Terlahir dari keluarga broken home membuat Nirmala yang kerap dipanggil dengan Mala, sangat susah diatur oleh sang ibu sampai akhirnya dia di masukkan ke pesantren dengan harapan bisa membuatnya dapat berubah. Tetapi saat di dalam pesantren bukannya berubah, tetapi tingkahnya menjadi-jadi membuat guru-guru sampai gusnya pun pusing akan tingkahnya. Sampai suatu hari terjadi tragedi diantara keduanya, mereka terpaksa dinikahkan takut terjadi fitnah. Akankah Mala berubah sikap setelah menikah dengan gusnya atau malah semakin Badung ?. Yuk ! Baca Selengkapnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah Mayaddah f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Merayu Mala Untuk Kembali Ke Pondok
Sudah 3 minggu Gus Ahtar terus berusaha membujuk Mala buat kembali ke pondok. Segala cara ia lakukan agar Mala mau kembali ke pondok.
“Hoamm…. Jam berapa nih. Elah udah jam segini aja”
Mala bergegas bagun dan masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka. Kemudian iya memberanikan diri untuk keluar kamar.
“Bosen juga lama-lama ngurung diri di kamar kaya orang lagi sakit jiwa aku di pikir-pikir. Aku ajak main si moli ah dari pada bt”
Mala keluar kamar ia membawa kucing kesayangannya bermain di taman, kemudian gus Ahtar menghampiri Mala.
“Moli…. Ayo kita main. Kamu kangen gak sama aku moli ?, kamu pasti kangen aku moli secara kamukan udah lama gak aku gendong. Yu sini, maaf ya moli kamu gak aku bawa ke pondok waktu itu… ayo aku gendong”
Meong ….
“Ayo saynag kita main”
Saat Mala tengah asik mengajak ngobrol kucing kesayangannya gus Ahtar datang.
“Ekhemmm…. Kucingnya cantik banget sih kayak yang punya. Saya gak nyangka Mal kamu suka sama kucing”
“Ini gus nyebelin kenapa tiba-tiba bilang aku cantik, aku yakin diam au ngerayu biara akumau ikut dia ke pondok. Aku gak boleh baper. Mending aku kerjain dia” Mala berbicara dalam hatinya, Mala ngelempar kucingnyake tubuh gus Ahtar sampai membuat gus Ahtar kaget
“Kucing aku lepas”
“Astagfirulloh hal adzim, Mala bisa-bisanya yak amu bikin saya kaget”
“Bodo amat…. Bleee…. Emang enak rasain loh”
“Kucing manis diamlah dan tenanglah saya orang baik jangan ikuti majikan kamu yang gila itu”
Meong …
Kucing tersebut diam dengan tenag di pangkuan gus Ahtar
“Akhirnya nurut juga. Kucingnya manis, penurut lagi. Lah majikannya kenapa kaya orang gak waras ya”
Gus Ahtar masuk ke dalam rumah membawa kucing tersebut sambil geleng-geleng kepala. Kemudian iya membuntuti Mala kesana-kemari.
“Mau kemana Mala ?”
“Ya terserah akum au kemana juga, apa urusanmu”
“Tapi kan aku suamimu”
“Mau aku maafin atau gak ?”
“Ya mau lah”
“Jadi diem di sini makanya, aku mau jajan baso”
“Ya sudah aku diem disini tungguin kamu”
“Nah gitu dong, awas kalau kamu ngintilin aku bejek-bejek ya”
“Astagfirulloh. Sabar tar sabar”
Mala jajan ke depan. Niatnya mau beli bakso tapi pas di depan gerbang dia malah borong semua makanan yang di jual di sana.
Mala kembali ke rumah tanpa membawa jajanan, gus Ahtar merasa heran kenapa Mala gak bawa apa-apa.
“Katanya mau beli bakso kok gak jadi ?”
“Siapa yang gak jadi beli orang baksonya masih otw ke sini”
“otw ?”
“Heeem”
Tiba-tiba penjual yang dibeli Mala datang ke rumah, mereka membawa jajanan yang di pesen Mala.
Tok Tok Tok
“Permisi”
“Cari siapa kok rame-rame gini ?”
“Saya nganterin pesanannya neng mala mas”
“Kalau yang lainnya ?”
“Sama mas”
“Ya sudah biar saya bawa ke dalam”
“Tapi mas neng Mala belum membayarnya”
“Astagfirulloh, ya sudah antri biar saya yang bayar”
“Bakso 20 ribu mas”
“Cilok 5 ribu”
“Sosis 15 ribu”
“Pempek 15 ribu”
“cireng koin 10 ribu”
“Siomay 10 ribu”
“Es cendol 12 ribu”
“Seblak 25 ribu”
“Roti goreng 16 ribu”
“curot 20 ribu”
“Kwetiaw 20 ribu”
“Lailahaillalloh ini Mala gak salah borong semua jajan yang ada di depan”
Setelah semua penjual jajanan pulang gus Ahtar ngedumel sambil geleng-geleng kepala.
“Astagfirulloh, jajan sebanyak ini apa gak bakalan kekenyangan gitu”
Beberapa saat kemudian Mala menghampiri gus Ahtar.
“Gus”
“Apa ?”
“Jajanan aku udah di anterin belum ?”
“Tuh di meja”
“Akhirnya, makan makanan kesukaan ku. Btw udah di bayar belum gus ?”
“Udahlah masa belum”
“Makasih ya gus, nanti saya ganti”
“Sama-sama. Nda usah saya ikhlas beli apapun yang kamu mau itu sudah kewajiban aku”
“Serius gus ?”
“Iya”
“Makasih gus”
“Sama-sama. Kamu gak kangen ke pondok ?”
“kangen sih”
“Ayo kita pulng ke pondok”
“Tapi dengan satu syarat ?”
“Apa syaratnya ?”
“Kalau gus melakukan kesalahan aku gak bakalan memaafkan gus lagi sampai kapan pun”
“Aku janji gak bakalan ngulangin kesalahan lagi”
“Ya sudah besok kita pulang ke pondok”