Hans, CEO Muda yang arogan dan terkenal Mesum ini, salah meniduri wanita yang di kira wanita malam yang telah dia pesan, namun ternyata Seorang gadis pekerja di hotel tersebut, yaitu Lianne Lindsey, gadis yang masih berusia 20 tahun...
.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Deg...Deg...Deg...
“Kenapa kau melindungiku? Seharusnya kau biarkan saja aku yang di tampar, bukan dirimu. Lihat, pipimu jadi memerah.” ucap Hans mengelus pipi chubby istrinya.
Lianne segera menyingkirkan tangan kekar Hans dari pipinya sembari berkata-kata, “Aku tidak melindungimu, tadi aku hanya ... Reflek saja,”
“Perempuan seumuran mu tidak pandai berbohong, apalagi di hadapan ku,”
“A—aku tidak berbohong, I—itu memang benar aku hanya reflek saja!” tukasnya memalingkan wajah ke sisi lain untuk menghindari tatapan Hans.
"Benarkah?”
“Kenapa kau terlalu banyak mengucapkan kata tidak masuk akal hari ini?!”
“Semua perkataan ku masuk akal,”
“Cih!..Pipi mu masih terasa sakit?”
“Tentu saja,”
“Mau aku—”
“Tidak usah.” potong Lianne cepat. Ia lantas bergerak menuruni ranjang dan segera pergi menuju kamar mandi.
“Kau mau kemana?” tanya Hans
“Ingin ke kamar mandi,”
“Untuk apa?”
Lianne menolehkan kepalanya. “Kenapa kau bertanya?”
“Memangnya kenapa?” Hans kembali bertanya seraya menaikkan alisnya.
Lianne mendelik kesal, tanpa membalas perkataan Hans, ia segera membuka pintu kamar mandi dengan kasar dan masuk kesana.
Brak!
Hans menggelengkan kepalanya pelan karena tingkah istrinya.
Drtt! Drtt! Drtt!
Pria tampan itu menoleh sejenak pada nakas tempat nya menaruh handphone di sana sebelum berdiri dan mengambil handphone tersebut.
“Ada apa, Devan?”
“Tuan, maaf mengganggu waktu anda malam ini.”
“Katakan.” ujar Hans berjalan ke arah lemari.
“Ada beberapa urusan yang harus anda selesaikan dikantor, Tuan.” jawab Devan dari seberang sana.
“Oh, begitu. Baiklah, aku akan segera kesana.”
Bip!
Hans meraih kemeja berwarna putih, celana hitam, dasi, dan juga jas dari dalam sana untuk berganti pakaian nanti.
Beberapa menit kemudian.
Ceklek!
Lianne yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung bergeming di tempat saat melihat Hans sedang memakai jas berwarna hitam nya.
Jantung Lianne tiba-tiba berdegup kencang membuat wanita berumur 20 tahun itu memegang dada, kemudian meremasnya kuat.
“Sial, ada apa dengan ku?” gumam Lianne memejamkan mata seraya menunduk.
Tap! Tap! Tap!
Lianne mengangkat kepala melihat Hans berjalan mendekati nya.
“Aku akan pergi ke kantor hari ini, kau tinggal lah di rumah. Aku akan pulang secepat mungkin.”
“A—ah, ya.” jawab Lianne sembari menganggukkan kepala pelan.
Kernyitan tercipta jelas pada dahi Hans
“Kau kenapa?” tanya pria itu hendak memegang pundak Lianne, tetapi di tepis oleh sang empu.
“A—aku tidak apa-apa. Kau pergilah ke kantor.” titah Lianne berjalan menuju ranjang dengan tangan yang masih memegang dadanya.
“Baiklah, aku akan pergi sekarang.”
“Y—ya!”
...▪️◾◼️◾▪️...
Pagi harinya.
“Ah, Bibi Sumi.”
“Iya, Nona?”
“Aku ingin menanyakan sesuatu.” ujar Lianne membuat Bibi Sumi mengangguk. “Apa semalam dia tidak pulang dari kantor?”
Wanita setengah baya itu mengernyit bingung mendengar perkataan Lianne “Dia siapa, Nona?”
“Emm ... itu, dia .... ” Lianne menggaruk pipi chubby-nya berusaha mengingat nama sang suami.
“Saya tidak mengerti maksud anda ... ah, Tuan Hans?"
“Ah, ya. Itu.”
Bibi Sumi menggeleng sejenak. “Kenapa Nona tidak bilang dari tadi saja,”
“Aku lupa namanya.” balas Lianne
Bibi Sumi kembali menggeleng. “Saya tidak tahu, Nona. Tapi, jika Tuan Hans tidak pulang malam tadi, mungkin dia sedang menangani sesuatu di kantor.”
"Begitu, ya.” sahut Lianne dengan suara pelan.
“Kenapa Nona bertanya?” timpal Bibi Devi sembari memberikan segelas air untuk Lianne
“Tidak, aku hanya khawatir jika sesuatu terjadi padanya sa ... ada apa? Apa aku salah berbicara?” tanya Lianne saat Bibi Sumi dan Bibi Devi menatap nya tanpa berkedip sama sekali.
Dua maid itu langsung menggeleng secara bersamaan. “Tidak, Nona.” jawab mereka. Serempak.
“Lalu kenapa kalian menatap ku? Apa ada sesuatu pada wajah ku?”
“Tidak. Kami hanya terkejut mendengar perkataan anda saja,” tukas Bibi Devi.
“Memang nya apa yang membuat kalian terkejut?”
“Nona bilang, Nona khawatir terjadi sesuatu kepada Tuan Hans karena dia tidak pulang semalam.”
“Tentu saja aku khawatir, dia suamiku. Bagaimana jika terjadi sesuatu kepadanya? Aku juga istri—eh?!” Lianne melotot menyadari perkataan nya itu.
Tangannya cepat bergerak membekap mulut. "Bodoh! Bodoh! Bodoh!" sungut Lianne membatin memaki diri sendiri.
Bibi Sumi dan Bibi Devi saling bertatapan satu sama lain sebelum terkekeh.
"Tadi, aku hanya salah berbicara tadi, kalian jangan terlalu mempercayai perkataanku itu,” Lianne ikut terkekeh.
“Nona, anda tidak perlu malu, kami sebagai wanita yang mempunyai suami juga akan merasa khawatir jika berada di posisi anda.” celetuk Bibi Sumi di sela-sela kekehannya.
“Bibi Sumi ...,” Lianne menunjukkan wajah cemberutnya.
“Ma—maaf, Nona.”