NovelToon NovelToon
Mimpi Buruk Clara

Mimpi Buruk Clara

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Teen School/College / Keluarga / Persahabatan / Cinta Murni
Popularitas:545
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

"Aku pikir kamu sahabatku, rumah keduaku, dan orang yang paling aku percayai di dunia ini...tapi ternyata aku salah, Ra. Kamu jahat sama aku!" bentak Sarah, matanya berkaca-kaca.

"Please, maafin aku Sar, aku khilaf, aku nyesel. Tolong maafin aku," ucap Clara, suaranya bergetar.

Tangan Clara terulur, ingin meraih tangan Sarah, namun langsung ditepis kasar.

"Terlambat. Maafmu udah nggak berarti lagi, Ra. Sekalipun kamu sujud di bawah kakiku, semuanya nggak akan berubah. Kamu udah nusuk aku dari belakang!" teriak Sarah, wajahnya memerah menahan amarah.

"Kamu jahat!" desis Sarah, suaranya bergetar.

"Maafin aku, Sar," bisik Clara, suaranya teredam.

***

Mereka adalah segalanya satu sama lain—persahabatan telah terjalin erat sejak memasuki bangku kuliah. Namun, badai masalah mulai menghampiri, mengguncang fondasi hubungan yang tampak tak tergoyahkan itu. Ketika pengkhianatan dan rasa bersalah melibatkan keduanya, mampukah Clara dan Sarah mempertahankan ikatan yang pernah begitu kuat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 4. Terlihat Akrab dan Bahagia

Clara sudah lebih dulu sampai di kampus, ia datang lebih awal karena takut telat juga tidak mau mendengar omelan mamanya lebih lama. Ia sedang berdiri di samping gerbang sekarang, menunggu Sarah.

Tidak lama berhentilah sebuah motor matic di depan Clara, Sarah turun dari motor itu.

"Makasih ya, Pak," kata Sarah sembari menyodorkan selembar uang kepada pengemudi motor itu.

Lalu ojek yang Sarah naiki itu pun melaju pergi, Sarah yang tahu Clara menunggunya di samping gerbang segera menghampirinya.

"Udah lama?" tanya Sarah pada Clara.

Clara menggeleng, tersenyum cerah. Ia pun mengapit lengan Sarah, mengajaknya masuk.

"Nggak kok, santai aja. Tadi emang akunya aja yang datang kepagian," jawab Clara.

Sarah menoleh sekilas ke Clara, senyum tipis terukir di bibirnya. Mereka berdua berjalan menuju ruang kuliah, langkah kaki mereka berirama.

"Tadi gimana setelah sampe rumah? Mama kamu nanya apa?" tanya Sarah.

Mereka berbelok menuju ke ruang kelas mereka, melewati banyak orang yang mereka sapa—atau lebih tepatnya, Clara yang menyapanya. Clara memang dikenal aktif, ceria, ramah, dan—ya, dia juga kaya.

Dengan mata membola sempurna, Clara spontan menoleh ke arah Sarah. "Kamu tahu nggak, tadi aku sampe rumah di semprot mamaku tahu! dia bilang aku kok nggak ada di kamar, aku kemana dan lain-lain. Haduh Sar, rasanya aku pengen ngilang aja tadi," katanya sambil memijit pelipisnya.

Mereka tetap berjalan, saat akan segera sampai di ruang kelas, Clara menghentikan langkahnya, Sarah yang tangannya ia apit juga ikut berhenti. Clara mengajak Sarah duduk di kursi panjang yang ada di sana.

"Wajar aja sih kalo mamamu marah, Ra. Kemaren kamu pergi ke rumahku nggak bilang-bilang kan? Kalo aku yang jadi mamamu mungkin aku juga bakal ngomel sih," kata Sarah, lalu tertawa.

Wajah Clara langsung manyun melihat tawa dan ucapan Sarah. Ia menepuk punggung tangan Sarah yang satunya.

"Kamu gitu ya! Jahat kamu, sama aja kayak mama!" protesnya, agak sedikit meninggi nadanya. Tapi Sarah tahu Clara cuma bercanda. Kelakuan Clara yang seperti itu memang selalu berhasil membuatnya gemas.

"Maaf Bestie, oke deh aku nggak bakal marah. Aku akan peluk kamu terus dan ikat kamu biar kamu nggak pergi-pergi lagi," balas Sarah sambil terkekeh. Suaranya sangat lembut, membuat Clara tersenyum. Namun, senyumnya langsung sirna ketika ia teringat ucapan Sarah.

Bibirnya mengerucut, lucu.

"Udah kayak penculik kamu, main iket-iket aja!" protes Clara, agak keras suaranya.

Sarah menggeleng, lalu tersenyum. Mata Sarah menyipit membentuk bulan sabit, lesung pipitnya terlihat jelas, dan senyumnya begitu tulus hingga membuat sudut bibirnya sedikit terangkat. Tatapan mereka bertemu, dan senyum Sarah yang menawan itu menular ke Clara.

"Wajar aja kalau mama kamu itu marah, Ra soalnya kemarin itu kamu pergi nggak bilang-bilang sama mereka. Bayangin aja deh gimana ekspresi kamu saat tahu anakmu nggak ada di rumah? pastinya marah kan? aku pun juga pasti akan marah saat tahu anakku nggak ada di rumah," kata Sarah lembut.

Clara menggeleng cepat, wajahnya langsung berubah masam. Alisnya nyaris menyatu, pipinya sedikit mengerut, dan matanya menyipit— jelas sekali ia tidak terima dengan ucapan Sarah.

"Tapi nggak gini juga kali Sar. Mama itu loh tadi ngomelin aku panjang lebar kayak rel kereta api. Mbok ya di jeda gitu, baik-baik ngomelnya, eh ini lanjut terus kayak lagi ngerap!" protes Clara, mukanya merah padam hingga telinganya.

Dadanya naik turun, matanya tetap menyipit— ia sangat marah, dan Sarah langsung menyadarinya.

Dengan tangannya yang lembut, tatapan matanya yang menenangkan dan senyumnya yang menghanyutkan, Sarah meletakkan tangannya di atas tangan Clara yang satunya.

"Udah kamu jangan marah-marah, sabar aja oke. Mama kamu marahin kamu kayak gitu karena beliau sayang sama kamu. Beliau takut kamu kenapa-napa dan khawatir waktu lihat kamu nggak ada di rumah," nasehat Sarah.

Clara mengangguk pelan, wajahnya tampak sedih. Seakan banyak pikiran yang menggelayut, ia menyandarkan kepalanya di pundak Sarah. Sarah pun mengusap lembut rambut Clara, penuh kasih sayang.

"Andai aja yang jadi Mamaku itu kamu atau mamamu, pasti aku nggak akan sesedih ini waktu diomelin sama mama," lirih Clara, matanya berkaca-kaca, suaranya bergetar.

"Ssst, kamu ngomong apa? nggak boleh tahu ngomong kayak gitu. Harusnya kamu tetap bersyukur bisa memiliki orang tua seperti orang tuamu. Ya, meskipun mereka sering bertengkar, tapi kamu beruntung loh. Keuangan di keluarga kamu itu tercukupi, kamu bisa makan enak dan kuliah di tempat yang bagus.

Sementara aku... aku aja kalau mau kuliah di sini harus berjuang dulu. Untung aja aku dapat beasiswa buat kuliah di sini. Kalau nggak pasti aku nggak akan bisa kuliah, kamu tahu sendiri kan ekonomi di keluargaku gimana? bisa dibilang berkekurangan. Papaku yang cuma seorang karyawan di kebun sawit di Kalimantan kadang ngeluh gajinya nggak cukup buat kita makan.

Bahkan, sebelum aku kuliah ini papa sempat ngomong sama aku kalau kayaknya aku nggak bisa kuliah. Biaya kuliah itu kan mahal, banyak yang harus dibayar.

Jadinya papa itu bilang sama aku kalau lebih baik aku nggak usah kuliah. Aku sedih terus aku cari cara buat bisa kuliah, yaitu dengan cari beasiswa. Akhirnya ya aku bisa kuliah di sini dan ketemu sama kamu.

Ra, kamu jangan ngomong gitu lagi ya. Bersyukur aja dengan apa yang kamu miliki sekarang dan sabar dengan semua masalah yang kamu hadapi. Kamu nggak sendirian di sini, ada aku. Aku akan selalu ada buat kamu dan nenangin kamu saat kamu sedih," jelas Sarah panjang lebar, lembut dan menenangkan.

"Andai kamu nggak kuliah di sini, mungkin aku nggak akan ketemu sama kamu dan aku nggak akan sesayang ini sama kamu. Makasih ya karena udah kuliah di sini," kata Clara.

"Iya, sama-sama. Udah ya, nggak usah sedih lagi. Clara teman aku itu anaknya ceria loh, nggak sedih kayak gini," balas Sarah, berusaha menghibur Clara. "Ayo dong senyum, jangan sedih terus. Jelek tahu kamu kalo lagi sedih!" lanjutnya sembari mencubit pipi kiri Clara dengan gemas.

"Ish kamu mah," Clara langsung tersenyum, lalu menepuk tangan Sarah yang masih mencubit pipinya.

"Nah gitu dong, kan cantik ya kalau senyum gini," kata Sarah, ikut tersenyum melihat Clara tersenyum.

Clara menegakkan kepalanya, lalu berdiri. Sarah pun ikut berdiri.

"kita ke kelas yuk, keburu rame Nanti. kan males ya kalau harus dilihatin banyak orang kayak gitu," ajak Clara. Sarah mengangguk, dan mereka pun berjalan kembali menuju ke kelas mereka, sembari tangan Clara mengapit lengan Sarah.

Sepanjang jalan, banyak mahasiswa yang mencuri pandang ke arah mereka, karena Clara dan Sarah, bergandengan tangan, terlihat akrab dan bahagia. Mereka terus bercanda dan berbisik, sampai akhirnya tiba di ruang kelas.

Di sana masih sedikit sepi, karena jam masuk masih beberapa menit lagi. Biasanya, mahasiswa baru akan berdatangan saat jam sudah mepet. Clara dan Sarah memilih duduk di bagian belakang. Mereka meletakkan tas dan melanjutkan obrolan mereka.

Beberapa menit kemudian, satu per satu mahasiswa mulai memasuki ruang kelas. Suara derap langkah kaki dan obrolan ringan mulai memenuhi suasana.

Clara dan Sarah masih asyik bercerita dan mengabaikan suasana sekitar. Seolah mereka sedang nongkrong di cafe saja. Sesekali mereka juga tertawa, menertawakan sesuatu yang lucu yang mereka bicarakan.

Tak lama setelah itu, seorang dosen yang mereka kenal baik, Bapak Lucas, memasuki ruangan dengan senyum lebar. "Selamat pagi, semuanya! Senang melihat kalian semua di sini," sapanya ramah, yang langsung disambut oleh riuhnya suara mahasiswa yang menjawab.

Clara dan Sarah saling bertukar pandang, senyum mereka semakin lebar saat mendengar suara Bapak Lucas yang khas. "Hari ini kita akan membahas tentang strategi pemasaran, jadi siapkan catatan kalian!" lanjutnya sambil membuka laptop di meja pengajaran.

Dengan semangat, Sarah mengeluarkan buku catatan dan pulpen dari tasnya. "Ayok Ra, gaskeun! Kita catet poin-poinnya," ajak Sarah sambil menoleh ke Clara yang juga sudah siap dengan alat tulisnya.

Kuliah pun dimulai. Bapak Lucas menjelaskan berbagai konsep pemasaran dengan cara yang menarik, sesekali mengajak mahasiswa berdiskusi. Sarah dan beberapa mahasiswa lain aktif bertanya dan menjawab, menciptakan suasana kelas yang dinamis.

Beberapa saat kemudian, kuliah pun selesai. Clara, yang sudah mulai bosan berkata lirih di telinga Sarah. "Sar, kita ke kantin yuk? Bosen nih, pengen ngemil." Sarah, yang sedari tadi asyik mencatat, mengangguk setuju. "Ayo, gass aja kalo aku mah."

Mereka berdua beranjak dari tempat duduk, meninggalkan kelas yang mulai ramai dengan mahasiswa yang berhamburan keluar. Clara dengan semangat menarik tangan Sarah, mengajaknya menuju kantin yang terletak di lantai bawah gedung fakultas mereka.

"Eh, Ra, kamu mau beli apa? Aku mau...brownies pisang sama es teh manis aja deh. Kayaknya enak," kata Sarah sambil melihat-lihat menu yang dipajang di dinding kantin.

Clara, yang sedang asyik mengamati orang-orang yang lalu lalang, menjawab dengan malas, "Terserah deh, Sar. Samain punyamu aja gapapa."

Sarah tersenyum mendengar jawaban Clara. "Oke, jadi kita dua brownies pisang sama es teh manis, ya?" Setelah memesan, mereka segera menemukan tempat duduk yang nyaman di sudut kantin yang agak sepi.

Ketika pesanan mereka datang, aroma manis dari brownies pisang langsung menggoda selera. Clara tidak sabar untuk mencicipinya. "Wah, ini enak banget, Sar! Cobain deh!" seru Clara, sambil menyodorkan potongan brownies pisang ke arah Sarah.

Sarah tersenyum dan mengambil potongan brownies tersebut. "Hmm, bener, ini enak banget! Duh, aku jadi pengen bikin deh, Ra. Tapi sayangnya bikin brownies gini aku nggak ngerti," balas Sarah sambil mengunyah dengan lahap.

Setelah beberapa saat menikmati makanan dan bercanda, Sarah tiba-tiba teringat sesuatu. "Eh, Ra, kamu kan selalu traktir aku. Sekarang giliranku deh yang traktir kamu," kata Sarah dengan semangat.

Clara menggeleng. "Nggak usah, Sar. Aku seneng kok bisa traktir kamu. Aku bayar ya? kamu mau beli lagi?" tanyanya kemudian.

"Eh, nggak-nggak, udah cukup, masih kenyang aku. Ra, untuk makanan ini tetep aku yang bayar ya? Ini bukan tentang uangnya, tapi tentang persahabatan kita! Ayo, biar aku yang traktir hari ini. Lagipula, aku bawa banyak uang saku tadi," jelas Sarah, sambil tersenyum lebar.

Melihat kegigihan Sarah, Clara akhirnya menyerah. "Ya udah deh, kalau gitu. Tapi cuma buat hari ini aja, ya!" jawab Clara sambil tertawa.

Setelah selesai makan kue dan minum es teh, Clara dan Sarah memutuskan untuk beranjak dari kantin. Mereka berdua berjalan keluar, sambil mengobrol tentang berbagai hal, dari tugas kuliah hingga rencana liburan yang ingin mereka lakukan bersama.

"Eh, Ra, kamu udah siap buat presentasi minggu depan?" tanya Sarah sambil menjinjing tasnya yang cukup berat.

"Belum, Sar. Aku masih bingung mau bahas apa. Tapi tenang aja, kita bisa brainstorming bareng. Kamu kan jago bikin presentasi!" balas Clara dengan semangat.

Sarah tersenyum lebar. "Tentu aja, aku siap bantu! Kita bisa cari waktu di akhir pekan buat latihan. Gimana?"

"Setuju banget! Ah, pokoknya kalau ada kamu mah semuanya bakal enak, lancar. Aku nggak usah bingung lagi," jawab Clara, antusias.

Mereka terus berjalan menuju gedung kuliah, dan saat melewati taman kampus, Clara berhenti sejenak untuk mengagumi bunga-bunga yang sedang mekar.

"Lihat deh, Sar! Bunga-bunga ini cantik banget. Rasanya pengen foto-foto di sini!" seru Clara, matanya berbinar.

"Yuk, kita foto! Nanti kita upload ke medsos, biar temen-temen kita ngiri liat keseruan kita di kampus," lanjutnya sambil mengeluarkan ponselnya.

Clara dan Sarah berpose dengan ceria di antara bunga-bunga itu, tertawa lepas saat mencoba berbagai pose lucu. Beberapa mahasiswa yang lewat ikut tersenyum melihat tingkah mereka. Setelah beberapa menit, mereka puas dengan foto-foto yang diambil.

"Ini pasti jadi kenangan yang bagus! Aku bakal upload ini setelah kita sampai di kelas," kata Clara dengan semangat.

"Jangan lupa tag aku, ya!" Sarah menambahkan. Mereka berdua melanjutkan langkah menuju kelas.

Setibanya di kelas, suasana sudah mulai ramai. Mereka mencari tempat duduk di barisan belakang, tempat yang biasa mereka duduki. Setelah meletakkan tas, Sarah langsung membuka buku catatan dan mulai mencatat beberapa poin yang sudah dibahas sebelumnya.

Bersambung ...

1
Yokai-nya Rena
Nyess banget jadi Clara
◍•Grace Caroline•◍: Eh dah rilis ternyata 😍 makasih dah mampir kakk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!