Pinky, gadis rusuh dan ceplas-ceplos, tergila-gila pada Dev Jaycolin meski cintanya selalu ditolak. Suatu kejadian menghancurkan hati Pinky, membuatnya menyerah dan menjauh.
Tanpa disadari, Dev diam-diam menyukai Pinky, tapi rahasia kelam yang menghubungkan keluarga mereka menjadi penghalang. Pinky juga harus menghadapi perselingkuhan ayahnya dan anak dari hubungan gelap tersebut, membuat hubungannya dengan keluarga semakin rumit.
Akankah cinta mereka bertahan di tengah konflik keluarga dan rahasia yang belum terungkap? Cinta Gadis Rusuh & Konglomerat adalah kisah penuh emosi, perjuangan, dan cinta yang diuji oleh takdir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Malam Hari
Suasana malam yang tenang terasa di dalam kamar Pinky. Dia duduk bersama ibunya, Ruby, di atas ranjang. Lampu kamar memancarkan cahaya redup yang menambah kehangatan percakapan mereka, meskipun topik yang dibahas cukup berat.
Ruby menatap Pinky dengan wajah penuh kekhawatiran. "Pinky, apa yang kamu lakukan hari ini bukankah sedikit berlebihan? Kamu memperbesar masalah ini sehingga semua tetangga kita mengetahuinya," ucap Ruby dengan nada lembut, mencoba menenangkan suasana.
Pinky tersenyum tipis, lalu berkata dengan nada penuh kepuasan, "Aku sengaja, Ma. Ini adalah hadiah besar dariku. Sania adalah seorang pebisnis. Internet telah tersebar kejadian siang tadi. Harus letak di mana lagi wajahnya? Papa juga tidak akan datang lagi karena malu. Satu gedung ini sudah tahu kelakuannya."
Ruby menarik napas panjang, mencoba mengendalikan emosi. "Bagaimanapun dia adalah papamu, jangan terlalu membencinya," katanya dengan suara rendah.
Namun, Pinky menggeleng cepat. Raut wajahnya berubah serius. "Ma, kenapa masih membelanya? Salah tetap salah. Lagi pula, dia yang mengatakan aku bukan anaknya. Anaknya hanyalah Jenny. Setelah dipikirkan, dia juga tidak mirip papaku. Saat aku dibully di sekolah, dia juga tidak mau datang. Bukankah seorang ayah harus melindungi anaknya sendiri? Tapi kenapa dia malah tidak peduli padaku? Lalu, untuk apa aku harus peduli padanya?"
Ruby terdiam. Kata-kata Pinky menusuk hatinya.
Pinky kembali berbicara, suaranya penuh tekad. "Ma, bagaimana kalau kita jual saja apartemen ini dan pindah? Dengan begitu, hidup kita akan tenang dan damai. Tanpa gangguan mereka lagi!"
Ruby memandang anaknya dengan tatapan bingung. "Pinky, jual murah mungkin bisa saja, karena apartemen ini sudah 20 tahun lebih. Tapi saat kita mau beli lagi, dana kita tidak akan cukup."
Namun, Pinky tidak menyerah. "Aku akan bekerja keras, Ma, dan mengumpulkan uang untuk membeli tempat tinggal baru. Saat itu, biar Papa emosi karena apartemennya kita jual!" katanya penuh semangat.
Keesokan Harinya
Di sebuah gedung perkantoran megah, Dev sedang memimpin rapat dengan beberapa orang penting. Ruangan itu dipenuhi suasana serius, hingga tiba-tiba terdengar suara dari luar.
"Antar makanan!"
Suara itu begitu familiar di telinga Dev. Dia menghentikan pembicaraannya, wajahnya langsung berubah tegang. Dalam hati, dia bertanya-tanya, Kenapa dia bisa datang lagi?
Tak lama, pintu ruangan terbuka lebar. Di ambang pintu, Pinky berdiri dengan senyum lebar sambil melambai kepada mereka semua.
Jastice, asisten Dev, segera mendekat dengan sigap. "Nona, Anda tidak bisa masuk ke ruangan ini," katanya tegas.
Pinky hanya tersenyum tipis. "Baiklah, maaf. Aku mengira dia sendirian," jawabnya. Namun sebelum beranjak pergi, Pinky berkata dengan suara lantang, "Hai, calon suamiku! Aku akan menunggumu di ruang kantormu!"
Ucapan gadis itu membuat seisi ruangan terkejut. Dev memijit keningnya, berusaha menahan amarah.
Salah satu rekan rapat bertanya dengan nada penasaran, "Apakah kamu sudah memiliki pacar? Kenapa kami tidak tahu?"
Dev segera menjawab dengan nada datar, "Hanya salah paham. Jangan dengarkan dia."
Dia memberi kode pada Jastice. Sang asisten langsung mengerti. "Iya, Tuan," ucapnya sambil menunduk hormat.
"Lempar dia keluar dari gedung ini, dan pastikan dia tidak bisa masuk lagi!" perintah Dev dengan nada dingin.
Jastice mengangguk cepat sebelum bergegas menjalankan perintah itu, meninggalkan ruangan yang kini kembali dipenuhi keheningan yang canggung.
sebenarnya kamu itu suka ma pinky
awas lho jgn menyesal