NovelToon NovelToon
Pernikahan Di Atas Skandal

Pernikahan Di Atas Skandal

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Selingkuh / Cinta Terlarang / Nikah Kontrak / Pelakor / Pelakor jahat
Popularitas:48.9k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Btari harus menjalani pernikahan kontrak setelah ia menyetujui kerja sama dengan Albarra Raditya Nugraha, musuhnya semasa SMA. Albarra membutuhkan perempuan untuk menjadi istru sewaan sementara Btari membutuhkan seseorang untuk menjadi donatur tetap di panti asuhan tempatnya mengajar.
Sebenarnya Btari ragu menerima, karena hal ini sangat bertolak belakang dengan prinsip hidupnya. Apalagi Btari menikah hanya untuk menutupi skandal Barra dengan model papan atas, Nadea Vanessa yang juga adalah perempuan bersuami.
Perdebatan selalu menghiasi Btari dan Barra, dari mulai persiapan pernikahan hingga kehidupan mereka menjadi suami-istri. Lantas, bagaimanakah kelanjutan hubungan kedua manusia ini?
Bagaimana jika keduanya merasa nyaman dengan kehadiran masing-masing?
Hingga peran Nadea yang sangat penting dalam hubungan mereka.
Ini kisah tentang dua anak manusia yang berusaha menyangkal perasaan masing

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DIA ISTRIKU

Hari itu, suasana kantor Barra terasa lebih tegang dari biasanya. Setelah ia mengantarkan Btari pulang dan langsung meeting, kini ia baru saja selesai meeting ketika pintu ruangannya diketuk keras. Tanpa menunggu jawaban, pintu terbuka, dan Shaka berdiri di ambang pintu dengan ekspresi serius.

Barra menatap kakak sulungnya itu dengan serius. "Ada apa tiba-tiba datang ke sini?" Tanya Barra.

Shaka menutup pintu dengan sedikit kasar, melangkah mendekati meja Barra.

"Aku harus memastikan sesuatu, Barra. Beberapa hari yang lalu, aku melihatmu dengan Nadea di kafe. Dan kalau mataku nggak salah, kalian terlihat mesra." Ujar Shaka dengan emosi.

Barra tersentak. Ia cemas karena Shaka sampai tahu. Lalu Barra berusaha tenang, ia menghela napas, menyandarkan punggung ke kursinya.

"Itu bukan seperti yang kamu pikirkan." Jawab Barra tenang. "Bisa saja Mas salah lihat."

Shaka menyipitkan mata "Lalu seperti apa? Kamu sudah menikah, Barra. Apa kamu sadar bagaimana dampaknya kalau orang lain melihat apa yang aku lihat itu? Masih belum jera kamu atas apa yang terjadi beberapa bulan lalu?!" Bentak Shaka.

Barra menatap kakaknya, menimbang kata-kata yang harus ia keluarkan.

Barra berusaha tenang, "Hubunganku dan Nadea sudah lama putus. Kedekatan kami hanya gosip."

Shaka mengejek, "Oh ya? Kalau begitu, apa yang kemarin aku lihat itu? Ngobrol biasa? Pegangan tangan itu juga bagian dari obrolan?"

Barra terdiam sejenak. Ia tahu Shaka bukan tipe orang yang mudah dibohongi.

Shaka melanjutkan dengan nada lebih rendah, "Aku nggak tahu apa yang terjadi di antara kamu dan Btari, tapi aku berharap kamu nggak bermain api. Nama baik keluarga kita, kepercayaan orang tua dan Btari, perusahaan kita, semua bisa berantakan kalau kamu ketahuan macam-macam."

Barra mengepalkan tangannya di atas meja. "Iya, Mas. Aku sadar akan batasanku."

Shaka menatap tajam, "Aku harap begitu."

Shaka berdiri dan melangkah ke pintu, namun sebelum keluar, ia berbalik lagi.

Shaka dengan nada memperingatkan, "Dan satu hal lagi, Barra. Kalau kamu berani macam-macam, tidak hanya Btari yang akan membencimu. Keluargamu pun juga akan membencimu. Ingat, Mama dan Alea perempuan. Jangan sampai mereka mendapatkan tabur tuai atas perbuatanmu itu."

Pintu tertutup, meninggalkan Barra dalam diam. Ia menyandarkan kepalanya ke kursi, menatap langit-langit kantornya dengan frustrasi. Semakin kesini, semakin ia mulai mempertanyakan apa yang sebenarnya ia lakukan. Ia tahu hubungannya dengan Nadea tidak seharusnya berlanjut, tapi ia juga tidak bisa mengabaikan perasaannya. Dan di sisi lain, ada Btari. Perempuan yang semakin hari semakin mengusik pikirannya.

...****************...

Btari duduk di ruang tamu, sesekali menatap layar ponselnya. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tetapi Barra belum juga pulang. Pikirannya masih dipenuhi bayangan Adam yang terbaring di rumah sakit. Insiden kemarin begitu mendadak—lampu besar yang jatuh hampir mengenainya, tetapi Adam yang justru terluka.

Btari menggigit bibir bawahnya. Ia tidak bisa mengabaikan rasa bersalah yang muncul. Adam pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya, dan kini, melalui Satria ia mendengar bahwa hubungan Adam dan orang tuanya merenggang karena dirinya, membuat perasaannya semakin campur aduk.

Apalagi kini Satria masih banyak pekerjaan di kantor, menghandel sementara pekerjaan Adam membuat Adam hanya sendiri di rumah sakit. Dengan sungkan, Satria meminta Btari menjaga Adam sebentar. Karena saat ini hanya Btari yang bisa ia harapkan.

Pintu utama terbuka. Barra akhirnya tiba. Langkahnya terdengar berat, seolah ada beban yang ia bawa sejak sore tadi. Begitu masuk, matanya langsung menangkap sosok Btari yang duduk dengan wajah penuh kecemasan.

Barra melepas jasnya. Meletakkan tas kerjanya di sofa ruang keluarga. Sembari melepas kaos kakinya, ia menatap Btari dengan heran, "Kamu belum tidur?"

"Aku nunggu kamu pulang." Jawab Btari pelan.

Barra mengangkat alis, sedikit terkejut. Biasanya, Btari tidak terlalu peduli dengan jam kepulangannya.

"Kenapa? Ada yang mau dibicarakan?" Tanya Barra langsung. Apalagi melihat gesture tubuh Btari yang tidak setenang biasanya.

Btari ragu sejenak, tetapi akhirnya mengangguk. Ia menatap Barra, "Aku mau ke rumah sakit. Adam masih dirawat di sana, dan... Satria belum bisa balik untuk jaga dia."

Suasana langsung berubah dingin. Wajah Barra menegang, matanya menyipit tajam. "Jadi kamu mau ke sana malam-malam begini? Untuk menjaga teman lamamu itu?"

Btari menelan ludah, mencoba tetap tenang, "Bar, Adam terluka karena melindungiku. Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja. Lagipula hanya sampai Satria kembali."

Barra tidak rela. "Nggak, Bi. Ini sudah malam."

"Aku bisa naik taksi online. Aku janji akan segera pulang begitu Satria selesai dengan pekerjaanya."

Barra berjalan mendekat, tangannya dimasukkan ke saku celana, menatap Btari dengan sorot yang sulit ditebak. "Ada hubungan apa kamu dengan Adam, Bi? Kenapa kamu secemas ini? Kita bahkan sudah kesana tadi siang."

Btari terdiam. Ia tahu pertanyaan itu berbahaya, tetapi ia juga tidak mau berbohong.

"Dia temanku, Bar. Jujur, dulu hanya ia yang ada untukku pasca nenekku meninggal." Jawabnya pelan.

Barra terdiam sejenak. Rahangnya mengeras menahan emosi. "Apa ia sespesial itu?"

"Maksud kamu?"

Barra menatap Btari dengan intens. "Kamu nggak akan secemas ini kalau ia bukan orang spesial buat kamu. Cemas dan paniknya kamu ini nggak pernah aku lihat sebelumnya."?

Btari diam. Ia tidak ingin membuka cerita lamanya dengan Adam pada Barra.

"Aku merasa bersalah, Bar. Dia sampai terluka karena aku. Aku mohon, izinin aku sebentar saja."

Barra bersandar di dinding ruang tamu, pikirannya bercampur aduk. Hubungannya dengan Alina semakin rumit, apalagi setelah peringatan keras dari Shaka tadi siang. Sekarang, ia harus menghadapi fakta bahwa Btari ingin pergi ke rumah sakit untuk menjaga Adam—mantan tunangannya.

Btari masih berdiri di dekat meja, menunggu jawaban dari Barra. Matanya penuh harapan, tetapi juga kewaspadaan.

Barra menghembuskan napas berat, "Baiklah."

Btari sedikit terkejut. Ia mengira Barra akan menolaknya mentah-mentah. "Maksudnya?"

"Aku izinkan kamu ke rumah sakit. Tapi denganku." Jawab Barra dengan nada datar.

Btari terdiam sejenak. "Kamu mau ikut?"

"Kenapa? Ada masalah?" Tanya Barra dengan nada tidak suka.

Btari mengerutkan keningnya, "Kamu baru saja pulang kantor. Kamu butuh istirahat."

Barra menatap tajam "Dan aku hanya ingin memastikan istriku tidak berduaan dengan lelaki asing malam-malam begini."

Btari menghela napas panjang. Ia tahu Barra keras kepala, dan berdebat dengannya hanya akan membuang waktu.

"Baiklah. Kalau itu membuatmu tenang."

Tanpa berkata lagi, Barra mengambil kunci mobil dan berjalan menuju pintu. Btari mengikutinya dengan perasaan campur aduk.

Di dalam mobil, suasana terasa begitu dingin. Hujan masih rintik-rintik di luar, menciptakan suara samar di kaca jendela. Btari duduk diam, menatap jalanan.

Barra meliriknya sekilas sebelum kembali fokus pada kemudi.

"Apa dia masih penting buat kamu?" Tanya Barra tanpa menoleh pada Btari.

Btari mengerutkan dahi, lalu menoleh ke arah Barra. "Maksudmu?"

"Adam. Apa dia masih sepenting itu untukmu?"

Btari menatap ke depan lagi, berpikir sejenak sebelum menjawab. "Dia pernah menjadi seseorang yang penting dalam hidupku. Dan sekarang... aku melakukan ini hanya karena rasa terima kasihku." Jawab Btari. Padahal disudut hatinya, nama Adam belum sepenuhnya hilang.

Barra tidak menjawab. Ada sesuatu di dalam hatinya yang terasa mengganggu.

Sesampainya mereka di ruang rawat Adam, benar saja lelaki itu tampak kesusahan walaupun hanya sekedar mengambil minum di nakas. Beruntung Barra segera membantu lelaki itu. Sementara Btari hanya berdiri di belakang Barra.

Ruangan rumah sakit terasa sunyi. Hanya terdengar suara alat medis yang berbunyi pelan dan desiran angin dari AC. Btari tertidur di sofa kecil di sudut ruangan, tubuhnya sedikit meringkuk dengan nafas yang teratur. Wajahnya terlihat lelah, tetapi tetap damai dalam tidurnya.

Barra, yang duduk di kursi dekat ranjang pasien, mengalihkan pandangannya dari ponselnya. Matanya menangkap sesuatu yang membuat rahangnya mengeras—tatapan Adam.

Lelaki itu tidak sedang tidur. Ia menatap Btari dengan cara yang tidak disukai Barra. Penuh arti. Penuh perasaan. Seolah wanita itu masih miliknya.

"Berapa lama lagi kamu akan menatapnya seperti itu?" Tanya Barra dengan dingin.

Adam tersentak dari lamunannya, menoleh ke arah Barra. Seketika, ekspresinya berubah lebih tenang.

"Apa saya tidak boleh melihat seseorang yang pernah saya sayangi?"

"Dia istriku sekarang." Jawab Barra ketus.

Tatapan Adam sedikit meredup, tetapi ia tidak mundur. Ia tersenyum sinis.

"Saya tahu. Tapi saya juga tahu kalau kamu masih dekat dengan model itu."

Barra menegang, tetapi ia segera menutupi keterkejutannya dengan tawa pendek yang penuh sarkasme.

"Berhenti membual."

Adam masih tenang. "Aku melihat jelas bagaimana kamu dan model itu berjalan berdua ke rooftop saat acara. Kamu bahkan tidak ada di lokasi saat Btari hampir terluka. Satu lagi, kalian tidak seperti suami-istri pada umumnya."

Barra bersandar di kursinya, mencoba meredam emosi yang tiba-tiba membuncah.

"Jangan bersikap seolah kamu tahu semuanya. Berhenti memanfaatkan insiden ini untuk menarik simpati istriku."

Barra mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, menatap Adam dengan tajam.

Barra: "Btari adalah istriku. Aku tidak peduli bagaimana pernikahan ini dimulai, tapi sekarang dia adalah tanggung jawabku. Dan aku tidak suka melihat pria lain menatapnya seperti itu, apalagi pria dari masa lalunya."

Adam menghela napas, lalu mengalihkan pandangannya ke langit-langit.

"Aku tidak akan meminta Btari kembali, Barra. Namun aku akan menjaga Btari ketika kamu tidak bisa menjaganya. Aku akan mencintai Btari ketika suaminya sendiri tidak mencintainya." Ujarnya.

Barra berusaha menahan emosinya. "Jangan pernah bermimpi."

Adam terkekeh. "Aku pernah melepaskannya sekali. Jadi kalau ada kesempatan lagi, aku tidak akan melepaskannya lagi." Ucap Adam dengan serius.

Barra mengepal tangannya dengan penuh emosi. Ia seperti ingin memukul wajah itu. Tak lama kemudian, Satria datang.

Barra lega karena akhirnya mereka bisa pulang.

1
Yoyoh Rokayah
lanjut thor
Riyall Arieserra
up nyaa yg banyak thor
Yoyoh Rokayah
lanjut thor
Riyall Arieserra
up lgi thor
Yoyoh Rokayah
lanjut thor
Riyall Arieserra
up terus thor
Raisha Harahap
lanjut kk...di tunggu notif y😊
Edelweis Namira: Sudah yaaah
total 1 replies
Raisha Harahap
bagus
Bupoh
Mangkanya bar klo mau ketemuan sm nadae usahakan jgn hanya berdua biar gk ada salah paham
Edelweis Namira: Suka asal emang nih dia /Smile/
total 1 replies
Riyall Arieserra
lanjut Thor, up nyaa di rutinin dong
Edelweis Namira: Okee siap. Jangan lupa dukungannya ya
total 1 replies
Yoyoh Rokayah
lanjut thor
Edelweis Namira: Udaah yaah/Smile/
total 1 replies
muthia
be mampir tp maaf may tanya Maya sama Raka itu siapa ya🙏
muthia: oh, ia di maklumi soalnya br mampir cm bingung aja, semangat dan sehat selalu🙏
Edelweis Namira: Aah maaf kak. belum sempat direvisi. itu tokohku dicerita pf lain..maaf ya. banyak typo namanya
total 2 replies
Aisyah Ranni
Ahh pelaku tender bisa jadi Nadea dan gosip itu pelakunya Nadea juga
Indra wijaya: yahh kok cuma satu thor up nya lagi dong 😁😁
total 1 replies
Yoyoh Rokayah
lanjut thor
Edelweis Namira: Udah yaa. terima kasih like dan komennya
total 1 replies
Indra wijaya
suka banget sama ceritanya semoga penulis yah diberikan kesehatan selalu supaya rajin up nyah soalnya aku penasaran tau sama kelanjutan nyah
Edelweis Namira: Aamiin..makasih reader
total 1 replies
Indra wijaya
ahhh kapan sih jadi suami istri beneran nyah
Edelweis Namira: sabar ya. semua butuh proses
total 1 replies
Riyall Arieserra
up yang rutin dong torr, seru kali cerita nya
Yoyoh Rokayah
lanjut thor
Bupoh
Robek aja surat kontraknya bar biar btari percaya klo kamu serius
bagastama gaming
suka banget dengan interaksi interaksi manies mereka....pacaran setelah halal...walau awal pernikahan yang tidak indah..tapi lupakanlah..kalian harus bahagia..
Edelweis Namira: Pacaran setelah halal itu memang manis
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!