Benar kata peribahasa.
Kasih Sayang Ibu Sepanjang Masa, Kasih Sayang Anak Sepanjang Galah. Itu lah yang terjadi pada Bu Arum, Ibu dari tiga orang anak. Setelah kematian suami, ketiga anaknya malah tidak ada yang bersedia membawa Bu Arum untuk tinggal bersama mereka padahal kehidupan ketiganya lebih dari mampu untuk merawat Ibu mereka.
Sampai akhirnya Bu Arum dipertemukan kembali dengan pria di masa lalu, di masa-masa remaja dulu. Cinta bersemi meski di usia lanjut, apa Bu Arum akan menikah kembali di usianya yang sudah tak lagi muda saat ia begitu dicintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Semoga Tak Ada Penyesalan.
Sudah sebulan pernikahan Pak Agam dan Bu Arum terjalani, kedua lansia itu semakin romantis setiap harinya. Namun tak jarang, Pak Agam sering menjahili Bu Arum seperti saat-saat remaja dulu.
"Rum, aku bawa hadiah. Ini... buka ya."
Pak Agam baru saja pulang dari perusahaan, Ahmad sudah bekerja di perusahaan Ayah sambungnya itu sesuai kemampuan lelaki itu di bidang keuangan menjadi salah satu finance staff.
"Apa ini?" Bu Arum membuka paper bag, merogoh barang di dalamnya dengan dahi mengerenyit merasakan keanehan. Bu Arum menarik keluar benda tersebut, tiba-tiba ia berteriak seraya melempar barang di tangan yang ternyata adalah laba-laba mainan.
"MAS....!!" Bu Arum memukuul pundak suaminya dengan pukulan pelan. "Jahil banget sih! Kita bukan anak remaja lagi, Mas! Malu masih jail-jailan gini!"
"Hahahaha, saya baru inget... kamu takut laba-laba! Sini peluk, kaget ya."
Bu Arum pun memeluk suaminya, ingin sekali dia merengek layaknya gadis muda tapi dia malu apalagi ada si Mbok terkekeh menertawakan keromantisan kedua majikannya.
"Ini hadiah sebenarnya, buka." Ternyata di tangan Pak Agam ada satu lagi kantong, pantas saja sejak tadi Pak Agam menyembunyikan sebelah tangan di belakang.
"Enggak ah! Entar jantungan lagi." Bu Arum sedikit merajuk, biarlah kali ini dia terlihat seperti anak kecil.
"Maaf, ya. Abisnya aku kangen jailin kamu kayak dulu, sayang."
Bu Arum melepaskan diri dari pelukan suaminya, dia membuka kantong dan mengeluarkan kotak dari dalam seperti kotak perhiasan. Namun ternyata bukan perhiasan di dalamnya, tapi sebuah kunci mobil.
"Mobil kan hanya ada satu, Izy nggak suka mobil jadi dia punya 2 motor. Dulu ada mobil milik Almarhumah Mama nya Izy, tapi udah diminta Mita. Aku kasih mobil itu ke dia... karena itu emang milik kakaknya, maaf ya aku kasih mobil sama Mita. Tapi aku udah jujur sama kamu, Rum... kalau aku nggak ada perasaan apapun sama Mita."
"Kita udah pernah bahas masalah Mita, Mas. Aku nggak marah, lagipula hak Mas mau kasih mobil itu buat siapa kan."
"Waktu itu, Mita bilang ingin pakai mobil Mamanya Izy biar mobil kerawat sama dia... terus lama-lama dia sering datang kesini dengan alasan jenguk Izy. Aku nggak bisa melarang karena Izy emang keponakan nya. Tetapi, setelah hari dimana dia bicara melebihi batasannya... aku nggak pernah ketemu dia lagi."
"Apa para penjaga di gerbang itu, untuk jaga-jaga kalau sewaktu-waktu Mita datang mau gangguin kita?"
"Iya, Ahmad bicara sama aku kalau dia khawatir sama Mita. Apalagi Mita juga sering kirim pesan-pesan ancaman buat kamu, aku jadi cari penjaga buat jagain kamu."
"Mas! Hujan!" tiba-tiba Bu Arum malas membicarakan Mita, perasaannya selalu tak tenang karena ada wanita lain di sekitar suaminya.
Pak Agam pun melihat keluar rumah lewat jendela, benar saja hujan gerimis turun lalu membesar tapi tidak terlalu deras.
"Ikut aku, Rum." Pak Agam menyatukan jemari-jemari mereka berdua, menarik istrinya keluar dengan tarikan pelan. Keduanya pun sudah berdiri di bawah guyuran hujan.
"Mas! Basah ini! Kenapa malah ujan-ujanan!" teriak Bu Arum di balik aliran hujan yang sudah membasahi wajah dan seluruh tubuh.
"Ayo kita nostalgia, Rum! Dulu, kamu yang paling suka ujan-ujanan!"
"Sekarang kita udah tua, Mas! Masih muda aja dulu kita sakit, apalagi sekarang! Kamu tuh, ya! Ahahaha....!" tapi Bu Arum malah menikmatinya.
"Nah kan, kamu malah menyukainya! Nanti kita langsung minum obat terus peluk-pelukan biar tubuh anget! Dulu kan, abis ujan-ujanan... kita pulang ke rumah masing-masing, jadi nggak bisa pelukan halal kayak sekarang!"
Bu Arum tertawa, ada-ada saja suaminya itu. Hujan tidak terlalu deras, keduanya saling melepas tawa bahagia.
"Mas, dulu... sejak kapan Mas cinta aku?"
"Sejak kita ujan-ujanan seperti saat ini! Sekarang kamu mirip kayak remaja dulu, tertawa lepas... terlihat sangat cantik di mataku! Sekarang, kamu lebih cantik dari dulu!"
"Gombal! Aku udah tua, Mas! Wajahku udah banyak keriput!"
"Di mataku, kamu masih kayak dulu Rum begitu cantik dan manis! Nggak ada yang berubah!"
Romantisme itu terganggu dengan kedatangan mobil Mita diluar gerbang, penjaga yang berteduh dari hujan segera berlarian untuk berjaga-jaga.
Namun, apa yang terjadi? Mita menabrakkan mobilnya ke gerbang yang masih tertutup! Dasar wanita gila!
.
.
.
Ahmad sendiri ijin pulang ke kota istrinya, dia menjalani sidang terakhir dan resmi bercerai dari Astri.
"Mengenai anak kita, kamu boleh bawa dia! Kamu minta hak asuh anak, kan! Aku lagi hamil, anak Bang Dika. Jadi kamu boleh bawa Anin!"
"Astaghfirullah, kamu hamil diluar nikah! Ya sudah, saya bawa Anin! Mana dia?"
"Sebentar, kamu tunggu diluar aja." Astri pun masuk ke dalam rumah orang tuanya, dia sudah meminta orang tuanya agar merelakan cucu mereka dibawa Ahmad.
"Papa...!" gadis tiga tahun menggemaskan berlari dari dalam rumah dengan memeluk boneka labubu.
"Sayang nya Papa!"
Huff! Ahmad menggendong tubuh putrinya, dia menciumi wajah anaknya itu.
"Ini kopernya, di dalam ada semua barang-barang Anin."
Kedua orang tua Astri ikut keluar, mereka menangis karena akan berpisah dari cucunya. Mereka tak bersalah, bahkan saat tau anaknya selingkuh dari Ahmad mereka habis-habisan memarahi Astri.
"Mah, Pah. Ahmad pamit bawa Anin, kalau Mama sama Papa mau nengok Anin, boleh kok. Sekaligus, Ahmad mau minta maaf sebesar-besarnya... jika selama Ahmad jadi menantu Mama dan Papa ada banyak salah. Mungkin Ahmad nggak bisa jadi suami yang di idamkan Astri, dia mau jadi istri dari seorang Bos. Kemampuan Ahmad hanya sebatas pegawai biasa, tetapi... sekarang Ahmad sudah ikhlas. Semoga Astri bisa dinikahi Bos nya dan semua cita-cita Astri menjadi istri dari pria kaya terlaksana. Saya pergi, Assalamualaikum."
Orang tua Astri memeluk mantan menantunya sebelum akhirnya Ahmad pergi dengan membawa titel Duda dan putrinya untuk ia rawat.
Suatu hari nanti, semoga tak ada penyesalan darimu Astri!