Fanya dipertemukan oleh dua laki-laki yang lebih muda darinya,benar-benar membuat hidupnya begitu berliku.Perjalanan asmara yang rumit tak lepas dari ketiganya.Bagaimana kisah selanjutnya?
Meski Lo mutusin buat pisah,satu hal yang harus Lo tau,gue kan tetap nunggu Lo.Sama seperti dulu,gue gak akan dengan mudah melepas Lo gitu aja,Fanya.Sekalipun nanti Lo bersama orang lain,gue akan pastiin pada akhirnya Lo akan tetap kembali bersama gue.Ingat ini Fanya,takdir Lo cuma buat gue,bukan untuk orang lain - Baskara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
lima belas
Fanya menyimpan ponselnya yang terasa panas di meja.Bagaimana tidak panas,Sagita meneleponnya lebih dari dua jam.Selama percakapan di telepon yang dia bicarakan selalu saja tentang bagaimana Alex menyatakan perasaan dan menjadikan gadis itu kekasihnya.Sagita juga mengucapkan terimakasih padanya karena sudah membuat Alex memberikan kepastian pada hubungan mereka.Sebagai gantinya Sagita akan mentraktirnya makan di restoran Jepang.
Fanya merebahkan dirinya di kasur,lalu ia memeluk tubuh Baskara yang sedang membaca jurnal.
"Udah selesai neleponnya?"tanya Baskara.
Fanya mengangguk sebagai jawaban."Telinga sama hp aku sampai panas dengerin cerita dia,"ujar Fanya sembari menggerakkan kepalanya mencari posisi nyaman di pelukan Baskara.
"Iya pasti panas kalian telepon lama banget,emang kakak cerita apa aja sama kamu?"
"Dia ditembak sama Alex,jadi sekarang mereka udah pacaran.Terus nanti malam mereka juga jadi datang ke Festival musik.Kita musti gimana dong?"
"Yaudah,gak apa-apa.Lagipula kampus sebelah itu besar.Nya,"ucapnya.
"Iya sih,tapi pasti ada kemungkinan kita ketemu,"ucap Fanya khawatir.
"Iya,kamu tenang aja kita ke sana gak cuma berdua kan?Ada temen-temen kamu juga."
Baskara memeluk Fanya, laki-laki itu memejamkan matanya karena merasa nyaman.Tak lama keduanya tidur dalam posisi saling memeluk.
__
Fanya menggerai rambutnya yang panjang,setelah itu ia mengoleskan make up tipis ke wajahnya.Fanya mengganti pakaiannya dengan T-shirt berwarna putih agak kelonggaran,bagian bawah kaos di masukan ke dalam celana jeans biru mudanya.Ia memakai sepatu Converse berwarna putih.setelah mengecek kembali penampilannya ia mengambil tas selempang di kasurnya.
Setelah semua siap,ia keluar dari kamarnya.Ketika membuka pintu,Baskara sudah rapih dan sekarang laki-laki itu sedang fokus pada ponselnya.
"Kamu dandannya kecantikan,itu rambutnya jangan di gerai gitu."
"Kenapa kalau rambut aku di gerai?"tanya Fanya.
"Kamu terlalu cantik kalau di gerai gitu.Aku gak mau nanti di sana kamu jadi pusat perhatian laki-laki lain,"ujar Baskara.
Fanya mengulum senyumnya,oh ternyata dia cemburu.
"Kalau begitu, kita gak usah pergi aja ya. Aku juga gak mau kamu jadi pusat perhatian perempuan lain.Kamu pikir kamu gak ganteng malam ini?"
"Eh?"
Fanya memang tidak berbohong, meskipun pria itu hanya mengenakan kaos hitam polos, celana jeans, dan sneaker putih. Namun, penampilannya tetap terlihat sangat tampan. Entah hanya Fanya atau perempuan lainnya yang merasakan hal yang sama, tetapi jika seorang pria mengenakan kaos hitam atau putih polos, mereka akan terlihat keren dan tampan.
Baskara berjalan ke arahnya sambil senyam-senyum.
"Jadi aku ganteng nih?" tanya Baskara sembari merangkulnya.
Fanya mengangguk,ia tidak bisa menyangkal jika laki-laki itu memang terlihat tampan."Cuma malam ini aja tapi."
"Rambut kamu diikat kaya biasa aja ya,kalau di gerai gini kemudian jadi keliatan cantik.Paati nanti banyak cowok-cowok yang lirik kamu,"ujar Baskara.
"Yaudah gak apa-apa, lagipula ada kamu yang jagain aku,"
Baskara menyeringai,ia lalu mengacak rambut Fanya sehingga rambut gadis itu jadi berantakan.
"Baskara!" teriak Fanya kesal.Ia sengaja mencatok rambutnya agar terlihat bagus ketika di gerai,tapi laki-laki itu malah sengaja mengacak rambutnya.
Laki-laki itu terkekeh."Sengaja biar rambutnya diikat."
Fanya mendengus,ia lalu mengeluarkan ikat rambut dari tasnya."Tolong iketin dong,yang rapih ya."
Tanpa protes, Baskara mengambil ikat rambut dari tangan Fanya.Baskara memutar tubuh Fanya agar membelakanginya,dengan lihai laki-laki itu mengumpulkan sedikit demi sedikit rambut panjang Fanya menjadi satu,setelah di rasa rapih,ia mengikat rambut itu.Ketika hampir selesai,mata Baskara berdalih pada leher putih Fanya.Laki-laki itu mendekatkan wajahnya dan mengecup leher Fanya dari belakang.
Fanya tersentak dengan apa yang dilakukan Baskara, jantungnya berdetak lebih cepat setalah laki-laki itu mengecup lehernya.
"Udah selesai,"ujar Baskara terdengar seolah tidak terjadi apa-apa.
"M-makasih",ujar Fanya terbata.
Baskara terkekeh,ia lalu menarik Fanya untuk segera berangkat.
Tepat pukul 7 malam,Fanya dan Baskara sudah sampai di kampus dimana Festival diadakan.Karena cukup ramai, mereka agak lama mencari tempat kosong untuk parkir.Akhirnya mereka mendapatkan tempat parkir, walaupun tempatnya agak jauh dari pintu masuk menuju lokasi acara.
Sebenarnya festival ini diadakan dari sore,tapi karena Haris bilang acara puncaknya ada pada malam hari.Jasi mereka memutuskan untuk datang ke sana pada malam harinya.Teman-teman Fanya sudah datang dari pukul enam.
Fanya berusaha menghubungi teman-temannya,tapi tak ada satupun yang mengangkat teleponnya.Wajar si,karena pasti di dalam sangat bising.Akhirnya Fanya menarik Baskara untuk masuk ke dalam.
Baru saja akan melangkah, seseorang memanggilnya dari belakang.Matanya terbelalak mendapati Sagita,Al dan Alex di belakangnya.Sontak ia melepaskan pegangan tangannya dari Baskara.
"Fanya? Kenapa gak ngasih tau gue kalau Lo datang ke sini juga?" tanya Sagita,lalu tatapannya beralih pada Baskara."Kalian kesini bareng?"
Fanya terdiam,ia bingung mau jawab apa.
"Kak, sebenarnya gue sama Fanya,,"
Ucapan Baskara terpotong oleh suara Al.
"Fanya janjian sama gue. Iya kan, Nya?",kata Al sambil berpindah tempat ke samping Fanya.
Fanya dan Baskara saling melirik lalu mereka menatap Al secara bersamaan.Bahkan bisa Fanya lihat Alex melihat mereka dengan tatapan bingung,namun laki-laki itu hanya diam saja.Al memicingkan matanya pada Fanya, laki-laki memberi isyarat padanya agar mengikuti rencananya.Saat itu juga Fanya sadar jika saat ini Al sedang menyelamatkannya dan Baskara.
"Iya,gue janjian sama Al di sini.Emangnya gue belum cerita sama Lo ya?"tanya ku sambil tertawa canggung.
Sagita sempat melirik ke arahnya dan Baskara, sedetik kemudian dia tersenyum menggodanya.
"Oh,janjian sama Al. Pantesan aja Lo sampai lupa gak ngasih tau gue,"ujar Sagita menaik turunkan alisnya.
Sekali lagi, Fanya hanya bisa tertawa canggung menanggapi ucapan Sagita.
"Kalau kamu, kesini sama siapa?" tanya Sagita pada Baskara.
"Temen,"jawab Baskara singkat dengan wajah dingin.
"Terus mereka sekarang kemana?"
"Temen-temennya ada di dalam,gue sama Baskara gak sengaja ketemu di toilet. Iya kan,Bas?" tanyanya sembari melihat Baskara dengan penuh harap.
Baskara meliriknya sekilas,lalu ia menghela napasnya.
"Iya."
"Jadi kita mau gabung apa gimana?" tanya Alex.
"Gabung aja,"ujar Sagita.
Fanya melirik ke arah Baskara. Tapi sekali lagi menyelamatkannya.
"Sebenarnya gue sama Fanya nonton nonton di depan. Tapi tadi Lo bilang gak mau desak-desakan."
"Oh,iya si gue malas desak-desakan",ucap Sagita meringis.
"Yaudah,kalau gitu kita pisah di sini aja ya,"ucap Alex sambil menggenggam tangan Sagita menjauh dari mereka.
Sagita melambaikan tangannya padaku,Al dan Baskara ketika mereka sudah menjauh.Setelah keberadaan Sagita tidak terlihat lagi,Fanya melirik Baskara dan Al.
"Al makasih banyak ya Lo udah nyelamatin gue sama Baskara.Sumpah,gue tadi panik banget."
"Iya,santai aja.Yaudah kalian nonton gih sana.Nanti gue bisa sendiri atau cari teman-teman yang lain,gue denger juga Haris dan yang lain ada di sini."
"Iya Haris sama yang lain ada di dalam.Tapi masa Lo udah bantuin gue,tapi akhirnya malah nonton sendirian," ujar Fanya tidak enak.
"Gak apa-apa,"ucap Al
Fanya mengigit bibirnya,ia lalu melirik ke arah Baskara yang sedari tadi diam saja.
"Lo nonton bareng kita aja ya,"ajak Fanya pada Al.
Fanya bisa merasakan tatapan tajam dari Baskara padanya,seolah laki-laki itu tidak setuju jika Al menonton bersama mereka.Tapi Fanya berusaha mengabaikannya,karena ia merasa tak enak dengan Al.Al sudah membantunya dan Baskara,mana mungkin ia meninggalkan laki-laki itu sendirian.
"Lo gak apa-apa kan kalau gue ikut?"tanya Al pada Baskara.
Fanya menatap Baskara dengan tatapan memohon.Baskara mendengus tapi pada akhirnya laki-laki itu mengangguk singkat.
"Yaudah,kalau begitu gue ikut kalian aja,"Al tersenyum padanya dan Baskara.
"Yaudah kita masuk yuk,"ajak Fanya pada keduanya .
Baskara berjalan di sebelah kirinya sambil memegang tangannya seolah ia takut jika terpisah, sedangkan Al berjalan di sebelah kanannya.
Suasana di dalam sangat ramai.Fanya sampai susah untuk berjalan karena saking banyaknya orang di sana.Baskara berjalan di paling depan sambil banggakan tangan Fanya dengan erat, dia membuka jalan untuk nya dan Al supaya bisa menonton angka di depan. Sedangkan berjalan di belakang sambil memegang bahunya.
"Di sini aja ya? Kalau ke depan lagi rame banget,"ujar Baskara setengah berteriak.
"Iya,"balas Fanya.
Baskara mengangguk lalu menarik tangannya agar berdiri di depan laki-laki itu.Dia berdiri di belakangnya dan merangkulnya dari belakang.Al sendiri berdiri di samping Baskara.
Beberapa jam kemudian,acara sudah selesai.Semua penonton yang ada di sana beriringan berjalan meninggalkan area acara.Kali ini Baskara kembali berjalan di depan sembari menuntunnya sedangkan Al berjalan di sampingnya.Fanya bisa merasakan,tangan Al berada di punggungnya. Memang tidak benar-benar kena mengenai punggungnya,Al menjaganya siapa tidak terdorong dari belakang.Fanya tersenyum pada Al ketika mata mereka tidak sengaja bertemu.
Setelah berada di luar teman-temannya Fanya sudah menunggu.Karena ditengah-tengah menonton Fanya mendapat pesan dari Kalista jika dia dan yang lain menunggu di depan pintu keluar.
Dafa yang pertama melihat Fanya, Baskara dan Al langsung melambaikan tangannya pada mereka.Melihat itu ketiganya segera menghampiri mereka.
"Loh ada Al juga?" tanya Kalista.
"Iya tadi ke sini bareng saudara gue,tapi dia bareng pacarnya.Terus gak sengaja ketemu mereka berdua jadi gue ikut aja,"ujar Al.
"Gimana? seru kan?"tanya Haris pada mereka semua.
"Seru banget, nanti kalau ada acara gini lagi ajakin gue lagi ya,"ujar Kalista.
Ditengah-tengah pembicaraan mereka, tiba-tiba ada dua orang perempuan menghampiri.
"Hai,Bas,"sapa gadis itu pada Baskara.
Fanya melirik ke arah gadis itu,lalu melihat ke arah Baskara dengan tatapan tanda tanya.
"Eh,iya,"jawab Baskara sembari tersenyum kikuk.
"Lo datang ke acara ini juga?",tanya gadis itu sembari melirik ke arah Fanya dan teman-temannya.
"Iya, Lo cuma berdua aja?", tanya Baskara.
"Iya, gue mau ajak Arkan, dianya gak mau katanya gak ada temennya,"jawab gadis itu.
"Oh,gitu"
"Seru banget ya acaranya, gue baru liat loh cowok yang lebih ganteng dari Lo,"ujar gadis itu kemudian ia terkekeh.
Baskara juga ikut tertawa menanggapi ucapan gadis itu."Bisa aja Lo."
"Yaudah Bas,gue sama Raina duluan ya, Bye,"gadis itu melambangkan tangannya pada Baskara lalu pergi menjauh.
Fanya memicingkan matanya,ia menatap Baskara seakan meminta penjelasan mengenai gadis tadi.
Baskara yang menyadari tatapan kekasihnya pun tersenyum kikuk. "Dia Raisa,kalau kamu mau tau."
Raisa? sepertinya dia pernah mendengar nama itu,tapi dimana?
"Oh,cewek yang Sagita bilang ketemuan sama kamu?"tanya Fanya ketika mengingat nama gadis itu.
Baskara mengangguk pelan.
Fanya menghela napasnya,entah kenapa ia merasa ada yang berbeda dari cara menatap gadis bernama Raisa itu pada kekasihnya. Fanya yakin jika Raisa menyukai Baskara.Jujur saja ia sedikit khawatir pada Raisa, bukan apa-apa tapi gadis itu terlihat cantik dan juga imut. Gadis itu juga seumuran dengan Baskara dan sudah pasti mereka sering bertemu di sekolah. Entah kenapa memikirkan hal itu ia jadi sedih sendiri,jika mereka sering bertemu ia takut jika Baskara akan berpaling darinya.
Al menyentuh tangan Fanya sambil menatapnya dengan mengangkat sebelah alisnya, seolah ingin bertanya apa yang terjadi. Fanya menggelengkan kepala dan tersenyum kecil. Al pun mengangguk padanya. Tanpa disadari oleh Fanya, sejak tadi Baskara ternyata memperhatikan interaksi antara dia dan Al.
Setelah lama mengobrol dan mengambil beberapa foto.Teman-temannya mengajak Fanya untuk makan malam,tapi ia menolak karena ia merasa tubuhnya begitu lelah.Baskara juga memilih pulang bersamanya.Keduanya berpisah dengan Al di parkiran.
"Fanya,gue duluan ya,"ujar Al sebelum melakukan mobilnya.
Fanya mengangguk dan tersenyum kecil.
"Tadi kenapa?"tanya Baskara ketika mereka sudah berada di jalan menuju apartemen Fanya, laki-laki itu bertanya tanpa sedikitpun menoleh ke arahnya.
"Kenapa apanya?"tanya Fanya bingung.
"Kamu tadi lirik-lirik aku,ada apa?"tanya Baskara lagi.
"Oh,,"Fanya mengigit bibir bawahnya.
Baskara meliriknya sebentar lalu kembali fokus ke depan.
"Sebenarnya aku mau bicara soal sikap kamu ke Al tadi."
"Memangnya kenapa dengan sikap aku?" tanya Baskara tak acuh.
"Kamu dingin banget sama Al,Padahal dia baik udah bantuin kita tadi."
"Perasaan biasa aja deh."
"Engga,kamu tadi jutek banget."
Baskara mendengus.
"Nya,aku gak suka kalau dia ikut-ikutan urusan kita,"ujar Baskara kesal.
"Dia gak bermaksud ikut campur, Bas."
"Dengan cara pura-pura janjian bareng kamu?dan lagi kamu kenapa iya-in ucapan dia si?Lagi kamu ngapain ajakin dia nonton bareng kita?harusnya kan kita nonton berdua aja,"ujar Baskara terlihat menahan amarah.
"Dia cuma bantuin kita supaya Sagita gak curiga.Tadi aku gak bisa cari alasan yang pas buat jawab pertanyaan Sagita. Harusnya kita ucapin terima kasih sama dia,bukannya malah jutekin dia. Dan aku ajakin dia karena ngerasa gak enak,dia udah bangun kita loh, masa dia ditinggal sendirian,"ujar Fanya menjelaskan.
Baskara tidak menjawab ucapannya.Untuk beberapa saat laki-laki itu tidak mengeluarkan suaranya.
"Tadinya aku mau bilang ke Sagita kalau kita emang pergi bareng ke sana,"ucap Baskara pelan.
"Hah?!"pekiknya sambil menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya.
"Emang nyatanya kita pergi bareng kan? Fanya jujur ya,aku masih gak paham sama kamu, kok sampai segitunya gak mau publikasiin hubungan kita, terutama ke Sagita,"ujar Baskara dengan nada keras.
"Bas, aku udah berkali-kali ngomong sama kamu tentang masalah ini, usia kita jauh beda dan itu masalahnya.Tunggu kamu lulus sekolah baru kita bisa publikasikan hubungan kita,"ucap Fanya.
"Pandangan orang emang lebih penting ya daripada aku,"ucap Baskara dengan nada mengejek.
Bibirnya bergetar dan tangannya mengepal,entahlah ia harus marah atau sedih mendengar ucapan Baskara tadi.
Tak lama setelah berbicara itu,mobil mereka berhenti di parkiran apartemen. Tanpa menunggu Baskara,Fanya membuka pintunya dan berjalan cepat ke dalam apartemen.