"Jika kamu masih mengaggap Paman, seperti keluargamu. Maka jangan mau menerima lamaran dari Alvin. Karena dia bukan lelaki yang baik untukmu." ungkap Danu paman dari Fira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34
Danu dan Marni masih saja seperti orang asing. Bahkan Marni tidak melakukan tugasnya sebagai seorang istri. Dia tidak memasak, dan juga menyiapkan segala keperluan Danu seperti sebelumnya.
itu semua adalah, sebagai bentuk berontak dari Marni. Karena Danu yang tidak mau membantunya dan Raya untuk mendapatkan Farhan.
"Gak capek Bu, diam-diaman terus? Udah tiga hari loh ini." tanya Danu kala baru pulang dari sekolah.
"Kenapa? Gak tahan aku diamkan?" cibir Marni.
"Bukan gak tahan Bu, aku sih gak ngaruh apa-apa. Karena jika aku mau, masih banyak wanita di luaran sana yang mau mengurus segala keperluanku." sahut Danu.
"Apa maksudmu Yah? Kamu mau cari wanita lain? Atau jangan-jangan kamu mau menikahi Asma? Janda dari Abang mu? Wah, pantesan kamu gak mau mendukung rencana aku dan Raya. Ternyata ..."
"Kenapa bawa-bawa Asma sih? Memangnya dia mau sama aku?" tanya Danu.
"Oo jadi, kalo dia mau, kamu juga mau sama dia ya? Semakin tua, semakin gak sadar. Ingat, bentar lagi, kita udah punya cucu." peringat Marni.
"Oh Tuhan, kenapa jadi melebar gini sih." keluh Danu.
"Jangan bawa-bawa Tuhan ya, jika akal mu saja masih busuk gini. Baru tiga hari aku menghukum mu, terus kamu udah lupa? Selama dua puluh tahun lebih aku menemanimu. Kamu lupa?" sentak Marni.
"Iya, aku tahu. Maaf ..." pinta Danu akhirnya.
Karena bagaimanapun, kodrat lelaki selalu salah dimata wanita. Begitu juga sebaliknya.
Hari ini, Farhan kembali membawa Fira dan juga Asma ke rumah orang tuanya. Karena itu merupakan perintah dari Mamanya. Tentu saja Farhan tidak di beritahu alasannya.
Begitu sampai, Fira dan Asma kembali di sambut hangat oleh Miranti, tentu saja dengan pelukan darinya.
"Gini loh, nak, Bu Asma. Farhan kan, anak lelaki satu-satunya dalam keluarga kami. Bahkan bisa dikatakan satu-satunya cucu laki-laki dari orang tuaku, dan juga orang tua Papanya Farhan. Jadi, kami semua sudah memutuskan untuk membuat sebuah acara resepsi. Bukan apa, kami hanya ingin semua orang tahu, jika Farhan sudah menjadi milik Fira seutuhnya, begitu juga sebaliknya." terang Miranti dengan lembut.
"Tapi, apakah ini tidak terlambat? Berhubung kami udah menikah hampir satu tahun lamanya." tanya Fira.
"Tidak sayang, lagian kamu belum hamil kan?" tanya Miranti.
"Ma ..." Farhan langsung menegur Miranti. Dia tidak suka ada orang yang mengungkit tentang kata hamil.
"Bukan gitu sayang, Mama hanya bertanya. Karena jika belum hamil akan lebih mudah bagi Fira. Dia gak mudah kecapean." jelas Miranti. Dan Asma tersenyum memegangi tangan Fira.
"Ibu terserah padamu nak, karena kamu yang jalani." lirih Asma kala Fira menatap ke arahnya. Seolah-olah mengerti, jika Fira bertanya tentang pendapatnya.
"Bagaimana?" Miranti tidak sabar mendengar jawaban dari Fira.
"Saya terserah sama Bang Farhan aja." sahut Fira sungkan.
"Terserah Mama." sahut Farhan, kala Miranti tersenyum padanya.
Karena dia mengerti, senyuman Mamanya berarti ada kemauan yang harus diikuti.
"Baiklah, apa kamu punya pernikahan impian? Atau tema impian tentang resepsi kalian?" tanya Miranti lagi, pada Fira.
"Tidak ada Mama, karena dulu aku sadar diri. Impianku adalah menikah di KUA, dan resepsi secara sederhana." ujar Fira polos.
"Itu bukan impian sayang. Bagaimana, jika kita rayakan di hotel. Coba Mama tanyakan pada Om Darwis, mungkin dia ada rekomendasi hotel." seru Farhan.
"Baiklah, kalo begitu. Nanti Mama akan menghubungi Darwis. Berbicara tentang Darwis, bagaimana tentang permintaannya padamu?"
"Nanti setelah resepsi, aku akan bekerja sesuai kemauan kalian." sahut Farhan.
Kemudian mereka melanjutkan obrolan-obrolan ringan, sampai berakhir mereka pergi jalan-jalan ke mall, tentunya dengan, disupiri dan dibayari oleh Farhan.
Sore harinya, mereka pulang dengan membawa mobil milik Farhan. Dan itu berhasil menjadi pusat perhatian bagi semua tetangga Asma. Terutama, tentunya Marni yang kebetulan berada di rumah Raya.
Melihat beberapa orang menghampiri rumah Asma. Marni yang kepanasan, juga ikut serta.
"Bu, Ibu ... Dengerin ini yah, sekarang Asma udah naik level, dia tidak lagi mau berteman sama kita-kita." ucap Marni baru datang, sekalian melihat mobil mewah yang bernilai ratusan juta itu.
"Maksudnya?" tanya tetangga Asma.
"Kalian gak tahu? Suami Fira ini kan, anak dari toko mas indah bersinar. Kalian pasti tahu kan, seberapa kaya orang tuanya?" ejek Marni.
"Bi, yang kaya itu orang tuanya. Bukan Bang Farhan." ujar Fira.
"Halah, bilang aja kamu takut kan, jika kami mau minta uang sama kamu?" tuduh Marni mencibir.
"Bibi memangnya mau uang? Kebetulan aku bawa cash kok." tawar Farhan.
"Eh ..." Marni membulatkan matanya.
"Ibu mau? Bentar aku ambilkan." ujar Farhan.
Kemudian Farhan membagikan masing-masing Ibu disana sejumlah lima ratus ribu rupiah perorang. Dan disana ada sekitar sepuluh orang Ibu-ibu.
"Bibi mau juga?" tawar Farhan.
"Kalo jumlah dikit gitu, aku juga mampu kok. Lagian aku punya duit sendiri." tolak Marni gengsi.
"Tapi kami gak pernah loh, dapat uang dari Bu Marni, yang katanya mampu gitu." sindir tetangga Asma, dan di sambut tawa oleh lainnya.
"Iya yah, ngaku aja paling kaya. Tapi, kita tetangganya gak pernah dapat apa-apa." kekeh seorang lagi.
Dan Asma juga Fira menahan tawa mereka. Sedangkan Marni malu dengan muka memerah.
Marni yang tidak tahan di permalukan, langsung meninggalkan Farhan, sebelumya dia juga sempat menarik uang yang ditawarkan padanya di tangan Farhan.
"Lumayan ..." gumam Marni kala menjauh. Dia tidak peduli pada sorakan Ibu-ibu lainnya.
Saat Marni sudah menjauh, baru lah tawa Fira pecah, dan mungkin ini pertama kalinya bagi Farhan melihat Fira tertawa terbahak-bahak.
Farhan kembali dibuat jatuh cinta oleh wanita di depannya. Karena dimata Farhan, Fira ialah wanita tercantik yang bisa menyaingi kecantikan yang dimiliki Mamanya.
"Makasih ya Farhan, gak nyangka jika kamu orang kaya. Habisnya, kamu jualan buah sih." ujar Ibu-ibu yang mendapatkan uang.
"Iya, dan makasih juga ya untuk Fira dan Bu Asma. Karena berkat menantu Ibu, kami dapat uang percuma. Bisa deh, kita foya-foya." sambut yang lainnya, sambil terkekeh pelan.
"Iya sama-sama. Kami izin masuk dulu ya Bu." pamit Asma.
Fira masih saja gak bisa menahan tawanya kala mengingat tingkah laku Marni. Sampai-sampai, Farhan terpaksa membungkamnya. Beruntung, mereka sudah masuk ke kamar.
"Gak baik, ketawain orang terus-terusan Dik." ujar Farhan sambil menyapu bekas ciumannya dari bibir Fira.
"Habis Bibi lucu Bang ..." kata Fira.
"Udah ya, jangan ketawa kan lagi, gak baik." nasihat Farhan. "Atau, harus Abang tolongin, untuk kembali membungkam mu seperti tadi?" tawar Farhan menaik turunkan alisnya.
"Ogah ,,, mau mandi." ucap Fira mengambil handuk pada sangkutan di belakang pintu kamar.
"Ikut ..." rengek Farhan.
"Ada Ibu ..." bisik Fira sambil mencolek sisi sensitif suaminya.
"Kamu jahat ..." ujar Farhan menahan gejolak yang muncul secara tiba-tiba.
Sedangkan Fira, sudah keluar dari kamar dengan tawanya yang terbahak-bahak.