Dibuang Keluarga Dicintai Pria Masa Lalu

Dibuang Keluarga Dicintai Pria Masa Lalu

1. Dibuang.

Apa yang paling membuat sedih orang tua setelah anak-anak beranjak dewasa dan mempunyai kehidupan masing-masing?

Bagi wanita berusia lanjut bernama Bu Arum, ditinggalkan dan dibuang oleh anak-anaknya adalah momok menyedihkan. Bu Arum adalah seroang wanita paruh baya berusia 48 tahun, ia baru saja ditinggal pergi oleh suaminya untuk selamanya.

Wanita parah baya itu masih berparas ayu meskipun sudah berusia lanjut, karena ia adalah orang baik di semasa hidupnya hingga cahaya di wajahnya tak pernah hilang. Bu Arum mempunyai dua orang anak perempuan dan satu anak laki-laki. Ketiga anaknya sudah berkeluarga semua, yang terakhir anak bungsu perempuan yang baru saja menikah 3 bulan lalu.

Sayangnya, tak ada itikad baik dari ketiga anaknya setelah kematian sang Ayah. Mereka tidak ingin direpotkan dengan keberadaan ibu mereka di rumah mereka. Anak tertua bernama Yasmin, berusia 27 tahun beralasan suaminya tak mau tinggal dengan Bu Arum dengan dalih suaminya itu ingin bebas dari mertua. Suami Yasmin adalah seroang pengusaha kaya, dan Yasmin menjanjikan akan selalu memberikan uang untuk Bu Arum tanpa bisa membawa Bu Arum ke kota setelah kematian Ayah mereka.

"Maaf ya, Bu. Bukannya Yasmin nggak mau bawa ibu ke rumah Yasmin, tapi Ibu tau sendiri kan sifat Bang Halim... dia orangnya nggak mau diganggu privasi nya. Sedangkan Ibu, kadang suka ganggu Bang Halim dengan pertanyaan 'mau makan apa, menantu? Ibu buatin, ya!"

Bu Arum hanya menunduk pasrah, padahal itu bentuk kasih sayang dan perhatian pada menantu. Memanglah semasih suaminya hidup pun, uang dari anak-anaknya sangat cukup untuk kebutuhan sehari-hari dia dan almarhum suaminya. Namun, bukan hanya limpahan materi yang dibutuhkan Bu Arum namun juga kasih sayang dan perhatian di masa tuanya, seperti dulu saat ia melimpahi penuh cinta dan menyayangi anak-anaknya saat ketiga anaknya masih kecil.

Bu Arum mengangkat kepalanya memandang anak laki-lakinya, Ahmad namanya dan berusia 25 tahun sudah mempunyai istri dan anak berusia satu tahun.

"Maaf ya, Bu. Ahmad juga nggak bisa bawa Ibu ke rumah, soalnya Astri nggak mau hidup sama mertua. Daripada nanti ada apa-apa ke depannya, lebih baik Ahmad berjaga-jaga dari sekarang."

Bu Arum hanya tersenyum, dia mengelus kepala anak laki-laki nya. "Nggak apa-apa, Nak. Bahagiakan istrimu, jangan pernah kamu sakiti hatinya... apalagi lebih mementingkan Ibu daripada istrimu sendiri. Surga memang di telapak kaki Ibu, tapi ridho seorang istri adalah yang terpenting."

Bu Arum menatap anak bungsunya, ia tahu anak perempuan nya yang berusia 21 tahun itu akan berkata tak akan bisa membawanya juga.

"Shanum baik-baik saja, Nak?" tanya Bu Arum, dia malah mengkhawatirkan putri bungsunya itu karena wajah Shanum nampak kelelahan. Ada memar-memar kebiruan di lengan perempuan itu, namun tidak akan terlihat jika tidak diperhatikan lebih teliti.

Sementara Bu Arum sebagai Ibu, hafal betul dengan kesakitan anak-anaknya. Hati seorang Ibu mana yang tidak peka dengan kondisi anak-anaknya. Begitupun Bu Arum, ia tahu ada sesuatu yang terjadi pada putri bungsunya. Suami Shanum tak jauh beda dengan suami Yasmin, seorang pengusaha.

"Alhamdulillah, Shanum baik Bu. Maaf ya Bu, andai Mas Doni mau menerima Ibu... Shanum ingin sekali Ibu tinggal sama Shanum."

"Nggak papa, sayang." Bu Arum mengelus kepala berkerudung sang anak. "Apapun yang terjadi dalam rumah tanggamu, semoga Allah tetap melindungi mu... Nak."

"Aamiin, doa ibu semoga di ijabah Allah." Shanum memeluk sang ibu lalu menangis.

Ketiga anak Bu Arum pun pergi kembali ke kota mereka setelah pengajian untuk sang Ayah selesai, mereka meninggalkan sang Ibu yang kini hanya tinggal seorang diri.

Tahukah, orang yang paling kesepian adalah seorang ibu yang ditinggal sendirian? ia akan merenung, melamun dan sesekali tertawa memikirkan anak kecil yang dulu tumbuh bersamanya kini sudah sibuk dengan keluarga dan dunia masing-masing.

"Semoga kalian bahagia dengan keluarga kalian, anak-anakku." Bulir bening mengalir dari kedua mata Bu Arum.

.

.

.

Dua Tahun Berlalu...

Selama itu pula hanya ada kabar-kabar dari ketiga anak-anaknya tanpa bertemu dan Bu Arum sudah terbiasa. Bahkan sekarang satu persatu kabar dari anaknya pun tak ada lagi, seolah ketiga anaknya memang tak ingin berkomunikasi lagi dengan Bu Arum. Uang dari ketiga anaknya pun sudah tak pernah dikirim lagi, Bu Arum bekerja sebagai buruh cuci untuk makan sehari-hari.

Bu Arum agak gaptek dengan teknologi meski ia bisa menggunakan ponsel namun ia tak mengerti kenapa ia tak bisa lagi menghubungi ketiga anaknya.

Ada seorang pemuda, anak tentang Bu Arum lewat teras rumah. Bu Arum memanggil pemuda itu untuk meminta tolong.

"Bandi, sini Nak! Tolongin Bibi."

"Iya, Bi!"

Bandi mendekati Bu Arum lalu duduk di kursi yang ada di teras. "Mau isi pulsa lagi, Bi? Mau Bandi isiin?"

"Bukan, Nak. Itu... Bibi nggak bisa telepon anak-anak Bibi, di WhatsApp juga centang satu."

Bandi membuka ponsel Bu Arum, ia mengerenyitkan kening mencoba mengirim chat di WhatsApp pada ketiga anak-anak Bu Arum namun semuanya ceklis satu. Bandi memeriksa foto profil ketiganya dan fotonya.

"Waduh, kayaknya ini mah di blokir Bi Arum."

"Di blokir? Kenapa di blokir Nak?"

"Aduh, Bandi kurang tau Bi." Pemuda itu garuuk-garuuk kepala, kasihan sekali pada Bu Arum.

"Udah nggak ada kabar dari mereka bertiga selama dua minggu ini, Nak. Apa Bibi nyusul ke kota, ya?"

"Bibi tau alamat ketiganya?"

"Hanya tau alamat Shanum, kalau alamat Ahmad sama Yasmin... Bibi nggak tau karena nggak pernah dikasih tau."

Bandi merasa iba, gosip-gosip juga sudah tersebar jika ketiga anak Bu Arum sudah tak pernah datang lagi selama setahun ini bahkan di hari Raya Idul Fitri. Bu Arum hanya didatangi para tetangga, karena semua saudara Bu Arum sudah meninggal dunia. Rumor mengatakan, Bu Arum sudah dibuang oleh anak-anaknya.

"Ya, udah. Bandi nanti temeni ke kota ya, Bi."

"Ya Allah, Nak. Semoga Allah mempermudah hidupmu udah mau bantu Bibi, semoga rezeki kamu lancar. Aamiin."

"Aaminn."

Esoknya Bu Arum berangkat dengan menaiki kereta api menuju kota tempat tinggal Shanum, putri bungsunya.

Namun saat tiba di stasiun kota tujuan, Bu Arum malah terpisahkan dari Bandi. Pemuda itu mencari Bu Arum berkeliling stasiun bahkan setelah lewat beberapa jam Bandi melapor pada kantor polisi namun hasilnya nihil, Bu Arum dinyatakan telah hilang.

Disaat yang bersamaan, Ahmad datang ke desa tempat ibunya tinggal dan mendapatkan kabar dari Ibu Bandi yang telah ditelepon oleh Bandi jika Bu Arum telah hilang. Ahmad dibuat kalut, selama ini ia memang kurang perhatian pada sang Ibu karena hasutan dari istrinya namun sekarang ia telah menuai karma sang istri telah selingkuh dengan pria lain.

Dimana kamu Ibu?

Terpopuler

Comments

yumna

yumna

ya allah anak"nya pada begtu semua...bu arum sampe jadi burh cuci 😢😢😢.....mna k pisah k bandi ko bisa bu.....?ahmad ya harusnya km bertanggung jawab kpda bu kmu

2024-12-11

1

Zainab Ddi

Zainab Ddi

anak2 kurang aja bukanya pada memuliakan ibunya pada sibuk sendiri2

2024-12-21

0

yumna

yumna

mudah"n bu arum baek"aja ya

2024-12-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!