Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan seorang gadis yang sangat ingin merasakan kehangatan dalam sebuah rumah. Tentang seorang gadis yang mendambakan kasih sayang dari keluarganya. Seorang gadis yang di benci ketiga kakak kandungnya karena mereka beranggapan kelahirannya menjadi penyebab kematian ibu mereka. Seorang gadis yang selalu menjadi bulan- bulanan mama tiri dan saudara tirinya. Kehidupan seorang gadis yang harus bertahan melawan penyakit mematikan yang di deritanya. Haruskah ia bertahan? Atau dia harus memilih untuk menyerah dengan kehidupannya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#32
Sesampainya di rumah sakit mereka berempat bergegas menuju ke ruangan Kemoterapi.
"Suster Tasya." panggil Aga saat melihat sosok yang ingin mereka temui berjalan menjauh.
Merasa ada yang memanggil namanya suster Tasya pun menoleh lalu membulatkan kedua matanya saat menyadari siapa yang sudah memanggil dirinya. Meski ini momen yang di tunggu suster Tasya tapi tetap saja ia merasa gugup. Berusaha untuk setenang mungkin suster Tasya berbalik arah berjalan menghampiri Aga.
"Nak Aga." Saut suster Tasya.
"Bagaimana kabar ibu?" Tanya Aga.
"Seperti yang kamu lihat saya baik- baik saja." jawab suster Tasya berusaha untuk tersenyum. Mereka berempat terdiam. "Apa kalian kesini ingin menanyakan tentang keberadaan Keyla?" Tanya suster Tasya karena melihat mereka berempat yang terdiam seakan memiliki keraguan untuk bertanya.
"Sebenarnya tadi saya tidak sengaja melihat suster berjalan berdua dengan adik saya." Ucap Mahen.
"Apa kamu yang bernama Mahen?" Tanya suster Tasya lagi. Mahen menganggukkan kepalanya. "Keyla sering kali menceritakan tentang kamu kepada saya. Betapa kakaknya itu sangat menyayanginya. Keyla selalu menbanggakan kakaknya. Terkadang Keyla juga bercerita betapa ia takut jika suatu saat tidak bisa lagi bertemu dengan kakak dan sahabat- sahabatnya." ucap suster Tasya yang membuat mereka berempat terdiam.
"Lalu dimana Keyla sekarang sus? Bagaimana keadaannya?" Kali ini Aga yang bertanya.
"Sejujurnya saya merasa sedikit kecewa dengan keterlambatan kalian semua untuk bisa menemukan Keyla. Kenapa baru sekarang? Kenapa baru sekarang kalian mencari keberadaannya?" Tanya suster Tasya kecewa. "Saya menunggu kalian. Setiap saat saya bekerja, saya selalu berharap bisa bertemu dengan salah satu dari kalian." Ucap suster Tasya lagi. "Kalian tahu betapa Keyla sangat merindukan kalian semua. Bahkan hampir setiap malam saya mendengar Keyla menyebut nama kalian sambil menangis." Ucap suster Tasya sendu.
"Tapi bukan kami yang menginginkan ini sus. Terakhir kali kami bertemu dengan Keyla, dialah yang mengusir kita semua sus." Ucap Feli.
Suster Tasya menatap mereka berempat bergantian. "Saya tahu." Jawab suster Tasya. Saya juga tidak membenarkan perlakuan Keyla kepada kalian.Tapi saya juga tidak bisa menyalahkan Keyla dengan apa yang ia lakukan. Keyla hanya terlalu merasa takut.."
"Takut." Potong Aga.
"Sejujurnya kondisi Keyla semakin memburuk dan dia mengetahui itu." Ucap suster Tasya.
"Apa maksud suster memburuk. Bukan kah Keyla sudah melakukan kemo sesuai dengan anjuran dokter bahkan tepat waktu." Ucap Aga.
"Kemo itu ternyata hanya berefek menghambat pertumbuhan kysta yang di derita Keyla bukan menghancurkannya. Dan untuk meminimalisir penyakit Keyla agar tidak semakin cepat memburuk dokter Ferdi menyarankan Keyla untuk segera melakukan operasi sumsum tulang belakang. Jadi saya dan dokter Ferdi berulang kali mencoba untuk membujuk Keyla supaya memberitahu keluarganya untuk melakukan tes pencocokan sumsum tulang belakang tapi Keyla selalu menolak dan tetap memilih untuk melakukan kemoterapi saja sampai kami menemukan donor yang cocok untuk Keyla." Suster Tasya menjeda ucapannya. "Sebenarnya kami juga sudah beberapa kali menemukan pendonor yang cocok tapi selalu ada masalah pada kesehatan mereka." Lanjut suster Tasya.
"Apa tidak bisa untuk tetap melakukan operasi?" Tanya Aga.
"Tentu saja bisa. Tapi jika tetap di lakukan itu akan berdampak pada kondisi Keyla karena donor sumsum yang ia terima tidak akan efektif."
"Apa selama ini Keyla tinggal bersama dengan suster?" Tanya Mahen.
Suster Tasya menganggukkan kepalanya. "Di karenakan kondisi Keyla yang gampang naik turun jadi kami memutuskan untuk menyewa rumah tepat di belakang rumah sakit ini."
"Apa kita bisa bertemu dengan Keyla sus?" tanya Nico setelah keterdiamannya yang cukup lama.
Melihat raut sedih pada wajah suster Tasya membuat mereka berempat merasa khawatir. "Tentu." Ucap suster Tasya. Mereka berempat pun berjalan mengikuti di belakang suster Tasya.
Aga mengerutkan keningnya, bukankah tadi suter Tasya mengatakan bahwa mereka menyewa rumah tepat berada di belakang rumah sakit. "Kenapa kita malah kesini suster?" Tanya Aga saat menyadari mereka menuju ke arah ruang ICU.
"Kondisi Keyla sekarang sedang tidak berada dalam keadaan baik- baik saja." Ucap suster Tasya.
Mahen terkejut. "Apa maksud ucapan suster?"
Mereka berempat mengikuti arah pandang suster Tasya. Mereka menatap lewat kaca tubuh seorang gadis yang terbaring lemah dengan beberapa selang yang menempel pada tubuhnya. Jika saja tidak ada suster Tasya mereka berempat tidak akan sadar jika yang terbaring di sana adalah tubuh dari orang yang mereka cari beberapa bulan terakhir.
Mata mereka berempat berkaca- kaca menatap tubuh Keyla yang terlihat semakin kurus dengan pipi yang terlihat sangat tirus. Bahkan sekarang kepala Keyla tidak ada sehelai rambut pun yang tumbuh.
"Ini lah yang Keyla takutkan." Ucap suster Tasya saat melihat ke empat remaja itu menangis. Mereka terlihat rapuh. "Keyla takut kalian akan terpuruk saat melihat kondisinya yang semakin memburuk." Lanjut suster Tasya. "Keyla pernah berkata lebih baik jika ia yang tersakiti dari pada harus melihat kalian yang tersakiti." Ucap suster Tasya sambil mengingat kembali percakapan antara dirinya dengan Keyla beberapa minggu lalu.
Mahen mengusap air matanya kasar. "Kenapa adikku bisa sampai seperti ini sus?" tanyanya meminta penjelasan kepada suster Tasya.
"Kondisi Keyla tiba- tiba mengalami penurunan saat melakukan kemo kemarin yang mengakhibatkan Keyla mengalami kejang hingga tidak sadarkan diri. Tapi selain itu akhir- akhir ini kondisi Keyla memang sedikit memburuk. Apalagi kemarin sebelum Keyla melakukan kemo sempat ada orang gila yang memarahinya lalu menampar ke dua pipinya."
"Siapa maksud suster?" Tanya Aga.
"Saya tidak tahu. Tapi kemarin Keyla sempat memanggilnya dengan sebutan mama." Jawab suster Tasya yang membuat Mahen emosi. Mahen benar- benar ingin segera membuat perhitungan dengan Sofi jika saja ia tidak mengingat kondisi Keyla.
"Lalu bagaimana dengan rambut Keyla." Tanya Nico.
"Itu atas permintaan Keyla sendiri. Saya sudah mencoba untuk membujuknya supaya tidak memangkas habis rambutnya tapi dia tetap kekeh. Dia sudah lelah melihat rambutnya yang semakin hari semakin menipis karena mengalami kerontokkan." Jawab suster Tasya sendu.
"Sus. Bisakah kami berempat melakukan tes kecocokan sumsum untuk Keyla." Tanya Feli lirih.
"Tentu saja bisa. Tapi melihat usia dari kalian bertiga yang masih di bawah umur meskipun cocok kita masih perlu surat persetujuan dari orang tua atau wali kalian." Jelas suster Tasya.
.
.
Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, Mereka berempat berkumpul di dalam ruangan dokter ferdi.
"Dari ke empat hasil pemeriksaan ini menunjukkan bahwa tidak ada yang memiliki kecocokkan sumsum dengan Keyla." Ucap dokter Ferdi sambil melihat wajah kecewa mereka berempat.
"Tapi saya kakak kandung Keyla dok." Protes Mahen.
"Meski pun anda kakak kandungnya itu tidak menjamin bahwa anda akan memiliki kecocokan dengan Keyla. Apa selain anda ada saudara lain yang bisa melakukan tes kecocokkan?" Tanya dokter Ferdi pada Mahen.
Mahen menghela nafasnya berat. "Meskipun ada tapi saya tidak yakin mereka mau melakukannya." Jawab Mahen lirih.