"Aku bersedia menikahinya, tapi dengan satu syarat. Kakek harus merestui hubungan aku dan Jessica"
Bagaimana jadinya jika seorang pria bersedia menikah, tapi meminta restu dengan pasangan lain?
Akankah pernikahan itu bertahan lama? Atau justru berakhir dengan saling menyakiti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dj'Milano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps10. Mencari Viona
Tok, tok, tok.
Hingga dua kali ketukan, belum ada sahutan juga dari dalam.
"Viona! Apa kamu di dalam?" ucap Alex.
Andai ucapan Alex ini didengar oleh Viona, mungkin gadis itu akan bertanya, dari mana matahari terbit pagi ini? Ada angin apa Alex bisa menyebut namanya?
Alex kembali mengetuk dan memanggil nama Viona. Lama menunggu tak pergerakan apapun dari dalam kamar. Alex memutar handle pintu dan melangkah pelan masuk ke kamar.
"Viona," Alex kembali memanggil. Pria itu berpikir, jangan-jangan Viona pingsang di kamar.
Alex yang telah diselimuti rasa penasaran pun langsung menyalakan lampu. Dahinya mengkerut ketika melihat kasur dalam keadaan rapi. Alex mendekat ke pintu kamar mandi, pria itu memasang telinganya pada pintu untuk mendengar apakah Viona berada di kamar mandi? Namun, lagi-lagi Alex Menemukan siapapun disana.
"Kemana Vio-na?" ucap Alex terbata ketika sorot matanya tidak sengaja melihat dua buah benda yang tersimpan di atas nakas.
Alex mendekat kearah nakas, pria itu mengeraskan rahangnya ketika mengenali benda tersebut. ATM yang ia berikan pada Viona pagi tadi dan black card milik sang kakek tersimpan rapi disana.
Emosinya semakin tak terkontrol saat melihat sebuah kertas putih berisi tanda tangan dan satu cincin kawin terletak sempurnah diatasnya.
"Apa maksud perempuan itu? Beraninya dia menginjak harga diriku" Dua buah kartu yang tak bersala itu pun patah menjadi sasaran pelampiasan emosi Alex.
Rupanya Viona benar-benar tidak membawa barang apapun dari rumah mewah itu, sepertinya Viona ingin membuktikan pada keluarga Alex bahwa, dirinya bukanlah mata duitan seperti yang mereka tuduhkan selama ini.
Alex kembali ke kamar dengan sejuta rasa. Marah, kecewa, sakit hati, kehilangan, Semua rasa itu bercampur aduk menjadi satu. Alex bertanya pada dirinya, bukankah semua ini yang ia inginkan? Lalu kenapa hatinya terasa kosong dan kehilangan?
Sepanjang malam, Alex tak bisa memejamkan matanya sedikit pun. Pikirannya kacau, Alex hanya ingin malam ini cepat berlalu agar ia bisa mencari dan menemukan Viona.
****************
Suara ayam berkokok bersahut-sahutan pertanda subuh telah tiba, waktu subuh dimana sebagian orang memilih merapatkan lagi selimut mereka karena udara subuh yang begitu dingin.
Jika semua orang masih berpeluk manja dibawa selimut, berbeda hal dengan David, pria itu harus bersiap ke rumah Alex jam lima pagi. Semalam, David mendapat pesan sikat agar ia datang ke rumah Alex lebih awal.
"Kesambet apalagi tuh orang, subuh-subuh gini udah disuruh kerja" omel David. Meski begitu, ia tetap melajukan mobilnya memuju rumah Alex.
"Pagi, Om, Tante" sapa David ketika sampai di rumah Alex.
"Pagi, David" sahut Nyonya Veronika ramah, wanita tua itu sedang meregangkan otot-ototnya bersama sang suami. "Tumben pagi sekali, Vid. Mua olahraga bareng, Alex?" tanya Nyonya Veronika.
"Tidak, Tante. Ada kerjaan yang harus diselesaikan pagi ini juga" sahut David, ia sendiri pun belum tahu, kenapa Alex memintanya datang pagi-pagi seperti ini.
"Oh" Nyonya Veronika hanya ber Oh ria menanggapi ucap David.
"David, masuk ya, Tan" pamit David dan langsung melangkah cepat ke ruang kerja Alex. David hafal betul kebiasaan atasannya, jika sedang ada masalah, pasti Alex akan mengurung diri di ruang kerja.
"Lex! Ada apa? Kenapa minta gua datang pagi-pagi gini? Semua baik-baik saja'kan?" cerca David dengan berbagai macam pertanyaan.
"Bisa nggak sih Loe nanyanya satu-satu? Kepala gua lagi pusing bangat, nih."
"Oke, i'm sorry. Jadi sebenarnya ada apa?"
"Viona kabur," sahut Alex spontan.
"Bagus dong, bukannya ini yang Loe mau? Jadi Loe nggak perlu repot-repot lagi biayain hidupnya"
"Sekarang masalahnya beda, David. Viona perginya setelah gua minta pisah"
"Bentar-bentar, barusan Loe bilang apa? Viona?" David merasa tidak percaya, karena ini pertama kalinya Alex menyebut nama Viona.
"Gua lagi serius, David." ucap Alex dengan ekspresi yang sulit diartikan.
"Baiklah, katakan apa yang harus saya lakukan," David yang menyadari perubahan wajah Alex langsung bertanya serius. David menebak, sepertinya Viona telah menyinggung harga diri atasannya itu.
"Segera temukan dimanapun dia berada, bawa dia hidup-hidup ke hadapanku. Bila perlu kerahkan seluruh anak buahmu untuk mencarinya" ucap Alex tegas.
David menelan salivanya kasar, apa maksud Alex dengan membawanya hidup-hidup? Apa yang akan Alex lakukan pada gadis itu ketika menemukannya nanti?
banyak kerananya