NovelToon NovelToon
PENGANTIN MERAH : KUTUKAN BUNGA MAWAR

PENGANTIN MERAH : KUTUKAN BUNGA MAWAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

Deskripsi:
Di sebuah ruang sunyi yang dihiasi mawar merah dan lilin-lilin berpendar redup, seorang pengantin dengan gaun merah darah duduk dalam keheningan yang mencekam. Wajahnya pucat, matanya mengeluarkan air mata darah, membawa kisah pilu yang tak terucap. Mawar-mawar di sekelilingnya adalah simbol cinta dan tragedi, setiap kelopaknya menandakan nyawa yang terenggut dalam ritual terlarang. Siapa dia? Dan mengapa ia terperangkap di antara cinta dan kutukan?

Ketika seorang pria pemberani tanpa sengaja memasuki dunia yang tak kasat mata ini, ia menyadari bahwa pengantin itu bukan hanya hantu yang mencari pembalasan, tetapi juga jiwa yang merindukan akhir dari penderitaannya. Namun, untuk membebaskannya, ia harus menghadapi kutukan yang telah berakar dalam selama berabad-abad.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22: PENUTUPAN KEBENARAN

Setelah ledakan cahaya yang menyilaukan, semua yang ada di sekitarnya terasa hening. Tidak ada suara, tidak ada gerakan. Hanya keheningan yang begitu dalam, seolah dunia ini sedang menunggu sesuatu yang lebih besar untuk terjadi.

Vera terbaring di altar, napasnya terengah-engah. Belatinya masih tertancap di kristal besar yang kini telah retak, cahaya merahnya yang suram perlahan memudar. Tubuhnya terasa lemah, namun hatinya dipenuhi dengan ketenangan yang aneh. Dia tahu, apa yang telah dia lakukan adalah jalan yang tak terhindarkan, meski terasa begitu berat.

"Vera..." suara Raka yang parau terdengar di belakangnya. Dia berlari menghampiri, namun kakinya yang lemah dan luka-lukanya yang semakin parah membuatnya terjatuh beberapa kali. Meskipun begitu, dia tak berhenti. "Vera, jangan!"

Namun Vera hanya bisa tersenyum samar, meski tubuhnya seolah tidak mampu lagi bergerak. "Aku... aku sudah melakukannya. Sudah saatnya..." suaranya begitu pelan, hampir seperti bisikan yang nyaris tak terdengar.

Raka berlutut di sampingnya, wajahnya penuh kecemasan dan ketakutan. "Tidak, Vera. Jangan tinggalkan aku. Aku... aku tidak bisa hidup tanpamu."

Namun Vera hanya menggenggam tangannya dengan lembut, meskipun kekuatannya hampir habis. "Raka... kamu akan baik-baik saja. Kamu harus hidup. Dunia ini masih butuhmu." Dia menarik napas dalam-dalam, matanya penuh dengan kedamaian yang sulit dijelaskan. "Aku sudah siap."

Di sekeliling mereka, bayangan gelap mulai menghilang, hilang begitu saja seiring dengan kehancuran kristal itu. Kegelapan yang selama ini membayangi dunia mereka mulai retak, seolah-olah seluruh alam semesta sedang menghirup udara segar setelah bertahun-tahun terperangkap dalam ketakutan.

Makhluk besar yang sebelumnya menakutkan itu kini tak terlihat lagi. Dunia ini mulai terbebas dari pengaruhnya, dan suara-suara alam yang semula terhenti karena kehadiran kegelapan perlahan kembali terdengar. Namun, meskipun dunia di sekitar mereka perlahan pulih, hati Raka terasa seperti hampa. Hatinya terasa tertinggal di suatu tempat yang jauh, tak mampu untuk menjangkau apa yang telah hilang.

Pria tua itu mendekat, langkahnya pelan namun penuh makna. "Kamu telah melakukannya, Vera. Kamu sudah memberikan pengorbanan terbesar untuk dunia ini."

Vera hanya bisa tersenyum, meskipun rasanya seperti ada sesuatu yang tak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata. "Aku... tidak punya pilihan. Ini satu-satunya cara agar semuanya berakhir."

Raka menggenggam tangannya dengan erat, mencoba menahan air matanya yang sudah tak bisa dibendung. "Aku tidak bisa... aku tidak bisa hidup tanpamu."

Pria tua itu menatap keduanya dengan pandangan yang penuh makna. "Kalian sudah melewati banyak hal bersama. Dan meskipun pengorbanan itu besar, dunia kalian tetap akan hidup. Tetapi ingat, setiap pengorbanan ada harga yang harus dibayar."

Vera menatapnya dengan lemah, namun matanya masih penuh dengan keteguhan. "Kegelapan itu... mungkin masih ada di luar sana. Tetapi aku tahu, kalian akan mampu menghadapinya. Aku yakin, kalian bisa."

Tiba-tiba, sebuah suara menggemuruh dari jauh. "Tidak... tidak ada yang boleh meninggalkan tempat ini."

Vera, Raka, dan pria tua itu menoleh dengan cepat. Dari kejauhan, muncul sosok yang sangat familiar—seorang pria tinggi dengan pakaian hitam yang tampak seperti bayangan hidup. "Aku tidak akan membiarkan kalian menghancurkan dunia ini begitu saja." Pria itu tertawa, namun tawa itu terdengar sangat menakutkan.

"Siapa kamu?" teriak Vera, mencoba untuk mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya untuk melawan.

Pria itu tersenyum jahat. "Aku adalah penjaga dari gerbang ini, dan aku akan memastikan bahwa tidak ada satu pun dari kalian yang bisa keluar hidup-hidup."

Raka, yang masih lemah, berdiri dengan penuh tekad. "Kau tidak bisa menghentikan kami. Kami sudah mengalahkan kegelapan itu. Tidak ada yang bisa menghalangi jalan kami."

Namun, pria itu hanya tertawa lebih keras. "Kalian salah. Kegelapan ini lebih kuat dari yang kalian bayangkan. Aku... adalah kegelapan itu sendiri."

Pria itu melangkah maju, dan tiba-tiba, seiring dengan gerakannya, gelombang energi hitam menyebar ke seluruh ruangan. Udara menjadi lebih tebal dan berat, dan kedalaman kegelapan itu semakin terasa, seperti menghisap mereka ke dalam jurang yang lebih dalam.

Vera mencoba berdiri, meski tubuhnya sangat lemah. "Kamu... siapa sebenarnya kamu?"

Pria itu mengangkat tangannya, dan sesaat, sebuah bayangan besar muncul dari belakangnya. Itu adalah sosok yang sangat gelap, sebuah entitas yang begitu besar dan kuat sehingga terasa seperti dunia ini bergetar di bawahnya. "Aku adalah sesuatu yang lebih tua dari kalian. Aku adalah kegelapan yang telah melahirkan segala ketakutan."

Namun, tiba-tiba, pria tua itu melangkah maju dan mengangkat kedua tangannya. "Kalian tidak mengerti. Kegelapan ini mungkin berasal dari awal dunia, tapi ada satu hal yang tidak bisa kalian halangi—cahaya sejati."

Cahaya yang kuat dan murni muncul dari tangan pria tua itu, menerangi seluruh ruangan dan memaksa bayangan itu mundur. "Kegelapan ini... akan berakhir."

Dalam sebuah ledakan cahaya, sosok gelap itu terhantam, dan entitas itu berteriak kesakitan, terlempar jauh ke dalam kegelapan yang semakin jauh menghilang. Suara itu menghilang, dan setelah sejenak, segala sesuatu menjadi tenang.

Namun, meskipun kegelapan itu telah lenyap, tidak ada yang bisa menggantikan kehilangan yang telah terjadi. Vera, yang telah memberikan pengorbanan terbesar, kini terbaring lemah. Raka berlutut di sampingnya, tangan mereka masih saling menggenggam.

Pria tua itu mendekat, wajahnya menunjukkan rasa haru. "Vera telah memberikan segalanya. Dunia ini akan tetap berjalan, berkat pengorbanannya."

Raka menatap Vera dengan penuh rasa cinta dan kehilangan. "Aku tidak akan melupakanmu. Tidak akan pernah."

Di luar gerbang yang telah tertutup, dunia perlahan kembali pulih. Matahari mulai terbit di ufuk timur, membawa harapan baru. Namun, di hati Raka, ada rasa yang lebih dalam, yang tidak akan pernah hilang. Sebuah kisah cinta yang harus berakhir dengan pengorbanan besar.

Tapi, setidaknya, dunia ini selamat.

Dan dia, dia akan terus hidup dengan kenangan Vera yang abadi.

1
Airin Livia
bagus. semangat thor! 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!