Dengan sebilah pedang di tangan, aku menantang takdir, bukan demi menjadi pahlawan tetapi agar terciptanya kedamaian.
Dengan sebilah pedang, aku menantang empat penjuru, langit dan bumi, menjadi tidak terkalahkan.
Dengan sebilah pedang, aku menjelma menjadi naga, menghabisi iblis, menyelamatkan kemanusiaan.
Dengan sebilah pedang, aku menemukan dunia dalam diri seseorang, menjaganya segenap kekuatanku, bersamanya selamanya.
Dengan sebilah pedang, kuukir sebuah legenda, tentang anak manusia menantang langit, legenda pendekar naga!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shujinkouron, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 31 – Perjalanan Dimulai
“Pada kehidupan sebelumnya aku hanya mendatangi Paviliun Pedang Perang beberapa kali dan tidak memperhatikan dengan teliti, tidak kusangka disini menyimpan beberapa senjata pusaka juga.”
Xiao Chen bergumam pelan sambil memandangi senjata yang tersimpan di tempat khusus. Memang di atas senjata bernama ada lagi senjata yang kualitasnya lebih tinggi, mereka disebut sebagai pusaka.
Pusaka memiliki banyak jenis misalnya senjata, baju pelindung dan lainnya. Mereka merupakan benda-benda yang dibuat dari bahan istimewa dan memiliki kemampuan tidak biasa bahkan kadang bersifat gaib.
Pusaka juga memiliki kelasnya masing-masing yaitu Pusaka Manusia, Pusaka Bumi dan Pusaka Langit. Diantara Pusaka Langit terdapat beberapa pusaka yang memiliki kekuatan luar biasa, merekalah yang disebut sebagai Tujuh Pusaka Penguasa Dunia.
Diyakini sebenarnya ada lebih dari Tujuh Pusaka Penguasa Dunia namun keberadaan pusaka setingkat ini tidak mudah ditemukan.
“Chen’er, Apa kau tidak puas dengan pedang yang kau dapatkan?” Fang An menyadari Xiao Chen memandangi pedang-pedang lain yang kualitasnya lebih bagus bahkan memandangi pusaka. Fang An tidak menduga Xiao Chen memiliki mata yang jeli dan bisa membedakan kualitas senjata pada usia yang begitu dini.
“Tidak Guru, Murid sangat puas…” Xiao Chen tersadar dari lamunannya, sambil tersenyum canggung dia berterima kasih atas hadiah Fang An.
Xiao Chen menyimpan pedangnya dengan baik, Fang An lalu mengajaknya ke Paviliun Pedang Muda. Keduanya bertemu Yue Lian dan melaporkan rencana keberangkatan mereka ke Ibukota.
“Chen’er, kau tumbuh menjadi pemuda yang begitu gagah, aku hampir tidak mengenalimu.” Yue Lian sedikit terpana sebelum tersenyum lembut pada Xiao Chen.
Xiao Chen mengaruk kepalanya, pada kehidupan sebelumnya dia dan Yue Lian cukup dekat karena Yue Lian mengajarkan begitu banyak hal padanya saat Xiao Chen bekerja di Paviliun Pedang Muda. Pada kehidupan kali ini, Xiao Chen belum bertemu Yue Lian lagi sejak hari dirinya bergabung dengan Lembah Seratus Pedang karena terus sibuk berlatih.
Yue Lian juga merasa sedikit aneh karena tidak terasa tiga tahun telah berlalu dan Xiao Chen tumbuh sangat cepat, terlihat jauh lebih dewasa dibanding anak seusianya. Yue Lian juga mengetahui sepak terjang Xiao Chen yang terkenal karena latihannya yang begitu berat selama setahun terakhir.
“Ini akan menjadi pertama kalinya Chen’er pergi berkelana sejak menjadi murid Lembah Seratus Pedang bukan? Kau harus kembali dengan selamat ya…” Yue Lian kemudian memberikan dua setel baju sekte pada Xiao Chen.
“Selama bersama Guru, tidak akan ada yang bisa mencelakaiku.” Kata Xiao Chen dengan yakin.
Fang An hanya tersenyum menanggapi pernyataan Xiao Chen. Memang tiga tahun terakhir Fang An tidak banyak kemajuan terhadap tenaga dalamnya namun kemampuan pedangnya meningkat cukup pesat terutama selama sebulan terakhir saat menurunkan ilmu pedang pada Xiao Chen.
Keesokan paginya, tepat saat matahari terbit Fang An dan Xiao Chen meninggalkan Lembah Seratus Pedang. Xiao Chen memandang Lembah Seratus Pedang cukup lama, setelah tiga tahun akhirnya dia meninggalkan tempat tersebut.
Pada kehidupan sebelumnya, Xiao Chen pertama kali meninggalkan Lembah Seratus Pedang adalah saat berusia 19 tahun. Kali ini, dia sebelas tahun lebih cepat bahkan kekuatan yang dia miliki lebih besar daripada dirinya yang berumur 19 tahun di masa lalu.
“Chen’er, Kenapa kau membawa bungkusan yang begitu besar?” Fang An sebenarnya ingin bertanya sejak melihat Xiao Chen membawa buntalan yang sangat besar di pundaknya. Sejauh yang Fang An ketahui, Xiao Chen tidak memiliki banyak barang.
Xiao Chen hanya tersenyum canggung dan mengatakan dia membawa kebutuhannya, tentu saja bungkusan besar yang dibawanya berisi Ginseng Air yang cukup untuk kebutuhannya selama lebih dari setahun. Xiao Chen berpikir ada kemungkinan keduanya harus tinggal di Ibukota sampai perebutan tahta selesai.
Fang An tidak bertanya lebih jauh setelah itu tetapi dia melihat Xiao Chen juga membawa gelang giok yang diberikan Yin Xuehua padanya. Gelang tersebut disimpan Xiao Chen dalam jubahnya.
Keduanya mengenakan sebuah jubah berwarna ungu dengan motif pedang diseluruh jubah mereka, menunjukan mereka berasal dari Lembah Seratus Pedang. Sebelumnya pakaian sekte mereka tidak begitu menarik perhatian tetapi semenjak Jiang Kun menjabat menjadi ketua sekte, dia membuat seragam sekte seperti ini.
Fang An lebih senang memakai jubahnya sendiri saat berpergian namun karena kali ini dia membawa Xiao Chen untuk mencari pengalaman di dunia luar, dia juga memakai seragam Lembah Seratus Pedang menemani Xiao Chen sekaligus menunjukan identitas keduanya.
Beberapa hari berlalu, perjalanan keduanya bisa dibilang tanpa hambatan. Jarak antara Ibukota dan Lembah Seratus Pedang sangat jauh sehingga Fang An dan Xiao Chen menempuh perjalanan dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh.
Fang An ingin menggunakan kesempatan ini untuk membiarkan Xiao Chen lebih terbiasa menggunakan ilmu meringankan tubuh. Fang An hanya bisa terpana ketika mengetahui Xiao Chen memiliki stamina yang begitu besar, dia mampu berlari tanpa henti selama beberapa jam dan juga tidak kelelahan.
Biarpun dalam perjalanan, Xiao Chen juga tetap rutin mengkonsumsi Ginseng Air ketika kondisinya memungkinkan. Xiao Chen tidak melupakan keinginannya mencapai Tulang Harimau Besi sebelum usia 10 tahun karena itu dirinya tidak bermalas-malasan.
“Jika kita mempertahankan kecepatan ini maka dalam waktu dekat kita akan memasuki jalan utama…” kata Fang An.
Memang setelah meninggalkan Lembah Seratus Pedang, Fang An mengambil jalur paling pendek ke Ibukota sehingga keduanya berlari melewati padang rumput serta hutan bahkan mengitari sebuah gunung. Jalur ini tidak mungkin dilalui jika menggunakan kereta kuda atau orang tidak memiliki ilmu meringankan tubuh yang cukup tinggi.
“Chen’er juga berbakat dalam ilmu meringankan tubuh, kurasa aku harus meminta Ketua Sekte menurunkan ilmu meringankan tubuh terbaik yang dimiliki Lembah Seratus Pedang.” Pikir Fang An setelah mengamati kemampuan Xiao Chen beberapa hari terakhir.
Beberapa jam kemudian keduanya menemukan sebuah jalan besar, Fang An mengatakan dengan terus mengikuti jalan ini maka mereka akan sampai ke Ibukota namun perjalanan mereka masih relatif panjang.
“Guru, Lihat…” Xiao Chen menunjuk ke depan, “Sepertinya ada rombongan yang berada di depan kita.”
Fang An menyipitkan matanya, dia hanya bisa melihat bayangan samar beberapa orang. Xiao Chen tidak menyadari Ginseng Air juga membuat indera penglihatannya menjadi begitu tajam dan mampu melihat jarak jauh dengan jelas.
“Jalan ini memang dipakai semua orang, seringkali kita akan bertemu pedagang atau pengelana lainnya karena jalan ini menghubungkan Ibukota dengan semua kota-kota besar yang ada di Kekaisaran Han.” Fang An menjelaskan.
Xiao Chen tersenyum tipis, dari penglihatannya rombongan tersebut bukanlah pedagang maupun pengelana biasa.