Garis hidup Jossy Jeanette berubah seratus delapan puluh derajat ketika dia bertemu dengan Joshua, CEO tampan yang mendadak menjadi kekasihnya, akan tetapi hubungan mereka berdua harus disembunyikan dari siapapun sesuai permintaan sang CEO itu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Ungkapan Hati
Akhirnya Jossy Jeanette bisa bernafas lega ketika mengetahui orang-orang penagih hutang itu telah jauh tertinggal dari nya.
Jossy Jeanette berjalan beriringan bersama pria tampan yang mengaku diri nya sebagai Josua Maxim ke arah pintu luar Mall.
"Terimakasih aku ucapkan karena telah membantuku tadi dari mereka", kata Jossy malu-malu.
"Bukan masalah bagiku, menolong orang yang kesusahan, dan aku senang bisa membantumu", sahut pria tampan.
"Maaf, telah merepotkanku, tak seharusnya aku melibatkanmu dalam urusan ini", kata Jossy.
"Sudah aku katakan aku tidak mempermasalahkan hal itu, malah aku merasa bangga bisa berbuat baik", ucap pria tampan.
"Tapi aku merasa tidak enak padamu sebab aku, kamu mendapatkan masalah dengan para penagih hutang itu", kata Jossy sembari menyisir rambutnya yang menjuntai ke depan, ke arah belakang telinga.
"Apa kamu memang berhutang uang kepada mereka ?" tanya pria tampan.
Jossy menggeleng pelan.
"Aku tidak tahu menahu soal hutang piutang itu, tapi mereka tiba-tiba mencariku di tempatku kerja", sahut Jossy dengan pandangan tertunduk.
"Kenapa mereka mencarimu jika kamu tidak berhutang pada mereka ?" tanya pria tampan.
"Aku juga tidak tahu pastinya, mereka hanya berkata bahwa tanteku telah berhutang uang pada mereka tanpa aku tahu kebenaran nya", sahut Jossy.
"Apa mereka punya bukti tagihan hutang-piutang itu ?" tanya pria tampan.
"Mereka tidak menunjukkan nya kepadaku, sewaktu di toko parfum, tempatku bekerja, para penagih hutang memaksa masuk dan mencariku tanpa menunjukkan bukti hutang-piutang itu", sahut Jossy.
"Bagaimana mereka bisa mengejarmu ?" tanya pria tampan sambil menyaku tangan.
"Saat mereka datang ke toko parfum, tempatku bekerja di Mall ini, aku menolak membayar hutang ketika para penagih hutang itu memintaku paksa", sahut Jossy.
"Apa mereka menyeretmu keluar dari toko parfum ?" tanya pria tampan.
"Tidak, saat kejadian di toko parfum, aku bekerja, aku memilih diam sambil berbicara di balik meja etalase toko", sahut Jossya.
"Lalu kenapa kau lari ?" tanya pria tampan. "Bukankah di dalam toko parfum akan lebih aman dan terlindungi dari kejaran penagih hutang".
"Yah, memang lebih aman kalau aku tetap tinggal di dalam toko parfum, tapi sayang nya, toko parfum itu, bukan kepunyaanku", sahut Jossy seraya tertawa hambar.
Jossy melirik malu-malu ke arah pria tampan.
"Terpaksa aku harus keluar dari toko parfum karena staff toko memintaku agar aku keluar dari sana, dan staff tidak ingin ada kekacauan di dalam toko", kata Jossy lalu tersenyum tipis.
Jossy menunduk malu sembari terud berjalan ke arah pintu keluar Mall.
"Kesempatan itu lalu aku pergunakan, untuk melarikan diri dari para penagih hutang, karena aku memilih keluar lewat pintu samping toko parfum", lanjutnya.
"Rupanya kamu cukup cerdik juga, siapa namamu ?" tanya pria tampan.
"Jossy..., Jossy Jeanette...", sahut Jossy seraya tersenyum kembali.
"Nama yang indah sekali, kedengaran nya sungguh mengagumkan", kata pria tampan.
"Terimakasih atas pujian nya, baru pertama kali ini, ada orang yang memuji namaku", ucap Jossy.
"Oh, iya ?! Kalau begitu suatu keberuntungan bagiku bisa memuji dirimu, Jossy", kata pria tampan.
"Dan apa kamu bekerja disini juga, maksudku di Mall ini ?" tanya Jossy seraya menengadahkan pandangan nya ke arah pria tampan yang berjalan disampingnya.
"Ya, aku punya ruangan kerja tersendiri di Mall ini, setiap pagi atau sore, aku pasti menyempatkan diri, untuk mampir ke Mall karena ada yang harus aku periksa setiap harinya disini", sahut pria tampan.
"Kenapa tidak memakai jasa asisten pribadi atau seketaris saja, untuk membantu pekerjaanmu disini ?" tanya Jossy.
Jossy sesekali melirik ke arah pria tampan sembari terus waspada dari kejaran para penagih hutang yang bisa datang sewaktu-waktu.
"Tidak, aku tidak memakai jasa mereka sebab aku punya orang kepercayaan yang membantuku mengurus Mall ini, kalau aku pergi mendadak ke tempat lainnya", kata pria tampan.
"Oh, begitu, ya...", sahut Jossy.
"Setelah ini, apa yang akan kamu lakukan, tentunya saja, para penagih hutang pasti kembali mencarimu atau tantemu", kata pria tampan.
"Mungkin aku akan pindah kerja atau pindah kota bersama tanteku, menghidari kejaran mereka", ucap Jossy.
"Tidak berniat mencicil hutang sambil terus bekerja di Mall ini", kata pria tampan.
"Akan aku rundingkan hal ini dengan Zieya karena aku masih harus bertanya kepada nya masalah hutang-piutang ini, apa dia benar-benar berhutang atau tidak pada Alfa", ucap Jossy.
"Dimana kamu tinggal ?" tanya pria tampan.
"Di kawasan perumahan di blok utara dari pusat kota, lumayan jauh dari Mall, sehari-harinya, aku berjalan kaki kemari karena berhemat", sahut Jossy.
"Apa kamu pulang sendirian ?" tanya pria tampan.
"Ya, aku selalu pulang sendirian dan berangkat kerja juga sendirian", sahut Jossy.
"Tidak takut ? Pulang dari Mall selalu malam, apa tidak merasa khawatir jika berjalan kaki sendirian dari sini ?" tanya pria tampan.
"Bagaimana lagi, aku terpaksa berjalan kaki, lebih berhemat meski terkadang aku takut dan cemas kalau berjalan sendirian", sahut Jossy.
"Tidak ada yang mengganggu ?" kata pria tampan.
"Selama ini, tidak ada", sahut Jossy.
"Mulai dari sekarang ini, kamu tidak akan berjalan kaki lagi karena aku akan menjemput dan mengantarkanmu kerja", kata pria tampan.
"Oh, iya ?!" sahut Jossy lalu menoleh cepat ke arah pria tampan di sampingnya berjalan kaki.
"Ya, dan sekarang kamu tidak sendirian lagi, aku yang akan menemanimu", kata pria tampan.
Jossy Jeanette menghentikan langkah kaki nya seraya berdiri terdiam dengan pandangan tercengang, tak percaya.
"Apa kamu bersungguh-sungguh mengatakan hal itu, tuan Josua ?" tanya Jossy hampir tak berkedip.
"Yah, aku bersungguh-sungguh mengatakan nya", sahut pria tampan.
Pria tampan membalik badan nya lurus ke arah Jossy Jeanette lalu menatap nya serius.
Dipandanginya wajah Jossy seraya tersenyum simpul.
Jossy tertawa pelan sembari memalingkan muka nya sekilas ke arah lain lalu berkata kepada pria tampan.
"Kamu bercanda, ya...", kata Jossy seraya memandang kembali kepada pria itu.
"Tidak..., aku bersungguh-sunguh mengatakan nya dan aku tidak sedang bercanda padamu", ucap pria tampan.
"Kau ini ? Bagaimana bisa kamu berkata demikian ?" kata Jossy.
"Kita berpacaran...", sahut pria tampan.
Sesaat suasana berubah hening diantara mereka berdua, dan kedua nya saling berpandangan satu sama lain nya tanpa suara.
Jossy tertawa lirih kemudian melipat kedua tangan nya ke depan.
"Kau bisa saja, bercanda nya !" kata Jossy seraya menepuk keras dada pria tampan sembari tertawa renyah.
"Aku serius...", sahut pria tampan sembari menatap tajam ke arah Jossy Jeanette.
Pria itu menangkap tangan Jossy seraya menggenggam nya erat-erat.
"Apa ?!" kata Jossy bingung sembari terpaku diam.
"Kenapa ? Kamu keberatan dengan ucapanku ?" tanya pria tampan.
"Tapi...", sahut Jossy sembari menoleh ke arah lain nya.
Wajah Jossy Jeanette sontak merah padam karena tersipu malu.
"Aku tidak bisa...", kata Jossy.
Sejenak mereka saling terdiam.
"Aku menunggumu sampai kau siap menerimaku", ucap pria tampan.
"Aku tidak bisa...", sahut Jossy.
"Tetap aku akan menunggumu", kata pria tampan.
"Aku harus pergi", ucap Jossy.
Jossy Jeanette mengusap wajahnya sembari memalingkan muka.
"Aku akan mengantarmu", kata pria tampan dengan pandangan serius ke arah Jossy.
"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri", ucap Jossy.
"Jangan menolakku !" sahut pria tampan.
"Maaf..., tolong maafkan aku...", kata Jossy seraya berlalu pergi dari hadapan pria tampan.
"Jossy...", panggil pria tampan sembari menahan tangan Jossy Jeanette agar tidak pergi dari nya.
Jossy Jeanette segera menolehkan pandangan nya ke arah pria tampan, dan sekali lagi mereka saling berpandangan lekat serta sama-sama terdiam.