Kata orang cinta itu indah,bisa membuat orang tertawa,dan berbunga-bunga,namun juga bisa buat orang menangis,tangis bahagia kah itu? atau tangis karena sakit?
Tapi bagiku cinta itu ibarat luka tak berdarah,sakit tak tau dimana sakitnya,itulah cinta yang aku rasakan,benarkah itu cinta? ataukah sesungguhnya itu luka yang ku kira cinta?
Tuhan....aku mengimpikan cinta yang seperti orang katakan,cinta yang seperti kisah cinta Rasulullah dengan bunda Aisyah,atau seperti cintanya Rasulullah pada bunda Khadijah_..
@..Adiba Khanza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
" Kamu yakin wanita yang kamu periksa tadi bukan wanita ini?" Alex bertanya sekali lagi pada asistennya,ia menunjukkan foto Dea yang ada di ponselnya, mereka sering foto bersama-sama.
" Saya sangat yakin dok, wanita yang saya periksa tadi rambutnya lurus panjang, alisnya tebal tersusun rapi alami, bibirnya indah, bulu mata nya lentik,wanita itu tidak memakai makeup sedikitpun, kulitnya sangat putih, hidungnya mancung, persis seperti manekin" dokter wanita itu menyebutkan ciri-ciri wanita yang ia periksa di kamar Abi pada Alex,ia bahkan seakan tengah membayangkan wajah Adiba.
" Apa wanita itu memakai hijab?" Alex kembali mengingat kejadian saat ia dan Andra mengikuti Abi yang terlihat membawa seorang wanita berhijab ke villa itu.
" Tadi tidak,kan wanita itu sedang tidak sadarkan diri, apakah ada sesuatu dok?" asisten Alex jadi heran karena Alex terlihat begitu ingin tau tentang wanita yang berada di kamar Abi.
" Tapi bisa jadi aslinya wanita itu memakai hijab,itu sebabnya tuan Abi tidak mengizinkan dokter masuk,wanita itu masih sangat muda, sepertinya usianya sekitar 20 tahunan, seperti mahasiswi gitu" tambah asisten Alex yakin.
" Sudah lupakan,saya hanya penasaran saja, karena tuan muda itu kulkas 15 pintu" alasan Alex.
***
Waktu berlalu hingga pagi menjelang,Adiba terbangun dari tidurnya yang lumayan lama,ia mengerjabkan matanya mencoba menyesuaikan dengan cahaya lampu kamar, pertama kali yang ia lihat adalah wajah tampan Abizar yang masih tidur seraya memeluknya.
Adiba tersenyum miris ' Andai ini nyata ya Allah..sayangnya aku bukan rumah nya' batin Adiba,setitik air mata menetes dari mata bulatnya,dengan segera Adiba mengusapnya,ia tak ingin lagi menunjukkan air matanya di depan orang yang telah mengolok nya.
Adiba turun dari ranjang setelah memindahkan tangan kekar Abizar secara perlahan dari atas perutnya, tubuhnya terasa remuk redam, walaupun begitu ia harus bangun, kewajiban dua rakaat nya hampir terlambat.
Adiba membersihkan dirinya dan berganti pakaian,ia kembali memakai baju Abi,sebuah kemeja berwarna putih dengan panjang hanya sebatas paha nya.
segera melaksanakan kewajiban dua rakaat nya, setelah selesai Adiba memutuskan untuk menuju balkon,ia baru tau ternyata kamar di villa itu memiliki balkon,Adiba ingin sedikit menenangkan pikiran nya, ia bahkan menghubungi rekannya meminta izin libur satu hari dengan keterangan bahwa tubuhnya kurang vit.
Adiba menatap indahnya mentari pagi yang mulai muncul secara perlahan, menikmati hangatnya bercampur dengan dinginnya embun pagi.
Abi yang baru bangun menyadari Adiba tak lagi di sisinya,ia menatap sekeliling namun tak terlihat,Abi memutuskan untuk ke kamar mandi terlebih dahulu,ia ingin membersihkan dirinya, baru setelah nya ia akan mencari keberadaan Adiba.
10 menit kemudian Abi sudah selesai dengan mandinya,ia keluar dengan menggunakan handuk seraya sebelah tangan nya sibuk mengusap rambutnya yang basah.
Mata Abi teralih saat baru menyadari pintu balkon kamarnya terbuka" siapa di balkon ya? " herannya.
Abi mendekati balkon dan berdiri di pintu saat melihat seseorang tengah berdiri di balkon kamar nya.
Abizar terpaku di tempatnya,ia menatap tak berkedip wajah cantik Adiba yang terlihat tengah memejamkan matanya menikmati kehangatan cahaya mentari,ini pertama kalinya Abi terbangun dan melihat Adiba yang masih berada di villa nya.
" Kenapa di sini? Hem?" Adiba tersentak kaget saat mendengar suara bariton Abi seakan berbisik di telinganya, terlebih kedua tangan kekar Abi memeluk erat tubuhnya dari belakang.
Adiba tak menjawab, ia justru semakin memejamkan matanya, menikmati rasa nyaman bercampur sakit dalam perasaan nya.
' Apakah aku telah jatuh cinta padanya?'
Tak jauh berbeda dengan Abizar,ia juga memejamkan matanya menikmati keintiman mereka, perasaan dan rasa yang belum pernah ia rasakan saat bersama orang lain, bahkan bersama Dea sekalipun' kini ku tau jawabannya ' batin Abi lirih dalam hati.
Keduanya saling terdiam,menyelami pikiran masing-masing,mencari jawaban yang bergelut dalam hati masing-masing,membunuh keegoisan yang tinggi.
" Ayo masuk, bibi sudah menyiapkan sarapan" ajak Abi lembut.
Adiba tak menjawab namun juga tak menolak,ia membalikkan badannya melangkah meninggalkan balkon, dan Abi yang mengikutinya dari belakang.
" Ini pakaian untuk mu" Abi menyerahkan sebuah paperbag berisi satu set pakaian muslimah untuk Adiba.
Tak menolak,Adiba menerimanya dan segera menuju kamar mandi untuk berganti pakaian, hingga beberapa menit ia keluar dengan pakaian rapi lengkap dengan hijab nya.
Sedangkan Abi baru keluar dari ruang ganti yang juga sudah rapi dengan setelan formal nya, dengan jas yang ia pegang.
Keduanya keluar dari kamar,Abi berjalan di depan, sedangkan Adiba mengikutinya dari belakang,hal itu membuat bik inem yang tengah menata menu breakfast di meja makan sedikit terkejut,merasa tidak percaya dengan apa yang beliau lihat.
Abizar menarik kursi untuk Adiba duduk, sedangkan dirinya duduk di kursi yang berada di seberang meja, mereka duduk dengan saling berhadapan.
" Non cantik mau makan apa?" bik Inem bertanya dengan nada sedikit gugup.
Adiba mendongak menatap wanita paruh baya yang berdiri di samping nya,ia sedikit mengulas senyum " saya bisa sendiri bu, terimakasih" ucap nya sopan.
Bik Inem mengangguk cepat" silahkan non" ucap bik inem terasa sangat canggung,wanita paruh baya itu beralih mendekati Abizar akan melayani tuan muda nya seperti biasa,tapi terhenti saat Abizar mengangkat sebelah tangannya.
" Tinggalkan kami berdua bik,biar istri saya yang melayani saya" ucap Abizar tegas, matanya menatap intens wajah cantik Adiba yang seketika terangkat menatapnya,bisa Abi lihat ada rasa tak nyaman di sana.
Bik Inem segera mengangguk di sertai senyuman lembut, matanya sekilas melirik wajah cantik nona muda nya yang terlihat begitu gelisah.
Adiba bangun dari duduknya meraih piring yang berada di depan Abi" apa yang tuan inginkan?" tanya Adiba pelan.
" Apa saja " jawab Abizar santai, matanya terus menatap wajah Adiba yang terus menunduk.
Adiba mengangguk, tangannya mengambil satu buah sandwich meletakkan nya di atas piring,dan meletakkan di depan Abi,tak lupa ia menuangkan satu gelas jus jeruk,ia tak tau apa yang pria itu sukai untuk menu sarapan.
" Terimakasih" ucap Abi yang di balas anggukan oleh Adiba.
Sedangkan Adiba mengambil satu potong roti bakar dan satu gelas coklat panas, keduanya memulai sarapan dalam diam, sesekali Abi masih melirik Adiba yang terlihat tenang .
" Berapa lama kamu magang?" tanya Abi tiba-tiba.
"Satu tahun" jawab Adiba singkat.
" Bagaimana perkembangan mama?" tanya Abi lagi,ia mencari bahan obrolan.
Adiba menghentikan suapan nya dan menatap Abi sesaat, setelah nya ia mengangguk " cukup baik,di perkirakan tak sampai dua bulan lagi insyaallah sudah kembali bisa berjalan normal " jawab Adiba,ia menjawab sesuai laporan medis,anggap saja ia tengah berbicara dengan keluarga pasiennya.
Senyap.. keduanya kembali saling diam, melanjutkan makan mereka hingga selesai.
Adiba meninggalkan meja makan,ia menuju kamar yang biasa ia tempati,mengambil tasnya dan juga ponselnya.
Abi menunggu nya di sofa ruang tamu " akan aku antar" ucap Abi tegas saat melihat Adiba keluar dari kamar.
Mendengar ucapan Abi,Adiba menghentikan langkahnya menatap sesaat wajah tampan Abi yang tengah menatapnya " terimakasih,tapi saya sudah pesan taksi tuan" ucap Adiba.
" Batalkan " perintah Abi seakan tak ingin di bantah.
Adiba menggeleng seraya tersenyum tipis " saya tidak mau mbak Dea melihat kita bersama,saya ga mau semua orang tau bahwa saya simpanan anda,cukup anda menghancurkan diri saya ,tapi tolong jangan hancurkan impian kedua orang tua saya" ucap Adiba tegas,ia menolak tegas perintah Abi.
Ucapan Adiba cukup membuat Abizar terdiam kaku di tempatnya berdiri,cukup menohok hingga ke ulu hati nya,Adiba menunjukkan sisi lain dari dirinya dan Abi merasakan itu sejak mulai semalam.
Abi diam seraya menatap punggung Adiba yang berjalan cepat meninggalkan nya,keluar dari pintu dan terlihat menuju gerbang,Abi meremas kuat kedua tangannya.
Ingin memaksa Adiba,tapi ia kembali teringat nasehat dokter asisten Alex semalam yang mengatakan tentang keadaan Adiba, kemungkinan Adiba yang akan sulit hamil jika terus menerus stress dan banyak pikiran,entah mengapa ia semakin khawatir.
📱-" Aku menunggu mu di cafe dekat kantor ku sekarang, bisa kan?" pinta Abizar pada seseorang di sebrang telfon.
Setelah mendapatkan jawaban yang pasti,Abizar mematikan sambungan telepon nya dan memasukkan benda pipih itu ke dalam saku celana nya,ia keluar dari villa,memasuki mobilnya yang sudah di tunggu oleh supir pribadi nya.
" Singgah di cafe xxx pak" perintah Abi pada supirnya.
" Baik tuan muda " jawab supir nya patuh.
Abi mengusap kasar wajahnya, menyugar rambutnya kebelakang hingga beberapa kali,ia yakin keputusan nya kali ini sudah benar,tak banyak waktu yang ia punya, terlebih baru saja orang kepercayaan nya yang berada di inggris menghubungi nya mengatakan bahwa terjadi masalah dengan perusahaan nya yang berada di negara tersebut.
harus bisa, berdamai dgn keadaan