NovelToon NovelToon
The King Final Sunset

The King Final Sunset

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Cintapertama / Poligami / Perperangan / Kultivasi Modern / Penyelamat
Popularitas:928
Nilai: 5
Nama Author: Mrs Dream Writer

Zharagi Hyugi, Raja ke VIII Dinasti Huang, terjebak di dalam pusara konflik perebutan tahta yang membuat Ratu Hwa gelap mata dan menuntutnya turun dari tahta setelah kelahiran Putera Mahkota.

Dia tak terima dengan kelahiran putera mahkota dari rahim Selir Agung Yi-Ang yang akan mengancam posisinya.

Perebutan tahta semakin pelik, saat para petinggi klan ikut mendukung Ratu Hwa untuk tidak menerima kelahiran Putera Mahkota.

Disaat yang bersamaan, perbatasan kerajaan bergejolak setelah sejumlah orang dinyatakan hilang.

Akankah Zharagi Hyugi, sebagai Raja ke VIII Dinasti Huang ini bisa mempertahankan kekuasaannya? Ataukah dia akan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs Dream Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kemenangan di Senja Terakhir

Zharagi memandang komandan yang sudah menunggu perintahnya dengan penuh harap. Suasana di ruang pertemuan itu terasa semakin berat, penuh dengan ketegangan yang hampir mencekik. Para komandan memandang Zharagi dengan penuh respek, namun ada juga keheranan di mata mereka. Mereka tahu bahwa meskipun perbatasan menjadi prioritas saat ini, ancaman yang jauh lebih besar berasal dari dalam kerajaan itu sendiri.

"Kita akan bergerak dengan hati-hati," kata Zharagi, suaranya tegas namun dipenuhi keraguan yang dalam. "Kirimkan unit pengintai terlebih dahulu untuk memastikan jumlah dan posisi musuh. Jangan bertindak terburu-buru. Kita harus tahu persis apa yang kita hadapi."

Komandan itu mengangguk, segera memberi instruksi kepada pasukannya. Sementara itu, Zharagi berbalik dan berjalan keluar dari ruang pertemuan, matanya terpaku pada horizon yang mulai gelap. Ia tahu bahwa meskipun ancaman fisik di perbatasan penting, ketegangan di istana jauh lebih membahayakan bagi stabilitas kerajaannya.

Setelah keluar dari markas, Zharagi bergegas menuju tenda pribadinya. Di sana, seorang kasim sudah menunggunya dengan informasi yang lebih mendalam mengenai keadaan di istana. Namun, di dalam hatinya, Zharagi tidak bisa menghindari pertanyaan besar yang terus mengganggu pikirannya—apakah pertempuran di perbatasan ini benar-benar merupakan bagian dari rencana Ratu Hwa untuk mengalihkan perhatiannya dari ancaman yang lebih besar?

Saat Zharagi memasuki tendanya, kasim tersebut segera menyerahkan laporan singkat mengenai situasi di Istana Selatan. "Yang Mulia, ada laporan tentang perubahan sikap Ratu Hwa. Beberapa petinggi istana mengatakan bahwa beliau tengah mempersiapkan sesuatu yang lebih besar. Informasi yang kami terima menunjukkan bahwa beliau mulai bergerak lebih aktif dalam urusan keluarga kerajaan, terutama terkait dengan Putera Mahkota."

Zharagi menatap kasim itu tajam. "Apa maksudnya dengan lebih aktif? Apa yang sedang dia rencanakan?"

Kasim itu menggelengkan kepala, "Kami belum memiliki informasi yang pasti, Yang Mulia, namun kami tahu bahwa Ratu Hwa telah mulai memperkenalkan kandidat untuk menjadi pengasuh resmi Putera Mahkota. Seseorang yang bisa menjaga hubungan erat dengan istana. Sejumlah pejabat sudah mulai mendukungnya."

Zharagi merasa jantungnya berdetak lebih cepat. "Jadi, dia tidak hanya mengincar Putera Mahkota, tetapi juga mencoba mengendalikan masa depan kerajaan melalui pengaruhnya terhadap sang anak?"

Kasim itu mengangguk pelan. "Begitulah, Yang Mulia. Ini adalah langkah yang sangat strategis."

Zharagi merenung sejenak. Dia menyadari bahwa meskipun dia sudah melakukan segala upaya untuk menjaga kestabilan kerajaan, kekuatan tersembunyi di balik Ratu Hwa terus berkembang. Jika dia tidak segera mengambil langkah tegas, masa depan kerajaan bisa saja jatuh ke tangan seseorang yang memiliki ambisi lebih besar daripada dirinya.

"Kita harus lebih hati-hati," kata Zharagi pada kasimnya. "Segera kirimkan pesan kepada pengikut setia di istana untuk terus memantau pergerakan Ratu Hwa. Kita tidak bisa membiarkan dia mendapatkan kendali penuh."

Namun, perasaan tak menentu itu tak bisa hilang. Zharagi merasa dikelilingi oleh bayang-bayang ancaman yang tak terlihat, baik dari perbatasan maupun dari dalam istana itu sendiri. Tentu saja, ada satu hal yang lebih mengganggu pikirannya—masalah warisan kekuasaan yang berkaitan dengan Putera Mahkota. Jika Ratu Hwa berhasil menguasai pengasuhan anak itu, maka kendali atas kerajaan akan semakin dekat dalam genggamannya.

Sementara itu, di kejauhan, di Istana Selatan, Ratu Hwa tetap bersiap dalam diam. Dengan persiapan yang matang, dia tahu betul bahwa waktu terus berjalan. Kekuatan ada di tangannya, dan seiring berjalannya waktu, Zharagi akan semakin sulit untuk menghindari ancamannya.

***

Hari kelima, medan perang sudah berubah menjadi lautan darah. Dapur api di segala penjuru memercikkan cahaya merah, melukis bayangan mengerikan di wajah para prajurit. Pasukan Zharagi telah bertempur tanpa henti, tapi meskipun tubuh mereka letih, semangat mereka masih menyala-nyala. Di barisan depan, Raja Zharagi berdiri dengan tegap, matanya tajam menatap musuh yang semakin terdesak.

"Ini harus menjadi senja terakhir," Zharagi bergumam pelan. Kuda perang yang dipilihnya, Phoenix melangkah mantap bersama dirinya, menghantarkan aroma darah dan debu ke udara. Pedang besar di tangannya bersinar samar dalam kegelapan, namun kilauannya tetap memancarkan aura kekuatan yang menggetarkan.

Lima hari pertempuran tak mengurangi keteguhan hatinya. Pasukan musuh semakin tersudut, namun Zharagi tahu, mereka masih menunggu kesempatan terakhir. Tiba-tiba, dengan suara gemuruh, komandan utama musuh muncul, diikuti puluhan prajurit elit mereka. Di tengah asap pertempuran, lelaki tinggi besar itu menatap Zharagi dengan tatapan penuh kebencian.

"Kamu mengira ini sudah berakhir, Raja Zharagi?" komandan musuh berteriak. "Kami tidak akan kalah begitu saja!"

Zharagi memandangnya dengan tatapan tenang. "Tidak ada pilihan lain. Kalian harus menyerah," jawabnya dengan suara penuh otoritas.

Dengan suara memekik, pasukan musuh menyerbu, mengayunkan senjata mereka dengan segala kekuatan. Zharagi, dengan langkah cepat dan lincah, menyambut serangan itu. Pedangnya menari di udara, memotong, menangkis, dan membalas dengan serangan yang mematikan. Setiap gerakannya terhitung presisi, menandakan bahwa bukan hanya keberanian yang mendorongnya, tetapi juga pengalaman panjang dalam peperangan.

Saat musuh berusaha menyatukan kekuatan untuk menghancurkan formasi pasukan Zharagi, Raja Zharagi menyadari titik kelemahan dalam barisan mereka. "Serang dari sisi kanan!" perintahnya keras. Pasukannya, yang telah menunggu momen ini, langsung bergerak cepat, menyergap sisi lawan dengan kekuatan penuh.

Seorang prajurit muda mendekat, "Yang Mulia, kami telah memukul mundur mereka, hanya sedikit lagi!"

Zharagi hanya mengangguk, namun matanya tetap tajam. "Bersiap, ini akan segera berakhir."

Komandan musuh yang melihat pasukannya mulai terpecah, berusaha menahan serangan dengan melancarkan serangan terakhir yang brutal. Dia menantang Zharagi langsung, "Mati, Zharagi!" teriaknya, pedang besar terangkat tinggi.

Zharagi tidak gentar. Dengan satu gerakan yang cepat dan terlatih, ia menyentuh bagian sisi tubuh lawannya. Pedangnya berkilat, menembus perlindungan prajurit musuh dan menghantam jantungnya. Komandan musuh terhuyung mundur, darah mengalir dari tubuhnya, dan tubuh besar itu terjatuh dengan gemuruh.

Dengan melihat jatuhnya komandan mereka, sisa pasukan musuh mulai panik. "Kalian tidak bisa menang!" teriak Zharagi dengan suara menggema, "Menyerahlah atau kalian akan mati sia-sia!"

Tak lama kemudian, pasukan musuh yang tersisa mulai mundur. Mereka yang berani tetap berdiri, kini merasa putus asa. Dalam sekejap, mereka menyadari bahwa perlawanan mereka telah hancur. Pasukan Zharagi, meskipun kelelahan, bersorak kemenangan. Medan perang yang sebelumnya penuh dengan pertempuran hebat kini mulai terhenti.

Zharagi memandang ke sekeliling medan perang yang sunyi. Banyak yang terluka dan mati, namun kemenangan ini adalah hasil dari strategi dan keteguhan hati. Namun, saat sorak kemenangan terdengar, Zharagi merasakan ada yang kosong di dalam hatinya.

"Kemenangan ini seharusnya membawa kebahagiaan," bisiknya, matanya tajam menatap horizon yang jauh, "Ada lebih banyak yang perlu dilakukan."

Dengan langkah berat, Zharagi menuju kemah komando. Debu pertempuran menempel di tubuhnya, pedangnya masih menggantung dengan darah segar. Tentara-tentara yang berhasil selamat mendekat dengan penuh hormat, memberi hormat kepada rajanya yang telah memimpin mereka menuju kemenangan.

"Yang Mulia," ujar Jarek, komandan pasukan Zharagi, yang mendekat dengan senyum penuh kebanggaan, "Kemenangan ini akan dikenang sepanjang masa."

Zharagi hanya mengangguk singkat, matanya masih jauh, tidak fokus pada sorak-sorai kemenangan. "Ini baru awal. Kita harus kembali ke istana," jawabnya dengan tegas. "Ada urusan yang lebih penting yang menunggu."

Jarek tampak heran, namun memahami tekad di balik kata-kata Zharagi. "Yang Mulia... apakah itu berarti ancaman dari dalam istana sudah dimulai?"

Zharagi menghela napas. "Jarak kita dari medan perang tidak akan mengurangi bahaya yang datang. Kita harus bersiap menghadapi mereka yang menunggu di sana."

1
MDW
terimakasih
MDW
bentar lagi nih
Ahmad Fahri
Gimana nih thor, update-nya kapan dong?
Mưa buồn
Ceritanya bikin nagih dan gak bisa berhenti baca.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!