SEKUEL TERPAKSA MENIKAHI PEMBANTU
Giana yang sejak kecil kehilangan figur seorang ayah merasa bahagia saat ada seorang laki-laki yang merupakan mahasiswa KKN memberikan perhatian padanya. Siapa sangka karena kesalahpahaman warga, mereka pun dinikahkan.
Giana pikir ia bisa mendapatkan kebahagiaan yang hilang setelah menikah, namun siapa sangka, yang ia dapatkan hanyalah kebencian dan caci maki. Giana yang tidak ingin ibunya hancur mengetahui penderitaannya pun merahasiakan segala pahit getir yang ia terima. Namun, sampai kapankah ia sanggup bertahan apalagi setelah mengetahui sang suami sudah MENDUA.
Bertahan atau menyerah, manakah yang harus Giana pilih?
Yuk ikuti ceritanya!
Please, yang gak benar-benar baca nggak usah kasi ulasan semaunya!
Dan tolong, jangan boom like atau lompat-lompat bacanya karena itu bisa merusak retensi. Terima kasih atas perhatiannya dan selamat membaca. ♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSM 23
"Terima kasih, Mbak," ujar Rendi pada Desti yang baru saja menghidangkan secangkir kopi ke atas meja. Desti yang ingin segera berlalu justru lengannya ditarik Giana hingga kini duduk di sampingnya.
"Gi---"
"Mumpung lagi sepi, temenin aku di sini ya. Istirahat sejenak nggak akan dilarang kok," ujar Giana yang memang sudah jam lewat makan siang jadi suasana sudah lebih lengang dari sebelumnya.
Desti tersenyum membenarkan. "Oh ya, Des, perkenalkan dia ini Rendi–mantan adik iparku," ujar Giana memperkenalkan Rendi. Pria berwajah cukup tampan dan berkulit sawo matang itu pun tersenyum.
"Desti," ujar Desti seraya mengulurkan tangannya.
"Rendi," sambut Rendi sambil menyalami tangan Desti.
"Nggak nyangka ketemu Mbak di sini. Udah lama Mbak kerja di sini?"
"Lumayan sih, udah dua bulan lebih malah hampir tiga bulan kayaknya," jawab Giana. "Oh, ya, gimana kabar kamu?"
"Alhamdulillah, Mbak, jauh lebih baik setelah keluar dari rumah itu "
"Maksudnya?"
"Aku sudah pisah sama Ratih."
"Kok bisa?" beo Giana cukup terkejut membuat Rendi terkekeh. Desti yang melihat ekspresi Rendi sampai terpana.
"Eh, apa-apaan ini? Nggak boleh ya, Des. Ingat, Loe udah punya cowok. Catet!" Desti memperingatkan dirinya sendiri.
"Ya, bisalah, Mbak. Udah cukup aku bertahan sama keegoisan dia. Akhirnya aku sampai di batas kesabaran aku dan ya gitulah." Rendi tak ingin terlalu membuka luka masa lalunya. Baginya yang berlalu biarlah berlalu. Kini saatnya ia mencari kebahagiaan baru.
Giana mengangguk paham. Yah, meskipun Rendi tidak diperlakukan seperti dirinya, tapi Ratih kerap bersikap egois dan keras kepala. Mungkin hal itulah yang akhirnya membuat Rendi menyerah.
*
*
*
Giana dan Desti akhirnya pergi ke klinik untuk melakukan pemeriksaan kandungan sekaligus melakukan USG. Rasanya Giana sudah tak sabar lagi untuk mengetahui keadaan calon buah hatinya.
"Hai, kalian akhirnya datang juga," sapa Albirru saat melihat Giana dan Desti yang berjalan melintasi koridor klinik untuk melakukan pendaftaran pemeriksaan.
"Eh, Mas Birru. Iya, Mas. Kami baru datang," jawab Giana malu-malu. Ia masih merasa malu setiap bertemu Albirru. Hal ini karena ia yang sudah salah mengira kalau Albirru adalah seorang tukang ojek.
"Kalian nggak usah ke nurse station lagi. Langsung aja ke ruangan dokter Farida. Mulai sekarang, dokter Farida yang akan memeriksa kandunganmu," ujar Albirru sambil berjalan bersisian dengan Giana dan Desti.
"Eh, kok gitu? Emang boleh?" Setahu Giana, Albirru hanya dokter umum di sana. Ia tak tahu bahwa ia justru putra pemilik klinik tersebut. Oleh sebab itu, ia bingung saat Albirru bisa mengatur jadwal pertemuannya dengan dokter semudah itu.
Albirru hanya tersenyum. Lalu ia meminta perawat mengantar Giana ke ruangan dokter Farida.
"Silakan masuk, Bu! Di dalam dokter Farida sudah menunggu," ujar suster tersebut sambil mempersilakan Giana masuk ke dalam ruangan sang dokter.
Melihat pasiennya sudah tiba, dokter Farida pun mempersilakan Giana duduk. Ia menanyakan seputar keluhan Giana selama masa kehamilan. Setelah itu, ia meminta Giana untuk berbaring di atas ranjang pasien. Sang dokter meminta asistennya membalurkan gel khusus yang digunakan untuk melakukan USG. Setelahnya, ia menempelkan transducer ke atas perut Giana sambil menggerakkannya sementara matanya terfokus pada layar monitor yang menampakkan calon buah hati Giana. Dokter Farida tersenyum sambil menjelaskan kondisi sang calon bayi yang tumbuh dengan sehat sesuai dengan usia kandungannya.
Giana jelas bahagia sekali. Ia pun berterima kasih setelah mendapatkan kertas resep dari sang dokter.
"Vitamin dan obat penambah darahnya diminum yang teratur ya, Bu. Usahakan jangan stres atau banyak pikiran karena hal itu bisa memengaruhi kondisi janin," nasihat sang dokter.
"Baik, Dok. Makasih ya, Dok. Kalau begitu, saya permisi." Dokter Farida tersenyum. Meskipun sebenarnya ia merasa penasaran kenapa Albirru memintanya secara khusus menangani wanita hamil itu, tapi ia sadar itu bukan ranahnya untuk mengetahui urusan pribadi orang lain terlebih Albirru adalah putra dari pemilik klinik tempat ia bekerja. Namun, ia tidak berpikir negatif sebab hampir semua nakes yang bekerja di klinik itu tahu kalau Albirru merupakan pria baik-baik dan sholeh. Bahkan ia juga menjadi idola naik para dokter muda maupun dokter senior. Mereka ingin sekali anak gadis mereka berjodoh dengan Albirru, hanya saja mereka tidak memiliki keberanian untuk mengutarakan hal tersebut.
"Kamu duduk di sini aja, Gi, biar aku yang ke apoteknya," ujar Desti yang meminta Giana duduk di kursi yang tersedia untuk pasien menunggu giliran dipanggil.
"Makasih ya, Des," ucap Giana yang segera duduk. Semenjak hamil, memang ia kerap mudah kelelahan terlebih di bagian kaki.
Sembari menunggu, Giana memainkan ponselnya. Sementara itu, dari ruangan lain, tampak seorang wanita paruh baya sedang berjalan dengan putrinya. Ia baru saja melakukan kontrol penyakit hipertensi dan masalah jantung yang diakibatkan oleh gula darahnya yang tinggi.
Saat berjalan, wanita itu tiba-tiba mengucek matanya saat melihat sosok yang sudah berapa bulan ini sedang duduk di salah satu kursi tunggu. Yang menjadi fokusnya bukan hanya itu, tapi tubuh wanita itu yang terlihat lebih berisi, wajah yang lebih bersinar, dan ...
"Apa dia hamil?" gumam wanita yang tak lain adalah Rahma itu.
"Ada apa, Ma?" tanya Ratih. Semenjak perceraiannya dengan Rendi, kini Ratih jadi lebih pendiam dan sering melamun. Bahkan tubuhnya kini terlihat jauh lebih kurus. Hal ini karena Ratih yang jarang makan dan selalu kepikiran mantan suami yang sebenarnya masih sangat dicintainya.
"Lihat di sana, bukankah itu Giana! Mama nggak salah liat 'kan?" Ratih pun mengikuti ke mana jari telunjuk Rahma mengarah. Ratih seketika tertegun saat melihat tubuh Giana yang mulai berisi begitu pula dengan perutnya yang terlihat sedikit menonjol sebab Giana sedang mengusapnya perlahan.
"Benar, Ma. Itu dia. Tapi ... untuk apa dia di sini?" ucap Ratih yang tak berpikir kalau Giana hamil sebab baginya itu sangat tak mungkin. Menikah selama lima tahun saja, Giana tak kunjung hamil. Bagaimana bisa belum ada empat bulan dia bercerai, dia tiba-tiba hamil?
Rahma menggeleng. Tak lama Desti kembali setelah meletakkan kertas resep di tempatnya. Lalu ia duduk di samping Giana.
"Coba kita duduk di belakangnya!" ajak Rahma. Ratih pun menurut. Dengan perlahan, mereka duduk di belakang Giana dan Desti. Mereka tampak mengobrol santai.
"Gimana rasanya hamil sih, Gi? Aku jadi penasaran," tanya Desti.
Giana terkekeh. "Kalau mau hamil, ya mesti nikah dululah, Des. Biar berkah karena dapat ridho dari Allah," jawab Giana dengan telapak tangan terus mengusap perut. Sebuah kebiasaan yang baru muncul setelah mengetahui kehamilannya.
Desti mengerucutkan bibirnya. "Gimana mau nikah, pasangannya aja belum mau diajak komitmen."
"Setiap orang memiliki pemikiran masing-masing sih. Memang menikah nggak bisa terlalu terburu-buru. Mesti ada komitmen dan kesiapan mental. Finansial memang perlu, tapi mental lebih perlu. Kematangan mental bisa membuat kita lebih yakin dalam melangkah ke jenjang pernikahan. Kalau komitmen dan mental kita belum siap, di situlah sering muncul celah-celah yang pada akhirnya menjadi sebab musabab keretakan dalam rumah tangga. Yah, tak jauh-jauh, seperti rumah tangga yang ku alami sebelumnya. Kami nggak ada persiapan apa-apa. Komitmen nggak, mental pun nggak. Ditambah keluarga yang nggak kunjung bisa menerima keberadaanku, jadi ya gitu, perpisahan," ucap Giana sambil tersenyum getir.
"Tapi kamu kuat banget sih, Gi. Aku yakin, setelah mereka tau kamu nggak mandul dan bahkan hamil anak mantan suamimu itu, mereka pasti akan menyesal," tukas Desti yakin.
Giana terkekeh. "Nggak taulah, Des. Aku sudah nggak peduli. Mau mereka nyesel apa nggak, itu bukan urusan aku dan aku sudah nggak mau berurusan dengan mereka. Lagipula, mereka sudah memiliki menantu yang lebih segalanya dari aku. Bisa jadi, saat ini perempuan itu sedang hamil juga jadi mereka nggak butuh anak ini. Biarlah. Aku nggak papa. Daripada anakku entar malah di beda-bedakan atau malah lebih parah nggak dianggap, biarlah aku besarkan anak ini seorang diri. Mereka tak perlu tau tentang kehadirannya." Getir terasa saat setiap kata itu terucap, tapi itu adalah murni isi hatinya. Giana memang sudah tidak berharap apa pun dari Herdan dan keluarganya. Fokusnya saat ini hanya anak di dalam kandungannya. Bahkan mungkin setelah anak ini lahir, ia akan kembali ke kampung dan membesarkan anaknya di sana.
"Eh, nama kamu udah dipanggil tuh. Aku ambil obatnya dulu ya."
"Bareng aja. Jadi setelah ini kita langsung pulang."
Desti mengangguk. Mereka pun segera berdiri menuju apotek di klinik tersebut tanpa mereka sadari ada sepasang ibu dan anak yang sedang tertegun dengan mata memerah.
...***...
...Udah panjang yooo! Vote, vote dong. 😁...
...Happy reading 🥰🤩😍 ...
enak aja Giana di minta balikan lagi pas tau dia hamil, dan karena si Angel istri pilihan si Herdan belum hamil juga 😡
biar karma untuk kalian adalah tdk dianugerahi keturunan dan biar si Angel yg akhirnya Mandul beneran 😜😡
untung saja giana hamil setelah berpisah denganmu, karena anak gia pun males tinggal bersama keluarga toxic 🤪
baik hanya karena ada mau nya saja..