Dewasa 🌶
Hasha, putri bungsu keluarga Drake dijebak oleh temannya sendiri. Ia hampir diperkosa oleh laki-laki hidung belang. Namun malam itu, seorang pria dari masa lalunya tiba-tiba muncul menyelamatkannya dari laki-laki hidung belang tersebut.
Namun seperti kata pepatah, lolos dari lubang buaya, masuk ke lubang singa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Coba saja kalau berani minum
"Duduk di sini," Flynn menarik Hasha dan menyuruhnya duduk di kursi kosong sebelah Zayn. Lira hampir duduk di situ namun niatnya terhenti ketika Flynn membuat adiknya menempati kursi itu. Wanita itu merasa cukup kecewa sih karena tidak bisa duduk dekat laki-laki pujaannya, namun ia tetap pura-pura tersenyum.
"Kenapa si Flynn selalu bawa adiknya sih?" bisik Elis di telinga Lira. Ia sebenarnya tidak terlalu suka adiknya Flynn itu selalu mengikuti kakaknya kemana-mana, kayak tuh perempuan tidak ada teman lain saja.
"Kenapa dengannya? Wajahnya sudah seperti babi kecil saja." Zayn bertanya pada Flynn dengan dagu menunjuk ke Hasha. Bahkan sengaja meledek gadis itu. Ia ingin lihat reaksi kesalnya.
Flynn dan yang lain tertawa.
"Kamu dibilang babi kecil dedek, bhahaha." wajah Hasha memerah karena kesal. Enak saja dikatain babi. Wajahnya secantik ini juga.
Laki-laki sialan. Kalau saja dia tidak ingat laki-laki ini sangat berbahaya dan harus dijauhi, pasti Hasha sudah mencakar wajah tampannya. Dia bikin jelek biar perempuan- perempuan di luar sana nggak suka lagi sama pria itu.
"Mas bartender, kasih aku minuman yang itu!" Hasha berseru kuat pada laki-laki yang berdiri tak jauh di depan mereka sambil menunjuk botol Whisky yang berbaris rapi di tempatnya.
Wajah Flynn langsung berubah, terutama Zayn.
"Kamu abang ijinin ikut ke sini bukan buat minum-minum ya." ucap Flynn.
"Ih, abang kok suka ngatur-ngatur sih? Aku udah gede. Terserah dong mau minum apa nggak, lagian aku belum pernah minum alkohol. Apa salahnya di coba sesekali." celetuk Hasha.
"Nah bener tuh." Wonho yang duduk paling ujung angkat suara dan langsung mendapatkan tatapan mematikan dari Flynn.
"Becanda, heheh." kata pria itu lagi menyengir lebar.
"Jadi minumannya bagaimana?" si bartender bertanya.
"Kalian menjual minuman tak beralkohol juga? Adikku tidak bisa minum alkohol." tanya Flynn.
"Memangnya kau mau pesan apa?" Douglas mewakili orang kerjanya bertanya.
"Jeruk hangat." seperti Douglas yang mewakili menjawab orang kerjanya, Zayn juga mewakili Flynn menjawab.
Douglas pun memberi isyarat ke si bartender dengan matanya.
Sedang Hasha tampak keberatan. Alkohol yang pengen dia minum malah diganti dengan air jeruk, sudah begitu air jeruknya hangat pula. Ya ampun, dia bisa darah tinggi kalau lama-lama berada di sini.
"Bang, aku nggak pengen minum air jeruk. Ijinin minum yang itu ya segelas aja."
"Tidak bisa Hasha, kamu dilarang minum minuman keras. " bukan Flynn yang bicara, tapi Zayn.
Nada bicaranya tegas dan tak bisa dibantah. Hasha langsung terdiam. Flynn di sebelah wanita itu menahan tawa. Wonho juga. Hanya Elis dan Lira yang keliatan kurang senang. Karena semua perhatian tertuju kepada Hasha.
"Tuh dengar, masa depan kamu sendiri yang ngelarang." tandasnya.
Hasha mendelik tajam pada sang kakak. Masa depan? Hihh, jangan sampai. Ia merinding kalau sampai Zayn yang jadi suaminya, walaupun keduanya sudah melakukan one night stand.
Di samping kiri Zayn, Douglas penasaran siapa sebenarnya sosok perempuan yang terus di lirik oleh Zayn itu. Saat awal muncul tadi, Zayn terus memperhatikannya. Cantik? Jangan ditanya lagi. Wajahnya sangat manis dan imut. Douglas bahkan mengira gadis itu masih anak SMA. Di dukung dengan larangan Zayn dan laki-laki yang gadis itu panggil abang.
Anak SMA?
Douglas baru menyadari kalau club-nya ini tidak untuk anak remaja yang belum cukup umur.
"Siapa namamu tadi?" Douglas menatap Flynn, ia belum tahu nama Flynn itu sebabnya ia bertanya.
"Flynn," sahut Flynn.
"Gadis itu adikmu?" tanya Douglas lagi. Pertanyaannya membuat Zayn ikut menoleh, penasaran kenapa laki-laki itu bertanya tentang Hasha.
"Ya, dia adik kandungku. Kenapa?"
"Kau tahu club-ku ini adalah sebuah club legal yang tidak memperbolehkan anak di bawah umur masuk bukan?"
Hening sebentar, lalu Flynn dan Wonho bertatapan dan tertawa. Zayn tersenyum Hasha. Douglas yang bertanya dibuat kebingungan. Memangnya apa yang lucu dari pertanyaannya?
"Tuan, memangnya anda buta? Apa aku terlihat seperti anak kecil di mata anda?" Hasha berkacak pinggang menatap Douglas. Douglas menganggukkan kepala.
"Dengar baik-baik ya, aku Hasha adalah wanita dewasa berumur 23 tahun!"
Douglas berkedip-kedip. Masih sulit percaya kalau gadis itu sudah dua puluh tiga tahun. Ia menatap Zayn,
"Benar katanya?"
"Ya ampun, apa aku perlu menunjukkan tanda pengenalku pada anda?"
Kali ini Douglas tertawa.
"Tidak usah, aku percaya sekarang." ucapnya kemudian.
Hasha menghembuskan nafasnya sebal. Pandangannya jatuh pada sloki kecil berisi alkohol yang ada di depan kakaknya. Mata Hasha berbinar seketika. Kakaknya sekarang sibuk berbincang-bincang dengan kak Wonho dan Zayn, ia pun mencari kesempatan saat mereka sedang sibuk ngobrol.
Tangannya bergerak perlahan untuk menggapai gelas sloki itu. Kakaknya belum sadar sama sekali bahkan pada saat ia berhasil meraih benda berisi minuman beralkohol tersebut. Lira sudah lihat sebenarnya tapi dia terlalu tidak peduli. Buat apa peduli sama perempuan manja itu? Bikin habis waktu saja.
Ketika Hasha berhasil dan hendak meminum alkohol itu, Zayn sudah merebutnya lebih dulu. Ternyata pria itu mengamatinya dari tadi. Keduanya saling menatap. Tatapan Zayn tajam dan sangat mengintimidasi hingga membangkitkan ketakutan Hasha. Wanita itu menelan saliva. Bahkan hanya dengan tatapan pria itu sanggup membuatnya tak berkutik.
"Coba saja kalau berani minum," bisik Zayn pelan di telinganya.
"Hasha, kamu itu bener-bener ya." Flynn menoyor kepala Hasha saking gemasnya. Hasha sendiri memeletkan lidahnya ke sang kakak.
"Hasha pengen pulang," ucapnya kemudian. Flynn memutar bola matanya malas.
"Hasha pengen pulang abaangg ..." kali ini ia merengek manja memeluk lengan Flynn.
Wanita itu manja sekali kalau sama semua anggota keluarganya. Makhlum, dia anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan, makanya kalau sama keluarganya manjanya gak ketulungan.
"Iya-iya. Abang anterin kamu pulang sekarang." akhirnya Flynn gak tega juga.
"Kalian semua bersenang-senanglah, adik kecilku ini kalau sudah rewel bisa bikin pusing. Kami pulang dulu ya." kata Flynn pada teman-temannya.
"Dada bang Wonho," Hasha melambai ke Wonho, hanya ke pria itu hingga membangkitkan rasa cemburu Zayn.
"Pamitan ke babang Zayn kamu juga sana."
Raut wajah Hasha langsung berubah. Tapi tetap patuh.
"Bang Zayn Hasha pamit pulang," Hasha melambai takut-takut ke Zayn. Bibir pria itu melengkung.
"Sampai rumah langsung tidur, jangan main hape." kata pria itu dengan nada tegasnya. Lira tidak senang melihat Zayn yang tampak peduli pada adiknya Flynn itu.
"Tuh dengerin." ujar Flynn.
Hasha hanya mengerucutkan bibirnya.
punya sahabatpun mau diembat.
cari yg lain...
disitu ada ulat lagi...nita