Menikah dengan lelaki yang dia cintai dan juga mencintainya adalah impian seorang Zea Shaqueena.
Namun impian tinggalah impian, lelaki yang dia impikan memutuskan untuk menikahi perempuan lain.
Pergi, menghilang, meninggalkan semua kenangan adalah jalan yang dia ambil
Waktu berlalu begitu cepat, ingatan dari masa lalu masih terus memenuhi pikirannya.
Akankah takdir membawanya pada kebahagiaan lain ataukah justru kembali dengan masa lalu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Destiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tingkah Zea
Sekembalinya dari makan siang, zea mendatangi bangunan tempat pembuatan rancangan-rancangannya yang berada tepat di samping butiknya.
Berhubung masih ada waktu sebelum berangkat ke paris, zea ingin memantau dan memberi arahan pada seluruh karyawannya.
"Sudah sampai mana yang ini?" tanya zea pada karyawan tim produksi menunjuk pada sebuah gaun.
"Yang ini sudah 90% miss, tinggal finishing nanti sedikit lagi."
Dengan teliti, zea memperhatikan keseluruhan gaun tersebut. "Tolong nanti lebih di teliti lagi ya, takut ada yang kurang. Saya tidak mau klien kecewa dengan hasil kinerja kita." pintanya lembut.
"Baik miss."
Zea lanjut melihat progres gaun-gaunnya yang lain, ada beberapa gaun yang sudah harus selesai minggu ini. Selesai memantau para karyawannya, zea kembali ke dalam butiknya.
.
.
Di mobil, dalam perjalanan menuju apartemen zea. Pagi tadi saat berangkat ke butik, zea tidak membawa mobil jadi sekarang dia diantarkan oleh shanum. Mereka sibuk membicarakan perihal pembukaan butik di paris.
"Kamu udah bilang sama kak bryan kalo kita mau berangkat bareng sama dia ?" tanya zea
"Belom, aku lupa ngomong kalo udah di depan orangnya." sahutnya melirik sekilas ke arah zea dan kembali fokus mengemudi.
"Kebiasaan banget. Makannya jangan banyak berantem kalo ketemu." seru zea
"Orang kaya dia kalo gak di ajak berantem ya gak seru"
Shanum tertawa setelah mengucapkannya. Zea hanya bisa geleng-geleng kepala mendengarnya.
"Di depan berhenti dulu di supermarket" pinta zea menunjukan supermarket yang sudah terlihat di depan sana. Shanum mengikuti arah yang di tunjuk zea, kemudian membelokan mobilnya masuk area parkir yang tersedia.
"Mau beli apa?" shanum bertanya setelah menghentikan laju mobilnya.
"Gak tau, mau berhenti aja. Masuk yu" Ajaknya sambil membuka seatbelt. Shanum melongo mendengar jawaban zea. Shanum benar-benar heran dengan kelakuan sahabatnya setelah dinyatakan hamil, aneh.
"Ayo, kenapa malah bengong gitu sih" ucapnya saat melihat sahabatnya masih berdiam diri, sementara dirinya sudah turun dan hendak menutup pintu mobil.
"Iya iyaa sabar" buru-buru shanum turun dari mobilnya lalu mengikuti zea yang sudah berjalan lebih dulu.
.
.
sepuluh menit sudah terlewati, namun zea belum mendapatkan apapun untuk dia beli. Shanum menghela nafas panjang, melihat zea hanya mendorong troli kosong.
"Ze" zea menoleh saat mendengar shanum memanggilnya.
"Apa?" Ingin rasanya shanum mendorong wajah polos zea itu.
Kembali menghela nafas seolah sedang membuang kekesalan dirinya sebelum kemudian berbicara pada gadis di depannya saat ini. "Mau beli apa zea?" dengan menekan kata di akhir kalimatnya.
"Mau beli bahan makanan kayanya, soalnya kemarin belinya dikit"
"Bahan makanan gak disini ze, tapi disana." shanum menunjukan tempat tersedianya bahan-bahan masakan.
"Yaudah ayo" ucapnya tanpa merasa bersalah melenggang pergi meninggalkan shanum.
"Ya tuhan, anak ini." kemudian menyusul zea. Terlihat troli yang di dorong zea sudah mulai terisi. Zea mengambil daging yang ada di dalam freezer. Lima bungkus daging sudah masuk ke dalam troli.
Shanum mengerutkan keningnya heran "Gak lupa kam lusa kita pergi ?" Mendengar itu zea menghentikan kegiatannya lalu beralih menghadap shanum.
"Enggak kok" sahutnya kembali melanjutkan kegiatannya mengambil sosis.
"Itu kebanyakan zea. Cuma buat 2 hari doang, itu gak akan habis kamu makan sendiri."
"Loh? kata siapa makan sendiri, kan sama kamu" shanum mengangkat alisnya sebelah seolah bertanya.
"Iya kamu nginep aja di apartemen aku sampai lusa." ucapnya lalu mendorong trolinya menuju tempat buah-buahan dan mulai memilih.
"Ngapain?"
"Ya enggak ngapa-ngapain" zea mengangkat bahunya acuh.
"Harus banget?" zea mengangguk antusias. Lihatlah, semisal menolak pun mana tega dia.
"Ya udah, buruan beli apa lagi?"
Zea mengingat-ngingat apa yang harus dia beli. "Susu hamil udah dikit, paling tinggal sekali seduh. Beli disini atau nanti aja disana ya?" dia yang butuh tapi orang lain yang ditanya.
"Beli satu aja, nanti disana tinggal beli lagi kalo kurang." shanum memberi saran.
Kembali mendorong troli yang sudah terasa berat menurutnya, berjalan menuju rak penyimpanan berbagai macam susu. Setelah itu mereka menuju kasir untuk membayar semua belanjaannya.
.
.
dua kantong kresek belanjaan Zea, mereka bawa satu masing-masing menuju mobil.
"Langsung pulang?"
Menghela nafas panjang, zea menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi penumpang depan. "Iya, capek banget" Mendengar itu Shanum memutar bola matanya malas. Kemudian mulai menjalankan mobilnya kembali berbaur dengan kendaraan lain.
Apartemennya sudah cukup dekat dari supermarket tadi, jadi tak lama mereka sampai di apartemen Zea.
Zea meninggalkan belanjaannya begitu saja di meja dapur, langsung masuk ke kamarnya dan bergegas masuk kamar mandi.
Sambil menunggu Zea selesai mandi, Shanum memilih untuk menyusun belanjaannya ke dalam kulkas. "Astaga, segini banyak siapa yang mau makan, ini si stok buat satu minggu."
.
.
Di kamar mandi, Zea sedang berendam di bath up. Tubuhnya terasa sakit, mungkin dengan berendam air hangat tubuhnya bisa lebih rileks.
"ZEA!" Teriakan Shanum cukup membuatnya terkejut. Tidak menjawab, Zea lebih memilih membilas tubuhnya dibawah kucuran air shower.
cek lek
"Ngapain aja di kamar mandi? semedi kamu? tidur? Lama banget, liat jam berapa sekarang"
Baru saja keluar, Zea sudah diberondong pertanyaan oleh Shanum.
"Cuma 40 menit doang" sahutnya sambil berjalan menuju ke arah lemari, mengambil pakaian tidur untuk dia kenakan. Sedangkan Shanum masuk ke dalam kamar mandi.
Di dapur, Zea tidak melihat kantung belanjaannya di meja. Zea membuka kulkasnya, dan benar semuanya sudah tersimpan rapi disana.
Zea mengambil dua daging dan tiga sosis, dia akan membuat steak dan ditambah sosis bakar.
Mulai memarinasi daging terlebih dahulu, setelah kemudian dia memanggangnya.
.
.
Shanum menghampiri Zea yang sedang menata hasil masakannya di meja makan. "Wangi banget, enak tuh keliatannya." Shanum menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Zea.
"Tapi.. sejak kapan steak ada tambahan sosis bakarnya?" Shanum melirik pada Zea.
"Sejak saat ini. Nih buruan makan." Sahutnya menyodorkan satu porsi steak dengan tambahan satu sosis bakar, sedangkan Zea sendiri ngambil dua sosis.
"Oke thank you."
Mereka mulai menyantap menu makan malam mereka dengan sangat lahap.
Selesai makan, belum beranjak dari meja makan. Shanum menelpon kakaknya untuk memberi tahu tentang keberangkatannya lusa.
"Halo?"
"Kenapa?"
"Kakak jadi berangkat lusa kan?" Tanya Shanum.
"Iya jadi"
"Kalo gitu sekalian aja aku sama Zea berangkatnya bareng sama kakak, lusa."
"Oke. Nanti sekalian kakak pesenin tiketnya buat kalian."
"Thank you kakak ku sayang" Shanum mendengar decakan kakaknya di sana.
"Oh ya, tolong bilangin sama mama ya aku nginep di apartemen Zea."
"Hmm"
"Ya udah, bye kak"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jangan lupa like, komen, subscribe dan vote yaaaaaaa
Aku sangat sangat butuh dukungan kalian😙