Valerie terpaksa menikah dengan Davin karena permintaan terakhir papanya sebelum meninggal. Awalnya, Valerie tidak tahu-menahu tentang rencana pernikahan tersebut. Namun, ia akhirnya menerima perjodohan itu setelah mengetahui bahwa laki laki yang akan dijodohkan dengannya adalah kakak dari Jean, pria yang diam-diam ia kagumi sejak SMA dulu, meskipun Jean pernah menolaknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Dilan
"Anak magang mana jam segini baru datang? " dilan menatap Valerie secara intimidasi.
"Ishh, dimana mana ketemu bapak," gerutu Valerie sebal.
"Gak seneng kamu ketemu sama saya? " dilan menatap wanita dihadapannya serius.
"Nggak,"
"Saya atasan kamu, yang sopan dong kamu sama atasan,"
"Maaf ya bapak atasan," ucap Valerie.
"Mau ngapain kamu kesini? " tanya dilan.
"Kalau memang ada niatan mau bolos, bolos aja. Gak usah datang di jam segini," lanjutnya.
"Sekarang udah jam setengah sebelas, hampir masuk jam istirahat,"
"Suami saya ada di dalam gak pak? " tanya valerie, membuat dilan shock dengan laki laki itu.
"Hah? "
"Suami?"
"Suami yang mana? " tanya dilan belagak tidak tau.
"Kamu punya suami disini? "
"Gak usah belaga gak tau deh pak,"
"Davin dimana?"
"Dia suami kamu? udah diakui sekarang? "
"Pakk....."
"Jangan bikin saya kesel ya,"
"Ayo cepetan jawab. Davin dimana? " tanya valerie sekali lagi.
"Lagi meeting,"
"Yakin mau ketemu Davin? "
"Yakin, emang kenapa? "
"Hari ini semua karyawan di kantor diamuk sama Davin. Ada projek yang gagal, ada klien yang mundur kerjasama sama perusahaan kita,"
"Bapak curhat? " valerie menaikkan alisnya.
Dilan memutar bola matanya malas. sangat salah memang jika mengobrol dengan perempuan gila satu ini.
"Tunggu aja di dalam ruangan, setengah jam lagi meeting nya selesai,"
"Nanti kalau meeting nya selesai, saya bilangin ke Davin kalau dicariin istri tercinta," ucap dilan.
"Pergi sana pak, jangan bikin mood aku yang awalnya baik ini jadi turun gara gara bapak,"
-
Davin melangkah masuk ke ruangannya setelah meeting selesai. Sorot matanya langsung tertuju pada Valerie, yang sedang duduk santai di sofanya.
"Mau apa?" tanyanya dengan nada datar.
Valerie berdiri, berjalan mendekatinya sambil mengalungkan tangannya di leher Davin. "Apaan sih, marah-marah mulu."
"Kalau mau cari masalah sama saya, nanti aja di rumah," balas Davin.
"Ihhh, siapa juga yang mau bikin masalah?" Valerie mengerucutkan bibirnya. "Aku gak bikin masalah."
"Mau apa?" ulang Davin, masih terlihat serius.
Valerie menarik tangan suaminya, mengajaknya duduk di sofa. "Gue bawain lo makanan. Belum makan kan pasti?"
"Jangan bikin saya pusing sama perubahan sifat kamu ini," ucap Davin sambil memandang Valerie dengan heran.
"Lo gak suka ya kalau gue jadi istriable?" Valerie tersenyum kecil, mencoba menggoda.
"Aneh aja. Saya lebih suka sama sifat kamu yang biasanya," jawab Davin jujur.
"Lo harus makan." Valerie mengeluarkan kotak makan dari tasnya.
"Saya gak nafsu makan. Kamu makan aja sendiri. Saya mau lanjut kerja," balas Davin sambil berdiri.
"Ihhh, gak boleh!" Valerie menarik tangannya kembali. "Perut lo gak boleh kosong. Nurut gak sama gue?!"
"Gue udah bawain lo makanan. Lo gak mau ngehargain effort gue, ya? Kalau lo gak mau makan, gue suapin."
Davin menatapnya curiga. "Kamu pasti ada maunya."
"Kenapa sih? Kenapa curiga banget sama istri sendiri?"
"Lo harus makan. Cobain deh masakan buatan lo sendiri. Enak banget, gue tadi nambah banyak."
"Saya gak masak."
"Ishh, gak usah bohong deh sama gue."
"Bi Oda sendiri yang bilang kalau lo yang masak tadi pagi."
Davin menghela napas. "Bibi bilang apa sama kamu?"
"Katanya lo bangun pagi-pagi dan masak. Lo bangun jam berapa sih? Kenapa lo gak bangunin gue?"
"Tidur kamu nyenyak banget. Saya gak tega bangunin kamu, apalagi semalaman kamu nangis," jawab Davin.
"Kok diingetin lagi?" Valerie memutar matanya kesal. "Gue kan udah hampir lupa."
"Ya,saya kan cuma bilang," ucap Davin dengan nada santai.
"Lo emang sengaja, ya? Biar gue inget, biar gue sedih lagi." Valerie memukul pelan bahu Davin, kesal.
"Vin, lo gak mau negur Jean gitu?" tanya valerie secara tiba tiba.
"Kenapa? Kalau dia ngelakuin kesalahan, baru saya tegur."
"Ishh, lo gak tau, kan? Gue tadi waktu beli minum di kantin, lihat dia makan bareng sama Shena." adu valerie.
"Mereka makan karena sudah jam istirahat. Jadi, gak masalah."
"Ya gak boleh!" Valerie mulai meninggikan suaranya. "Pacaran sambil kerja itu bikin gak fokus. Emang lo mau karyawan lo gak fokus kerja cuma gara-gara pacaran?"
"Kinerja shena sama jean baik baik aja," jawab Davin santai.
"Lo jangan jangan shipper-nya Jean sama Shena ya?" Valerie menatap suaminya kesal.
"Kalau iya, kenapa? Kamu gak terima?"
"Gak!" Valerie mendengus. "Harusnya lo jadi shipper gue sama Jean."
"Tuh kan. Mood kamu pasti berubah-ubah gak jelas kayak gini kalau sudah bahas soal Jean sama Shena."
"Kenapa? Gak suka sama perubahan mood gue?" tantang Valerie.
"Kata siapa? Saya justru suka sama sifat random kamu yang kayak gini, daripada sifat kamu yang aneh tadi."
"Aneh?" Valerie melotot. "Lo beneran ngatain cewek secantik gue aneh?"
"Sifat kamu berubah seratus persen waktu saya baru masuk tadi. Tiba-tiba punya niatan buat nyuapin saya."
"Kamu gapapa?" tanya Davin dengan nada menggoda.
"Lo nanya?"
"Beneran nanya," tanya valerie sekali lagi.
"Pulang kerja mau nemenin saya gak?" tanya Davin tiba-tiba.
"Kemana?"
"Ke rumah Regan."
"Ngapain?"
"Istrinya baru lahiran. Mau atau nggak nemenin saya ke sana?"
"Terserah."