matanya tidak jatuh. Keadaan Nino akhir-akhir ini membuatnya banyak pikiran. Hari ini, suaminya tidak masuk kerja karena mengeluh pusing sejak semalam. 

"Na!" 

Karina tersentak saat mendengar suara Safira. Ia segera menyeka air mata dengan punggung tangannya. 

Ia menoleh pada Safira. "Iya?" 

"Gue panggil lo dari tadi gak denger?" 

"O-o ya? Gue … gak denger." 

"Lo kenapa?" 

Napas Karina mendadak sesak saat ditanya seperti itu oleh sahabatnya. Ingin sekali ia menangis sejadi-jadinya, tetapi ia tidak mungkin mengatakan apa yang sedang terjadi padanya sekarang. 

"Gak apa-apa, kok." Karina memaksakan seulas senyum.

Mata Safira memicing. "Lo jangan bohong deh sama gue." 

"Beneran, kok. Gue gak apa-apa." Hatinya merasa perih mengatakan kebohongan yang luar biasa itu.

"Lo berantem sama Mas Nino?" Safira tidak menyerah. Ia mencium sesuatu yang tidak beres pada sahabatnya. Beberapa hari ini, Karina selalu pulang dan datang sendiri ke kantor. 

Karina segera menggeleng. "Enggak, gue baik-baik aja kok sama Mas Nino." 

Safira membuang napas, ia menyerah. "Oke, kalau lo gak mau cerita gak apa-apa, kok. Tapi gue selalu siap buat dengerin lo kapanpun." Safira menepuk bahu Karina, lalu kembali ke kubikelnya. 

Karina tidak bisa menceritakan masalahnya pada orang lain, bahkan pada keluarganya sendiri. Ia takut mereka akan melihat masalah Nino dengan pandangan berbeda. 

***

Matahari sudah condong ke barat, cahaya keemasan masuk ke celah-celah gorden yang tertutup setengah dari jendela besar itu. Nino terbangun dari tidurnya dengan perasaan tidak enak. Sakit kepalanya belum hilang juga sejak tadi. Ia beranjak dan bergerak lambat menuju keluar kamar. Namun, langkahnya terhenti saat menatap dirinya sendiri di cermin. Ia berjalan mendekat, memerhatikan wajahnya sejenak di sana. Bulu di atas bibirnya sudah mulai tumbuh, begitu juga dengan cambang di sekitar pipi hingga dagu. Rambutnya jiga sudah lebih panjang dari biasanya.

Nino menumpukan kedua tangannya di meja rias, ia membuang napas kasar seraya menunduk. Ia tidak tahu kenapa dirinya bisa sampai seperti ini. Tidak peduli pada penampilan. Padahal sebelumnya, ia sangat merawat dirinya sendiri, bahkan bisa terlihat sangat rapi. Apakah Karina baik-baik saja melihat dirinya seperti ini? 

Ah, ya. Karina! 

Nino mengangkat wajah saat mengingat wanita itu belum pulang, ia segera mencari ponsel. Jarinya bergerak dengan cepat menggulirkan kontak di layar. Tangannya mulai gemetar, perasaan cemas menguasai dirinya dengan cepat. 

Embusan napasnya semakin dangkal saat teleponnya tidak dijawab oleh Karina. Nino mencobanya lagi dan lagi. Namun, gagal. Tidak ada jawaban di seberang sana. 

Ia merasa dadanya tertekan, oksigen terasa begitu sulit masuk ke paru-parunya. Ia menatap nakas yang cukup jauh dari jangkauan. 

Nino berusaha untuk tidak meminum obat itu lagi. Ia mempertahankan keseimbangan tubuhnya dengan berpegangan pada meja. Kemudian, menarik napas dalam-dalam seperti yang ia lakukan jika kecemasan itu datang—-hal yang diajarkan oleh Amira saat itu—-tetapi sekarang sia-sia. Ia tetap merasa kesulitan bernapas, perasaan cemasnya tidak hilang, justru malah semakin mencekiknya. Kenapa semakin hari semua menjadi sulit dikendalikan.

Nino membutuhkan Karina, hanya Karina yang bisa membuatnya nyaman. Tak lama kemudian, Nino mendengar suara pintu terbuka dan langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Ia tidak bisa melihat dengan jelas karena pandangannya mengabur.

"Karina," ucap Nino tertahan.

Kemudian, saat ia hampir terjatuh, Nino merasakan seseorang memeluknya. "Aku di sini, aku gak akan ninggalin kamu."

 

1
Galang Guruh
Luar biasa
Haraa Boo
bantu suport-nya juga kak, di novelku "Istri Sewaan Tuan Muda" 🥰🙏
Umrida Dongoran
Mantap kk, Sukses somoga ya thor
Star Kesha
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
Fahyana Dea: Terima Kasih~~ /Heart//Heart/
total 1 replies
kuia 😍😍
Terinspirasi banget sama karaktermu, thor! 👍
dziyyo
Mengguncang perasaan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!