Dyah permata baru saja menyelesaikan sekolahnya dia hanya berdua dengan adiknya yang berusia tujuh tahun. Dia pergi ke kota untuk mencari pekerjaan.
Bagaimana jika dia bertemu dengan anak perempuan yang berusia tiga tahun memanggilnya bunda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mutia al khairat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepulangan orangtua Azka
Mami Atika dan papi Ammar segera pulang setelah mendapat kabar dari bibi Sumi bahwa putranya masuk rumah sakit, saat ini mereka sudah dibandara di kota mereka.
" Papi ayo mami khawatir dengan Azka" kata Mami Atika, mereka menuju parkiran mencari supir untuk menjemput mereka.
" Mami tenanglah jika kamu seperti ini yang ada kamu jatuh sakit mam" kata Papi Ammar, melihat istrinya gelisah.
" Tapi mami khawatir pada Azka pi" sahut mami Atika. " Papi tahu mam disana ada Dyah dan Aquira yang menjaganya, nah itu supir ayo kita ke rumah sakit sekarang" kata Papi Ammar. Melihat supir menunggu mereka di lobi bandara.
Kemudian mereka menuju ke Alexanders Hospital, daddy sudah menghubungi Akbar bahwa mereka dalam perjalanan menuju runah sakit.
Alexanders Hospital
Dyah dan Aquira menemani Azka di ruang VVIP 1 saat ini Akbar sedang menerima panggilan dari tuan besar Alexanders.
kret pintu terbuka Akbar masuk terlihat Aquira tidur dalam pelukan Dyah dan Azka masih belum sadarkan diri dari obat bius.
" Nona Dyah" panggil Akbar, Dyah membuka matanya dan melihat Aquira tidur. " Maaf pak saya tertiduran" kata Dyah melihat Akbar duduk sebelahnya.
" Tidak apa nona saya mendapat kabar dari tuan besar bahwa mereka dalam perjalanan menuju kesini" kata Akbar.
Dyah menanggukan kepalanya dia melihat arlojinya ternyata dia telat melaksanakan sholat magrib, Dyah izin pada Akbar untuk sholat begitu pula dengan Akbar dia ingin ke kantin.
Dengan hati-hati Dyah memindahkan Aquira ke kasur sebelah Azka memang di sediakan oleh rumah sakit.
Tuan dan Nyonya Alexanders sudah tiba di Alexanders hospital, direktur runah sakit yang mengetahui kedatangan pemilik rumah sakut segera menemui mereka.
" Selamat malam tuan nyonya" kata Wandi, direktur Alexanders Hospital.
" Malam Dok dimana ruangan putraku? kata papi Ammar. " Tuan muda di VVIP 1, tuan" sahut Wandi.
Dokter Wandi memangil suster untuk mengantar mereka di ruangan Azka dirawat.
Ruang rawat Azka.
Selesai sholat magrib Dyah duduk di samping Aquira takut jika nanti rewel dan menanggu Azka sedang istrirahat.
" Nona" guman. Dyah, mengusap rambut Aquira. Dyah merasa kasihan melihatnya sejak tadi Aquira rewel.
" Papi, hiks hiks hiks" Aquira mnangis dalam tidurnya. " Aquira bangun sayang" Dyah khawatir dengan Aquira.
Aquira terbangun dan langsung memeluk Dyah. Bunda papi dimana? " Aquira melapas pelukannya.
Dyah tersenyum mengapus air mata Aquira. Aquira papi disana , Aquira ingin ke tempat papi" kata Dyah. Dyah menggendong Aquira dan membawanya ke tempat Azka.
" Bunda Ira ingin tidur bersama papi boleh" kata Aquira dengan gemesnya. Dyah tersenyum dan. mencium pipi tembennya.
" Tapi nona harus hati jangan membuat papi terbangun" kata Dyah. Aquira menanggukan kepalanya.
Dengan hati-hati Dyah mendudukan Aquira di sebelah kiri Azka karena tangan sebelahnya tepasang infus.
Aquira mencium pipi Azka kemudian dia memeluknya dengan tangan mungilnya, Dyah tersenyum dan kembali ke sofa.
Akbar kembali dari kantin dalam perjalansn ke ruang Azka dia bertemu orangtua Azka.
" Tuan, nyonya" kata Akbar. Papi Ammar menanggukan kepalanya mami Atika tersenyum.
" Mari tuan, nyonya kita ke rusngan tusn. muda" kats Azka, setelah mengucapkan terimasih pada suster bersedia mengantar mereka.
" Akbar gimana keadaannya?" papi Ammar. " Tuam muda demam tuan dan kekurangan cairan, mrmang beberapa hari ini tuan muda sangat sibuk di perusahaan hingga dia kurang istirahat" kata Akbar.
Mereka sudah sampai di ruang rawat Azka Akbar membuka pintu dan mempersilahkan merrka masuk. Mami Atika tersenyum melihat Dyah tertidur di sofa dan cucunya memeluk Azka.